http://www.kompas.com/read/xml/2008/10/18/10113478/pdb.is.positioning.differentiation.and.brand

PDB is Positioning, Differentiation and Brand


INTI dari marketing sebenarnya adalah Positioning, Differentiation, dan
Brand (PDB). Ya, marketing itu bukan sekadar Marketing-Mix atau yang dikenal
juga sebagai 4P (product-price-place-promotion). Sebab, marketing-mix tanpa
PDB jadinya bersifat komoditas dan me-too saja, bisa dengan mudah ditiru
oleh pesaing. Juga bukan Segmentation-Targeting-Positioning (STP) semata,
walaupun ini juga penting. Sebab, Positioning yang tidak didukung
Differentiation yang solid akan percuma. Cuma sekadar janji kosong.

Banyak orang yang juga masih salah paham, dikiranya marketing itu identik
dengan Selling. Karena banyak orang yang kerjaannya jualan (selling), tapi
di kartu namanya tertera posisi sebagai marketing. Lebih repot lagi ketika
orang mulai menganggap bahwa marketing adalah A&P alias Advertising and
Promotion. Orang jadi takut mendengar istilah marketing, karena kuatir akan
menghabiskan banyak uang namun hasilnya belum jelas, spend money for
nothing.

Belum lagi kekacauan pengertian Marketing Public Relations (MPR), di mana
public relations (PR) seolah-olah untuk membangun citra (image), sementara
marketing untuk jualannya. Event-event MPR mesti ada sponsorship plus
berjualan langsung di tempat. Bagi saya, itu semua salah kaprah. Saya
sendiri dalam buku-buku yang saya tulis dengan Philip Kotler selalu
mengatakan bahwa yang namanya Marketing itu sebenarnya ada 9 elemen—yang
terdiri dari 3 elemen Strategi, 3 elemen Taktik, dan 3 elemen Value—dengan
PDB sebagai intinya.

Tiga elemen Strategi adalah Segmentation, Targeting, dan Positioning (STP),
dengan Positioning sebagai intinya. Tiga elemen Taktik adalah
Differentiation, Marketing-Mix, dan Selling (DMS), dengan Differentiation
sebagai intinya. Sementara tiga elemen Value adalah Brand, Service, dan
Process (BSP), dengan Brand sebagai intinya.

Inti strategi marketing dari sebuah perusahaan mencakup PDB ini. Pertama
adalah bagaimana kita mampu secara tepat memposisikan produk, merek, atau
perusahaan kita di benak pelanggan. Kedua, bagaimana kita bisa menopang
positioning yang tepat ini dengan diferensiasi yang kokoh. Dan ketiga, kalau
kita sudah mampu memposisikan diri secara tepat dan mem-back-up-nya dengan
diferensiasi yang kokoh, maka langkah selanjutnya adalah bagaimana kita
membangun brand kita secara berkelanjutan.

Walaupun intinya memang PDB, namun kesembilan elemen marketing tadi tetap
memiliki peran masing-masing yang tidak kalah pentingnya. Sebuah program
marketing haruslah tetap mempraktikkan kesembilan elemen itu secara
komprehensif, tanpa kecuali. Artinya, suatu pernyataan positioning harus
sesuai dengan segmen yang ditetapkan dan sesuai dengan target yang dituju.
Juga, differentiation harus tetap diterjemahkan secara kreatif ke dalam
marketing-mix dan dipahami oleh para salesman. Begitu pula brand value harus
terus ditingkatkan oleh servis yang memuaskan dan process yang efisien.

Jadi, PDB memang harus kuat, namun tetap tidak boleh terpisah dari elemen
lainnya. Sekarang ini sudah banyak orang dari berbagai kalangan non-bisnis
seperti artis, politisi, akademisi, dan sebagainya yang menggunakan PDB.
Model ini memang sederhana tapi solid sehingga bisa diterapkan oleh banyak
orang yang awam marketing sekali pun.

Saya sendiri selalu menggunakan PDB ini pada berbagai kesempatan, bukan cuma
di Indonesia tapi juga di luar negeri. Misalnya ketika saya mengajar di
Nanyang Business School Singapura, Universiti Putra Malaysia tempat saya
kebetulan juga jadi Adjunct Professor, dan juga di University of St. Gallen
Swiss. Atau seperti ketika saya mengajar di Sekolah Staf Perwira Tinggi
(Sespati) Polri dan Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (Sesdilu) untuk
diplomat-diplomat di Departemen Luar Negeri.

Semua kasus sukses kalau dianalisis pasti ada PDB yang solid, baik pelakunya
melakukannya secara sengaja atau tanpa sengaja, baik ia mengerti atau tidak
mengerti teorinya. Itu tidak terlalu penting. Yang lebih penting ia sudah
menerapkan PDB ini, baik diakui maupun tidak.

Di Indonesia, kasus-kasus marketing yang sukses seperti Lux, Lifebuoy,
Toyota Kijang terlihat memiliki PDB yang solid. Sementara, kasus Timor
menunjukkan bahwa perusahaan ini gagal karena PDB-nya tidak jelas. Perumusan
positioning sebagai mobil nasional ternyata tidak didukung oleh diferensiasi
yang kuat. Selain itu, kondisi politik waktu itu juga cukup berpengaruh.

Jadi, sengaja atau tidak, sadar atau tidak, bahkan tahu atau tidak, tapi di
balik semua kisah sukses di era Legacy Marketing saja pasti ada PDB yang
solid. Apalagi di era New Wave Marketing saat ini.


[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke