(dikutip dr milis AIPI): SBY Didesak Bentuk "Zaken" Kabinet [JAKARTA] Sejumlah parpol besar anggota koalisi pengusung pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono, mulai menagih jatah menteri di kabinet, sesuai kontrak politik yang telah disepakati. Beberapa di antaranya, terang-terangan mengajukan sejumlah kader parpol untuk dipilih menjadi menteri.
Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mahfudz Siddiq mengatakan, format kabinet pemerintahan SBY-Boediono harus mencerminkan konfigurasi koalisi partai pengusung dalam Pilpres 2009. "Walaupun penentuan kabinet adalah hak prerogatif presiden, tetapi sebagai wujud kebersamaan dengan mitra koalisinya, format kabinet mendatang harus mencermikan konfigurasi dukungan partai-partai koalisi pendukungnya, " katanya, di Jakarta, Jumat (10/7). Terkait pembentukan kabinet baru, dia mengungkapkan, sejak awal PKS sudah mengajukan delapan kadernya sebagai calon menteri. Kedelapan nama tersebut adalah Hidayat Nur Wahid (anggota Majelis Syuro PKS), Tifatul Sembiring (Presiden PKS), Irwan Prayitno (Ketua Komisi X DPR), Salim Al Jufri (Dubes untuk Arab Saudi), Surahman Hidayat (Ketua Dewan Syariah DPP PKS), Suharna Surapranata (Ketua Majelis Pertimbangan DPP PKS), Moh Sohibul Imam (Ketua DPP PKS), dan Suswono (anggota Komisi IV DPR). "Sampai hari ini kita belum menentukan pos-pos menteri. Yang penting, kita mengajukan kader-kader terbaik dengan kualifikasi akademik yang memadai, punya kompetensi dan profesional, " jelasnya. Disinggung kemungkinan SBY menolak nama-nama yang diajukan, Mahfudz berkilah, asalkan semua dibicarakan dengan musyawarah dan mufakat, tentu tidak ada pihak yang dirugikan. Secara terpisah, fungsionaris DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Asep Supriyatna mengungkapkan, partainya juga telah menyiapkan sejumlah kader untuk diajukan kepada SBY. "Dalam beberapa pertemuan, mengerucut bahwa ada usaha dan juga kualifikasi dari beberapa kader dan fungsionari PAN yang memiliki peluang besar masuk dalam pemerintahan, " katanya. Sedikitnya ada lima nama dari PAN yang dinominasikan masuk dalam kabinet baru mendatang. Selain Hatta Rajasa dan Bambang Sudibyo yang saat ini menjadi menteri, tiga nama lainnya adalah Patrialis Akbar yang memiliki kualifikasi di bidang hukum dan HAM, Totok Daryanto yang berkompeten mengurusi BUMN, serta Sekjen PAN Zulkifli Hasan yang kemungkinan diarahkan menjadi Menneg Koperasi dan UKM. Asep mengakui, Ketua Umum DPP PAN, Soetrisno Bachir sebenarnya menolak untuk mengusulkan calon menteri. "Tetapi sebagai konsekuensi logis dari koalisi bersama, tentu elite-elite di PAN akan melobi jatah menteri," ungkapnya. Dia tak menampik ada beberapa pos kementerian yang kemungkinan juga diincar parpol lainnya. "Misalnya, posisi mendiknas yang saat ini dipegang kader PAN (Bambang Sudibyo), ternyata juga diincar PKS," ujarnya. Asep menegaskan, apabila SBY menolak kader PAN menjadi menteri, pihaknya tetap konsisten mendukung koalisi di parlemen. "Tetapi ini bisa berubah jika dalam kongres PAN keputusannya mencabut dukungan di koalisi SBY. PAN tetap bisa mengabdi bangsa ini dengan menjadi oposisi," sambungnya. Penjelasan berbeda disampaikan Ketua DPP PAN Totok Daryanto. "Dengan kemenangan yang hampir pasti diraih ini, bisa jadi SBY-Boediono akan memaksimalkan sistem presidensial. Untuk itu, sebaiknya semua urusan mengenai siapa yang dicalonkan dan dipilih, diserahkan sepenuhnya ke SBY sendiri. PAN tetap akan mendukung pemerintah dan memperkuat koalisi di parlemen," katanya. Sesuai Kontrak Politik Sementara itu, sumber di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menyebutkan, setidaknya ada empat nama kader partai berlambang Kabah itu yang bakal diajukan menjadi menteri kepada SBY. Keempat nama itu adalah Suryadharma Ali, Lukman Hakim Saifudin, Chozin Chumaidy, dan Suharso Monoarfa. Saat dikonfirmasi mengenai bakal diajukannya nama-nama tersebut, Chozin Chumaidy membantahnya. "Belum tahu. Kita tak mengajukan nama. Kita serahkan sepenuhnya kepada Pak SBY untuk menentukan anggota kabinetnya," kata Wakil Ketua Umum DPP PPP itu. Meski demikian, dia mengingatkan, konstruksi kabinet yang akan dibangun SBY-Boediono agar berpegang pada isi kontrak politik yang sudah dibuat bersama dengan parpol anggota koalisi. Salah satu butir kontrak politik tersebut adalah membentuk koalisi di pemerintahan, yang diwujudkan melalui kabinet dengan mencerminkan proporsionalitas koalisi parpol. "PPP percaya, Pak SBY dapat menyusun kabinet yang mencerminkan harapan mitra koalisinya," ujarnya. Sikap yang sama juga diambil Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sekjen DPP PKB Lukman Edy mengingatkan, koalisi pengusung SBY-Boediono sejak awal menyepakati bahwa kabinet yang akan dibentuk mengedepankan kader parpol yang menjadi mitra koalisi. Mengenai jatah menteri untuk PKB, dia menyebut Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar, sebagai salah satu kader yang dijagokan menjadi menteri. Partai Demokrat pun tak ketinggalan akan mengajukan nama ke SBY. "Setelah KPU menetapkan hasil resmi pilpres, sejumlah nama sebagai representasi partai akan diajukan kepada Pak SBY sebagai capres terpilih, untuk mengisi kursi di kabinet. Sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Pak SBY tahu persis kemampuan dari nama yang diajukan," ungkap Ketua DPP Partai Demokrat, Jafar Hafsah. Menyikapi posisi parpol mitra koalisi tersebut, Sekretaris Tim Kampanye Nasional SBY-Boediono, Marzuki Ali mengakui, dalam kontrak politik memang disebutkan bahwa parpol mitra koalisi berhak mengajukan kandidat dalam pembentukan kabinet. "Meski demikian, dalam pembentukan kabinet adalah hak prerogatif SBY untuk memutuskan," tegasnya. Disinggung mengenai potensi parpol mitra koalisi menarik kembali dukungannya jika tidak mendapat jatah di kabinet, Marzuki menjelaskan, semua itu ada aturan mainnya. Kabinet Ahli Secara terpisah, pakar hukum tata negara Universitas Gadjah Mada, Fajrul Falakh berharap SBY berani mengaktualisasikan modal legitimasi yang diperolehnya dari rakyat, dengan zaken kabinet (kabinet ahli), yang juga diimbangi dukungan mitra koalisinya. "Tawar-menawar dalam penyusunan kabinet tak bisa dihindari. Di sinilah SBY ditantang seberapa jauh mampu mengeksekusi hak prerogatifnya menghadapi tekanan parpol. Di sisi lain, presiden harus mampu mempertahankan konsolidasi kekuatan koalisi, agar tidak retak," katanya. Dia mengingatkan, praktik dagang sapi masih mewarnai politik pemerintahan di Indonesia. "Apalagi, posisi di kabinet adalah barang mahal," imbuhnya. Menurut Fajrul, jika terpilih kembali dengan dukungan mayoritas dari rakyat, SBY punya modal legitimasi yang kuat, sehingga leluasa menyusun format kabinetnya. "SBY juga tidak terkendala oleh Boediono yang tidak berlatar belakang parpol," jelasnya. Ditambahkan, menyikapi tantangan berat ke depan, terutama di bidang ekonomi, idealnya SBY membentuk zaken kabinet. "Sebaiknya SBY mengandalkan teknokrat ketimbang figur parpol, kendati itu akan memancing reaksi ketidakpuasan dari parpol mitra koalisi," katanya. [J-11/EMS/C- 4/R-15] [Non-text portions of this message have been removed]