http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=114056
Menata Kota secara Manusiawi Oleh Hadi S Alikodra Selasa, 5 Juli 2005 Mestikah perkotaan sumpek, padat, dan semrawut? Pertanyaan ini umumnya akan dijawab, ya! Maklumlah, hampir semua perkotaan -- khususnya kota-kota besar di dunia ketiga -- tampak sesak dan semrawut. Namun demikian, ada juga kota besar yang tertata rapi dan sangat nyaman sebagai tempat hunian. Rapi, rindang, tidak sesak, dan indah. Sekadar ambil contoh, misalnya, Kota Hobart di Tasmania, Australia. Kota ini sangat terkenal kerapihan, kenyamanan, dan keindahannya. Tapi harus kita akui, kota semacam Hobart jumlahnya hanya sedikit sekali. Kebanyakan kota-kota besar memang sesak, kotor, dan semrawut. Namun demikian tidak berarti menciptakan sebuah kota yang eco-friendly atau eco-city tidak mungkin. Banyak kota dunia yang dulunya semrawut dan kotor, kini menjadi kota yang indah dan nyaman. Kota Hiroshima, Jepang, misalnya, dulu dan sekarang sudah banyak perbedaannya. Dulu, sebelum dibom atom, Hiroshima merupakan kota industri yang padat dan kumuh. Sekarang, Hiroshima berubah menjadi kota yang nyaman, bersih, dan indah. Jadi, tergantung bagaimana penguasa dan penduduk kota itu bersepakat mengelola kotanya. Kenapa Semrawut? Pertumbuhan penduduk yang pesat di perkotaan disertai dengan pertumbuhan sarana dan prasarana yang tidak memadai menyebabkan semakin semrawutnya lingkungan perkotaan. Setiap hari kita menyaksikan kemacetan lalu lintas, sampah berserakan di mana-mana, air kotor, udara tercemar, bising dan pengap, tindak kriminal dan berbagai pelanggaran semakin menjadi-jadi. Penduduk kota merasa tidak nyaman lagi hidup di kotanya sendiri. Pembangunan berbagai kota bertujuan untuk memenuhi kepentingan warganya dengan cara mengembangkan fasilitas umum, kesehatan dan kesejahteraan, rekreasi, membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan fasilitas pendidikan, dan membuka pintu partisipasi demokrasi. Namun, berbagai keputusan dalam rangka mencari kemampuan untuk membangun dan menumbuhkan ekonominya banyak terkonsentrasi pada kekuatan politik dan ekonomi. Kota-kota merupakan sumber permasalahan seperti jumlah penduduknya terus meningkat dengan kepadatan yang juga terus meningkat. Mereka berinteraksi dengan sistem alam yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran. Di samping itu kota juga menghadapi permasalahan yang rumit lainnya, seperti kemiskinan, kesenjangan sosial dan kriminal, sebagai satu mata rantai yang semakin sulit diatasi. Berbagai fakta menunjukkan bahwa kemampuan kota sangat terbatas di bidang manajemen lingkungan. Hal ini dicirikan dengan tidak cukupnya kemampuan peraturan untuk menekan kerusakan dan pencemaran akibat pertumbuhan sektor komersial dan industri. Limbah terus menumpuk melampaui daya dukung maupun daya tampung lingkungannya. Kegagalan juga terjadi pada aktor dalam memecahkan permasalahan lingkungan. Mereka mengalami kesulitan untuk membangun spirit dan keinginan yang sama. Yang menonjol adalah konflik kepentingan di antara mereka. Masing-masing menghendaki kepentingan dirinya, golongan maupun kelompoknya. Hal inilah yang antara lain seringkali memicu terjadinya tawuran antarwarga. Orientasi pembangunan kota adalah memenuhi keinginan pasar, sedangkan kepentingan lingkungan terabaikan dalam pengambilan kebijakan. Agenda lingkungan tidak terakomodasikan dengan kepentingan lain yang seharusnya saling mengisi dalam satu kesatuan. Globalisasi dengan tekanannya terhadap deregulasi, terbukanya pasar bebas, dan diterapkannya berbagai standar internasional oleh lembaga-lembaga keuangan dapat memberikan hasil yang berbeda. Di satu sisi, jika kita siap akan berjalan secara mulus seperti yang diharapkan. Tetapi di sisi lain, pada kenyataannya menghadapi berbagai macam kesulitan untuk merealisasikan agenda lingkungan hidup, khususnya bagi negara-negara yang sebagian besar masyarakatnya miskin. Masalah perut lapar menjadi prioritas ketimbang penyelesaian masalah lingkungan. Kita juga sepenuhnya sadar bahwa pertumbuhan ekonomi, produksi dan konsumsi dan kebebasan tanpa kendali yang tepat telah menyebabkan terjadinya berbagai kasus lingkungan. Pada kasus ini, berarti kita terjebak dalam pembangunan yang merusak, pembangunan yang tidak lestari. Eco-society Di lain pihak tumbuh suatu keyakinan bahwa pembangunan energi, konsumsi, produksi, kepentingan individu, dan kebebasan korporasi dalam pasar bebas dapat direkonsiliasikan dengan kepentingan lingkungan. Jika ini benar-benar diperjuangkan perwujudannya, maka akan tercapai win-win solution yang saling menguntungkan. Dan, itulah perjuangan menuju eco-societies untuk kelestarian lingkungan secara berkelanjutan. Komitmen yang ingin dicapai dalam eco-society perkotaan adalah masyarakat yang stabil dari sudut lingkungan hidup dan dapat mengatasi berbagai masalah lingkungan secara tepat. Ini akan membuat kota menjadi tempat yang aman dan menyenangkan sebagai tempat kerja, tempat tinggal, dan pertumbuhan anak-anak. Saat ini kebanyakan perkotaan dipilih sebagai tempat tinggal hanya karena di kota banyak peluang untuk mendapat pekerjaan. Jadi, kebanyakan orang tinggal di perkotaan orientasinya employment base -- bukan environment base. Jika boleh memilih -- kaya di kampung atau kaya di kota (dengan fasilitas listrik, telepon, dan internet yang sama) -- niscaya lebih banyak orang yang senang tinggal di kampung. Suasana kampung yang asri dan ramah lingkungan bisa memberikan harkat kemanusian yang lebih tinggi terhadap warganya ketimbang suasana di perkotaan. Peran utama eco-society adalah sedapat mungkin membuat hubungan yang harmonis antara berbagai aktivitas manusia dengan berbagai siklus alam. Dan, prioritasnya pada lingkungan di pemerintahan kota. Modal utamanya adalah mengembangkan pengetahuan yang mampu meminimalisasi kerusakan lingkungan, mengurangi pencemaran udara dan air, serta mengelola limbah rumah tangga dan limbah industri secara mudah. Dalam hal ini termasuk efisiensi penggunaan air, pemeliharaan kawasan-kawasan rekreasi, pengembangan sistem transportasi, minimalisasi kerusakan alam, dan perencanaan perumahan sesuai kebutuhan manusia yang sehat. Akhirnya muara yang ingin dicapai pada eco-societies adalah kesejahteraan manusia dan ekologi yang terlanjutkan pada sistem perkotaan. Kita sepenuhnya menyadari bahwa jalan menuju tercapainya cita-cita tersebut sangat panjang, tapi tidak ada pilihan lain: kita harus satu pemikiran dan satu tindakan untuk menyelamatkan kehidupan. Yaitu, kehidupan dalam satu pola eco-society demi tercapainya eco-cities. Saat ini, kita merasakan -- seperti di Jakarta -- betapa sesak, susah dan semrawutnya kehidupan perkotaan. Kondisi perkotaan semacam itu tidak hanya merusak lingkungan hidup, tapi merusak kesehatan fisik dan mental penduduknya. Banyaknya kecelakaan kendaraan bermotor, kriminalitas, bentrokan antarwarga, dan tawuran pelajar sekadar contoh bagaimana kehidupan kota yang tidak eco-friendly telah menciptakan suasana sosial yang retak. Untuk itulah, menciptakan perkotaan yang ecofiendly demi mewujudkan eco-city yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan fisik dan jiwa manusia merupakan suatu keniscayaan. *** (Prof Dr Ir Hadi S Alikodra, Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB). [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/