http://www.suarapembaruan.com/News/2006/03/21/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 
Tajuk Rencana I

Pendidikan di Papua yang Merana

KITA prihatin membaca berita tentang pendidikan di Papua, khususnya di 
Kabupaten Yahukimo. Belum hilang ingatan kita akan kasus kelaparan, ternyata 
masyarakat di kabupaten itu juga lapar pendidikan. Artinya, anak-anak usia 
sekolah di kabupaten itu belum bisa mendapatkan pendidikan sebagaimana 
layaknya. Ketika di Jawa anak-anak sekolah sudah bergumul dengan komputer, 
anak-anak Yahukimo masih harus belajar di tingkat dasar. 

Masalah yang paling mendasar yang sedang dihadapi kabupaten ini adalah 
kurangnya tenaga pendidik. Di kabupaten yang luasnya mencapai 18.000 km2 -- 
hampir sama dengan luas satu provinsi di Jawa - hanya terdapat 66 sekolah dasar 
yang dilayani 117 orang guru. Itu berarti rata-rata satu sekolah dilayani 1,8 
orang guru. 

Sudah jumlahnya kurang, ribuan guru yang ditempatkan di sana ternyata 
meninggalkan tempat tugasnya karena beratnya medan dan mencari penghasilan 
tambahan lain. Guru-guru yang ditempatkan di pegunungan lari. Keadaan makin 
runyam, karena gaji guru sering datang terlambat. Kalau sudah datang, masih 
dipotong lagi. Akibatnya, anak didik merana, tidak bisa bisa mendapatkan 
pendidikan sebagaimana layaknya. 

UNTUNGLAH ada yang prihatin dengan keadaan itu, lantas bersedia menjadi tenaga 
sukarela untuk mendidik anak-anak yang ditinggalkan oleh guru-guru mereka. 
Anggota TNI yang ditugaskan untuk menjaga keamanan di Papua, terpanggil untuk 
mengajar anak-anak itu membaca, menulis, dan berhitung. Hal itu sudah sangat 
membantu mereka agar tidak menjadi buta huruf. 

Kondisi pendidikan yang dilukiskan di Kabupaten Yahukimno tidak berbeda jauh 
dengan kondisi di Papua pada umumnya. Karena itu, kita meminta Pemeritnah Pusat 
perlu segera mengatasi masalah ini. Jika dibiarkan, maka akan muncul satu 
generasi yang hilang. Jelas, hal itu akan menjadi beban kita di masa depan. 

Pemerintah perlu mencari jawaban, mengapa banyak guru yang ditempatkan di sana 
justru meninggalkan tempat kerjanya. Jelas, hal itu merupakan sinyal ada 
sesuatu yang tidak beres. Jawaban itu penting untuk mengatasi masalah 
pendidikan di Papua. 

BERBAGAI jalan keluar juga sudah saatnya dipikirkan. Misalnya, bagaimana 
merangsang para guru agar betah mengajar dan tidak meninggalkan tempat 
tugasnya. Mungkin, salah satu caranya adalah menyediakan fasilitas hiburan, 
yaitu televisi dengan fasilitas parabola, atau memberikan insentif khusus. 
Maklum, di pedalaman guru susah mendapatkan hiburan. 

Banyak masalah yang merundung Papua. Berbagai krisis terjadi di sana, termasuk 
masalah Abepura. Namun, kita jangan sampai membiarkan Papua mengalami krisis 
guru, krisis pendidikan. 


Last modified: 21/3/06 

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to