Solusinya mudah sekali. Buat lembaga rating tandingan tetapi tetap profesional. 
Peringkat rating pun tidak boleh di monopoli blok ekonomi tertentu. Untuk 
menghindari monopoli, lembaga rating  harus dibuat lebih banyak.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

http://www.republika.co.id/berita/56230/Menkeu_Indonesia_Korban_Lembaga_Rating_Internasional


Menkeu: Indonesia Korban Lembaga Rating Internasional

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa Indonesia 
selama ini menjadi korban dari lembaga rating internasional. Itu terjadi karena 
ketidakmauan mereka untuk memahami Indonesia saat ini sehingga membuat bunga 
surat utang Indonesia tinggi.

"Kami telah dirating oleh banyak lembaga rating, tapi tetap saja rating kita 
masih rendah. Sedangkan Eropa yang perekonomiannya lebih buruk, malah 
mendapatkan rating yang lebih baik, kenapa mereka mendapatkan rating triple A," 
katanya di hadapan para peserta Seminar Internasional Ke-7 bank Indonesia di 
Bali, Sabtu (13/1). "Sedangkan kami masih rendah, apakah karena kami tidak bisa 
berbahasa inggris," lanjutnya.

Ia mengatakan akibat persepsi salah para lembaga rating tersebut membuat 
Indonesia dinilai berisiko. Itu membuat Indonesia harus membayar bunga yang 
tinggi setiap kali mengeluarkan surat utang di pasar.

Menurut dia, akibatnya hal ini memberatkan Indonesia dalam mengeluarkan surat 
utang global karena memiliki bunga tinggi yang nantinya bisa membebani 
anggaran. Surat Utang global Indonesia sendiri saat ini berada di kisaran 10-12 
persen, yang dinilai beberapa pengamat mahal.

Ia menjelaskan, lembaga rating selama ini terus saja melihat Indonesia seperti 
zaman orde baru yang dinilai tidak transparan. Padahal menurut dia, saat ini, 
Indonesia telah berubah. Bahkan untuk anggaran belanja dan negara saat ini 
detilnya dapat diakses melalui situs Departemen Keuangan.

Ia pun mengatakan, ketika berhadapan dengan para lembaga rating tersebut, 
pihaknya telah memberikan semua informasi yang dibutuhkan, namun masih saja 
dicari hal yang menyudutkan.
"Ketika bertemu S&P, mereka tanya bagaimana APBN-nya kita jelaskan, dicari lagi 
bagaimana Anggaran di daerah, APBD-nya," tutur Sri Mulyani

"Jadi masih ada persepsi seolah-olah kita tidak transparan," kata Meneku. 
"Mungkin di Indonesia sepuluh tahun lalu kita tidak transparan, sekarang bisa 
dilihat, lebih terbuka, diaudit oleh banyak lembaga, kita dihukum oleh 
persepsi," katanya," imbuhnya.

Ia mengatakan pihaknya menantang para lembaga rating untuk ke Indonesia dan 
melihat secara langsung dan mengetahui serta memahami perekonomian Indonesia 
saat ini. "Saya tantang semua rating untuk datang ke Indonesia dan melihat 
kita," katanya.

Menurut Sri Mulyani, selama ini lembaga rating dinilai tidak adil, sebab meski 
dampak dari rating tersebut dirasakan, namun ketika lembaga rating tersebut 
melakukan kesalahan dalam merating tidak memiliki konsekuensi.

Salah satu contoh saat krisis di mana rating AAA diberikan kepada 
lembaga-lembaga yang pada akhirnya bangkrut seperti Lehman Brothers. "Mereka 
tidak menerima konsekuensi dari kesalahan tersebut," katanya. /ant/itz


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke