http://www.suaramerdeka.com/harian/0412/29/opi3.htm
Rabu, 29 Desember 2004WACANA

Optimalisasi Diplomasi 2005
Oleh: Andi Purwono

POLITIK luar negeri merupakan sektor yang turut memberi kontribusi penting 
dalam menunjang pencapaian prioritas-prioritas pemerintah untuk mewujudkan 
Indonesia yang lebih aman, damai, demokratis, adil dan sejahtera. Sebagai 
suatu kesatuan, keberhasilan pembangunan nasional tidak bisa semata 
diletakkan pada kisaran upaya domestik, apalagi bagi negara berkembang 
seperti Indonesia dalam suasana saling kuatnya ketergantungan hubungan 
antarbangsa dewasa ini. Refleksi apa yang bisa dipetik dari pelaksanaan 
politik luar negeri tahun 2004 dan bagaimana prospeknya di tahun 2005?
Selama tahun 2004, politik luar negeri kita turut terpengaruh dan "kalah 
pamor" oleh suasana gempita proses politik domestik. Tahun 2004 layak 
disebut sebagai tahun yang dalam istilah ilmu politik disebut sebagai 
overload politics, yaitu keadaan ketika sistem politik, termasuk pemerintah 
dan parlemen, memiliki banyak beban dalam waktu bersamaan. Sidang Tahunan 
MPR periode 1999-2004, Sidang Umum MPR 2004-2009, persiapan dan prosesi 
pemilu DPD, legislatif, dan presiden, serta berbagai agenda kegiatan yang 
menyertainya membuat penuh agenda politik domestik 2004. Implikasinya, 
sebagian besar energi dan perhatian tercurah ke ranah domestik itu.
Meski demikian, performa politik luar negeri kita di tahun 2004 berjalan 
cukup baik. Berbagai agenda dan program kerja berhasil dilaksanakan. Secara 
khusus, politik luar negeri tahun 2004 diprioritaskan pada empat kegiatan 
penting, dalam rangka memagari potensi disintegrasi bangsa, membantu 
mempercepat pemulihan ekonomi, mempromosikan citra Indonesia di tengah 
masyarakat internasional, dan memberi pelayanan dan perlindungan WNI dan 
badan hukum Indonesia di luar negeri.
Kita sukses menggelar Pertemuan Para Menlu (AMM) ASEAN ke-37, 29 Juni - 2 
Juli 2004 yang didahului Pertemuan Pejabat Tinggi (SOM) ASEAN, 27-28 Juni. 
Pertemuan itu dilanjutkan dengan ASEAN-3, pertemuan Post Ministerial 
Conference (PMC) 1 Juli, dan Forum Regional (ARF) ASEAN, 2 Juli 2004. 
Berbagai isu keamanan, pembangunan politik, pencegahan konflik, dan 
pembangunan perdamaian dibahas. Kemudian pada tanggal 3-5 September 2004 
digelar Pertemuan Para Menteri Ekonomi ASEAN ke-36 membahas agenda 
perdagangan regional yang menyangkut kemajuan di bidang ekonomi dan masalah 
integrasi sektor perdagangan serta masalah ekonomi kawasan. 
Pertemuan-pertemuan itu juga diikuti dengan pertemuan ASEAN dengan negara 
mitranya di Asia seperti China, Jepang, dan Korea Selatan serta dengan Uni 
Eropa. Kita juga aktif berperan dalam KTT ASEM Oktober 2004, KTT ASEAN ke-10 
di Laos November, dan KTT APEC November 2004.
Selain tema keamanan (high politics), seperti Bom Kuningan di depan Kedutaan 
Australia di Jakarta, kembali menguatkan isu penanganan terorisme dan 
hubungan bilateral dengan Australia, akselerasi dan lonjakan menarik justru 
terlihat dari beberapa kasus low politics . Kasus flu burung yang bersifat 
lintas negara (transnational) sehingga menjadi isu bersama (common issue) 
memunculkan isu per;lunya kerja sama penanganan bersama antarnegara.
Berbagai kasus TKI menguatkan kembali isu perlindungan hukum dan diplomatik. 
Kasus lainnya adalah penyanderaan warga negara kita oleh gerilyawan Irak. 
Keterlibatan langsung Presiden Megawati dan langkah cepat Deplu akhirnya 
bisa menyelesaikan kasus ini. Diplomasi kasus kematian Munir juga menarik 
perhatian.
Di era SBY, kunjungan menghadiri pemakaman Arafat menunjukkan komitmen 
politik luar negeri kita pada perjuangan Palestina. Dari pertemuan APEC 
terekam upaya SBY melakukan 12 pembicaraan bilateral dengan target menarik 
investasi 1-2 miliar dolar AS per pertemuan. Pembicaraan dengan George W 
Bush dimaksudkan SBY untuk melobi Amerika dalam menjalin kerja sama militer 
yang selama beberapa tahun terputus, termasuk embargo yang diterapkan ke 
Indonesia.
Dari sisi internal, upaya berbenah dilakukan Deplu tanggal 13-17 Desember 
2004 dengan menyelenggarakan Rapat Kerja Pimpinan Departemen Luar Negeri dan 
Para Kepala Perwakilan Republik Indonesia (Raker) dengan tema "Melanjutkan 
Benah Diri, Memperkokoh Profesionalisme dan Mengoptimalkan Diplomasi dalam 
Mewujudkan Indonesia yang Aman, Adil, Demokratis dan Sejahtera."
Variabel Domestik
Menurut Kegley dan Wittkopf (1997), politik luar negeri dipengaruhi oleh 
variabel domestik, internasional, dan pembuatan kebijakannya. Dalam konteks 
itu, optimisme terlihat terkait prospek politik luar negeri di tahun 2005.
Dari sisi regional, terdapat perkembangan positif di kawasan Asia Pasifik. 
Sumber ketegangan berhasil diredam dan upaya dialog dalam konflik 
antarnegara menguat. Dari sisi internasional, kecenderungannya masih tetap 
sama, yaitu isu terorisme, senjata pemusnah massal dan masalah Palestina.
Dari sisi domestik dan pembuatan kebijakan, optimisme itu terkait dengan 
suksesnya pemilu demokratis, rasa percaya diri, fokus dan kesiapan instrumen 
pelaksananya. Pertama, energi dan fokus perhatian pada politik luar negeri 
akan lebih kuat dibanding tahun 2004 yang sarat pertarungan politik 
domestik. Kedua, pemerintahan baru ini memiliki tiga modal dasar yang sangat 
bermanfaat, yaitu pemerintahan yang demokratis, Islam dengan pemeluk 
terbesar di dunia yang moderat, dan kebebasan pers.
Pemerintahan demokratis berimplikasi bahwa Indonesia relatif tidak lagi akan 
disibukkan oleh strategi diplomasi yang khusus menanggapi tekanan tuntutan 
demokratisasi seperti sebelumnya. Kombinasi demokratis dan dominannya Islam 
yang moderat diharapkan tidak hanya melahirkan fenomena dan contoh menarik 
bahwa Islam dan demokrasi bisa berjalan berdampingan sekaligus mematahkan 
asumsi bahwa keduanya tidak bisa dipertemukan, tetapi yang terpenting 
menambah kepercayaan diri, citra positif, dan menjadi daya tarik di 
pergaulan internasional.
Kebijakan memerangi korupsi juga memberi kontribusi positif bagi perbaikan 
citra ini. Dalam diskusi "Indonesia and The World" di Jakarta, 22 Desember 
2004, Juru Bicara Deplu Marty Natalegawa, menilai Deplu sangat optimis bahwa 
Indonesia bisa memainkan peran yang menonjol di ASEAN maupun internasional. 
Penyelenggaraan KTT Asia-Afrika April 2005, misalnya, bisa dijadikan pijakan 
ke arah itu.
Optimalisasi
Meski sudah tidak ada lagi landasan operasional GBHN, ke depan, politik luar 
negeri tetap merefleksikan komitmen nasional untuk secara efektif menangani 
problem domestik di samping secara kontinu menjadi bagian dari kolaborasi 
internasional untuk membangun tatanan internasional yang lebih aman, stabil, 
dan adil. Di bidang ekonomi, mengingat terbatasnya kemampuan nasional, maka 
mobilisasi dukungan ekonomi internasional di samping penguatan daya saing 
internasional, tetap merupakan hal yang mutlak dilakukan. Indonesia 
secepatnya harus menarik kembali investasi asing yang enggan masuk, karena 
ketidakpastian hukum di Indonesia. Perhatian pada faktor-faktor Uni Eropa, 
Jepang dan China yang mampu mengimbangi Amerika juga perlu ditekankan.
Dalam konteks itu, diplomasi sebagai instrumen utama politik luar negeri 
perlu mendapat upaya optimalisasi. Pertama, perlunya mengedepankan diplomasi 
yang antisipatif (preventive diplomacy) dalam kerangka mengurangi 
kecenderungan berulangnya berbagai kasus. Hal itu dilakukan untuk 
menghindari respons mendadak (crisis policy) sehingga penanganannya yang 
instan dan parsial sulit menyelesaikan substansi persoalan, sekaligus untuk 
mengoptimalkan kerja diplomasi dalam pencapaian egenda lain. Sayang sekali 
jika kinerja perwakilan kita hanya dipenuhi penanganan persoalan yang 
akarnya dari wilayah domestik. Model "diplomasi limbah" atau "cuci piring" 
inilah yang banyak dikeluhkan diplomat kita.
Berulangnya aksi teror bom tiga tahun berturut-turut, melalui Bom Bali 12 
Oktober 2002, Bom Hotel JW Marriott 5 Agustus 2003, dan Bom Kuningan 2004 
perlu diwaspadai. Dampak saling kecurigaan antarwarga bangsa di sisi sosial, 
kontraproduktifnya bagi iklim investasi dan pariwisata di sisi ekonomi, dan 
efek negatif citra politik, memaksa kita harus mengkampanyekan bahwa 
Indonesia bukanlah sarang dan sumber teroris tetapi justru korban dari 
terorisme itu sendiri. Ketidakpekaan Australia yang mempersenjatai diri 
dengan rudal-rudal jelajah yang bisa mencapai Indonesia termasuk strategi 
pre-emptive strike dengan alasan terorisme atau kasus yang terbaru 
pernyataan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra bahwa militan 
Thailand mendapat bantuan dan pelatihan militan Indonesia bisa menjadi 
refleksi. Tetapi yang terpenting adalah bahwa pihak keamanan didukung 
seluruh masyarakat harus menguatkan sistem peringatan dini (early warning 
system) untuk mencegah bom terjadi lagi.
Penanganan dan perlindungan pekerja migran kita (TKI), mencermati 
berulangnya berbagai kasus pemulangan TKI ilegal, penganiayaan dan 
pembunuhan, atau terjerat kasus hukum di negara lain, juga menjadi kebutuhan 
mendesak. Inisiatif Deplu agar sementara waktu Indonesia menerapkan 
kebijakan pengiriman nol TKI (zero tolerance) perlu didukung semua pihak 
sampai pranata hukum dan kelembagaan bagi upaya perlindungan itu mapan dan 
berjalan.
Kedua, saling keterkaitan antarisu dan masalah serta kecenderungan iklim 
internasional yang semakin terbuka menuntut penguatan peran diplomasi 
publik. Praktik diplomasi oleh aktor bukan negara ini (track-two diplomacy) 
ini ditujukan untuk melengkapi upaya saluran diplomasi resmi (track-one 
diplomacy) sehingga tumbuh opini positif sekaligus jaringan kuat dengan 
aktor-aktor perseorangan, LSM, dan media massa internasional. Langkah ini 
sekaligus sebagai pendekatan komprehensif-integratif dalam bingkai diplomasi 
total, yang mencerminkan sinergi saling mengisi antara para pengambil 
kebijakan dan pelaku politik luar negeri serta keterlibatan seluruh 
masyarakat. (29)
--Andi Purwono, dosen Hubungan Internasional Universitas Wahid Hasyim 
Semarang. 



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
$4.98 domain names from Yahoo!. Register anything.
http://us.click.yahoo.com/Q7_YsB/neXJAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Forum IT PPI-India: http://www.ppiindia.shyper.com/itforum/
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke