Dari Diskusi "Perselingkuhan dalam Perspektif Sosiologi" di PSW UGM


Hati-Hati jika Pasangan Anda Mulai Tak Konsisten
Percaya atau tidak, selingkuh itu bisa dipelajari. Orang yang awalnya 
tidak memiliki bakat nyeleweng atau serong, bisa belajar dan akhirnya 
menjadi peselingkuh sejati. Dia belajar dari budaya lingkungan yang 
ada di sekitarnya. 

LAILA ROCHMATIN, Jogja

Ya, memang ada beberapa teori yang menjelaskan perilaku 
perselingkuhan. Di antaranya adalah learning theory yang menjelaskan 
bahwa perilaku selingkuh itu bisa dipelajari oleh orang yang awalnya 
tidak memiliki bakat melakukannya. 

"Seseorang yang tidak memiliki potensi selingkuh, bisa menjadi 
peselingkuh sejati dengan proses belajar atau coba-coba," jelas dosen 
sosiologi UGM Soeprapto saat berbicara dalam diskusi 
bertema "Perselingkuhan dalam Perspektif Sosiologi" di Pusat Studi 
Wanita (PSW) UGM, kemarin.

Ciri-ciri orang yang tengah belajar menjadi peselingkuh, diawali 
dengan mulai bersikap tidak konsisten. Misalnya mulai coba-coba 
membohongi pacar, istri, dan suami. Waktu yang dibutuhkan untuk 
belajar berbohong pun lama, karena sebenarnya yang bersangkutan 
awalnya tidak memiliki bakat berbohong.

"Maka hati-hatilah para suami, istri, dan kekasih, jika mendapati 
pasangannya dirasa mulai tidak konsisten dengan ucapannya. Awalnya 
bilang A, beberapa jam kemudian bilang B. Yang bersangkutan juga 
mulai cerdik mencari bahan yang sekiranya pasangannya akan percaya," 
tambah Soeprapto.

Tetapi, jangan sekali-kali bersikap terlalu curiga dengan pasangan, 
atau cemburu yang membabi buta. Sebab, ada teori yang mengatakan 
bahwa peselingkuh bisa dilahirkan karena label atau stempel yang 
diberikan pihak lain. Seseorang bisa menjadi peselingkuh karena 
selalu dituduh tidak setia, berbohong dan berkhianat. 

"Karena selalu dituduh berselingkuh, akhirnya dia mencoba untuk 
mengiyakan tuduhan yang dialamatkan kepadanya itu. Dia pun menjadi 
berselingkuh beneran. Daripada tidak selingkuh dituduh selingkuh," 
tambahnya.

Penemuan Soeprapto yang tidak kalah menarik bahwa peselingkuh bisa 
diketahui dari ciri fisiknya. Perilaku selingkuh berkaitan dengan 
tipe fisik seseorang. Yakni berambut keriting, bermata sipit, dan 
memiliki garis tangan tertentu. 

Dikatakan, setiap minggu ada tiga orang yang berkonsultasi di rumah 
Soeprapto sebagai korban atau pelaku perselingkuhan. "Setelah 
beberapa tahun, saya menyimpulkan bahwa pelaku perselingkuhan juga 
berkaitan dengan ciri fisik. Tapi hati-hati lho, kalau orang berambut 
keriting sebaiknya tidak berselingkuh dengan orang berambut lurus. 
Nanti cepat ketahuan, kalau ada rambut lurus yang menempel di antara 
rambut keritingnya," ujar Soeprapto seraya tertawa.

Perilaku selingkuh seseorang tidak bisa dilepaskan dari dorongan 
biologis. Dia memiliki hasrat bercinta yang menggebu-gebu dan tidak 
tertahankan. "Sehingga, dia harus meminjam atau merebut pasangan 
orang lain. Atau mencari pasangan lain meski sudah memiliki."

Meski merugikan lahir dan batin, ternyata dalam sosiologi 
kriminalitas, perilaku selingkuh termasuk pengkhianatan 
ringan. "Seperti halnya membunuh pacar dan poligami, selingkuh 
termasuk dalam kategori pengkhianatan ringan. Sedangkan yang termasuk 
kategori pengkhianatan berat adalah membunuh raja atau pemimpin." 

Seiring perkembangan teknologi dan zaman, kasus perselingkuhan 
semakin meningkat dengan berbagai modus. Oleh sebab itu, lembaga 
keluarga, pendidikan, agama, ekonomi, dan pemerintah memiliki 
tanggung jawab untuk menanggulangi perilaku perselingkuhan. 

"Penanggulangan bisa dalam bentuk pendewasaan masyarakat secara fisik 
dan kejiwaan, sosialisasi jenis kekerasan, advokasi penanggulangan 
kekerasan, dan melakukan kontrol sosial secara terpadu," tutur pria 
berkacamata ini. ***



Reply via email to