*Penelitian Virologi*

Penyakit mematikan akibat virus, dalam beberapa dekade terakhir ini menjadi
tema utama penelitian para pakar virologi.

Dunia kini menghadapi peningkatan kasus penyakit infeksi yang mematikan
akibat seragan virus, seperti penyakit HIV-AIDS yang belum ada obatnya, SARS
dan yang paling aktual adalah Flu Burung.Demikian juga penyakit akibat virus
yang membunuh secara diam-diam seperti Hepatitis C dan kanker leher rahim.
Menimbang ancaman ini, dalam Kongres Pakar Virologi Eropa di Nürnberg-Jerman
belum lama ini, disusun skala prioritas bagi strategi penanggulangan dan
pemberantasan ancaman wabah penyakit virus.

Ancaman penyakit infeksi akibat virus adalah nyata dan berada di depan mata.
Jika kita mengutip angka statistik Organisasi Kesehatan Dunia-WHO, ancaman
wabah mematikan itu menjadi semakin jelas. Awal tahun 2007 lalu, dilaporkan
sedikitnya 40 juta umat manusia terinfeksi virus HIV. Setiap tahunnya
terdapat 4 juta penderita baru infeksi HIV. Sekitar tiga juta orang
meninggal akibat HIV/AIDS setiap tahunnya. Itu hanya statistik penyakit
akibat virus HIV saja. Jika kita mengutip statistik penyakit Hepatitis C,
datanya lebih dramatis lagi. Di seluruh dunia tercatat 170 juta penderita
infeksi kronis Hepatitis C. Setiap tahunnya 1,2 juta penderita meninggal
akibat sirosis hati dan gagalnya fungsi hati. Sekitar empat juta penderita
baru terinfeksi Hepatitis C setiap tahunnya.

Angka statistik WHO itu amat mengerikan, tetapi yang lebih mengerikan lagi,
berbagai penyakit viral hingga kini belum ada obatnya. Penelitian pembuatan
obat atau vaksin HIV AIDS misalnya, hingga kini belum menunjukkan hasil
memuaskan. Hepatitis C yang ditemukan 20 tahun lalu, hingga kini belum ada
obat yang benar-benar ampuh secara menyeluruh. Penyebabnya, virus Hepatitis
C memiliki sifat dan cara penularan mirip Virus HIV. Sejauh ini penyakit
Hepatitis C biasanya diobati menggunakan unsur aktiv Interferon-alpha dan
Ribavirin yang mencegah perkembang biakan virus. Akan tetapi hanya sekitar
50 persen pasien yang diobati menunjukkan kondisinya membaik. Masalah yang
dihadapi diungkapkan oleh kepala tim peneliti virus HIV dan Hepatitis C dari
Universitas Ulm di Jerman, Professor Frank Kirchhoff :

"Disebutkan, masalahnya, kita harus dapat meneliti virusnya. Walaupun virus
ini berkembang biak dalam hati, bertahun-tahun lamanya para peneliti tidak
memiliki kemungkinan membiakkannya di dalam sel di laboratorium. Jika
sekarang mereka dapat mengembangbiakan virusnya, para peneliti harus
berterima kasih pada professor Bartenschlager."

Dengan bantuan teknologi baru sistem sel, prof. Ralf Bartenschlager pimpinan
bagian virologi molekuler dari Universitas Heidelberg Jerman, berhasil
mengembangkan metode baru untuk memungkinkan perkembang biakan virus
Hepatitis C di laboratorium. Dengan itu, kini muncul impuls baru dalam
perang melawan penyakit Hepatitis C, baik menyangkut penelitian lanjutan
maupun untuk pengembangan unsur aktiv serta vaksin anti virusnya.

Prof Frank Kirchhoff dari Universitas Ulm menjelaskan, sekarang para ilmuwan
dapat meneliti bagaimana virusnya berkembang biak. Dan dengan begitu, juga
dapat mencari unsur aktiv yang dapat memblokir perkembang biakannya, atau
yang mencegah masuknya virus ke dalam sel. Penelitian di bidang penyakit
Hepatitis C saat ini mengalami kemajuan pesat, bahkan disebutkan dalam
berbagai sektor, lebih maju dibanding penelitian virus HIV. Konkritnya, saat
ini obat Hepatitis C sudah dikembangkan dan memasuki tahapan uji klinik.

Kemajuan seperti itu, juga amat diharapkan dalam penelitian melawan penyakit
HIV/AIDS. Akan tetapi, kecepatan mutasi virus HIV tetap membuat para
peneliti kewalahan. Memang penyakit melemahnya sistem pertahanan tubuh itu,
dewasa ini tidak selalu menyebabkan kematian pada pasiennya. Akan tetapi
penderitanya merupakan beban kesehatan yang amat mahal, karena harus terus
menerus diberi obat sampai akhir hayatnya. Terutama bagi penderita di negara
berkembang, dimana 90 persen penderita HIV-AIDS berada, sejauh ini tetap
tidak ada strategi serius untuk memerangi masalah penyakit tsb.

Masalah utamanya, negara-negara berkembang tidak memiliki cukup uang untuk
program semacam itu. Prof Frank Kirchhoff peneliti AIDS dari Jerman
menggambarkan :

"Hal ini secara keseluruhan merupakan bagian yang membuat frustrasi dari
kegiatan penelitian. Akan tetapi, dewasa ini kami sudah lebih mengetahui,
strategi apa yang digunakan oleh virus, untuk mengalahkan sistem kekebalan
tubuh manusia. Dan itu memberikan landasan, suatu hari nanti pasti terdapat
jawaban dari sistem kekebalan tubuh. Baru-baru ini juga diketahui, tubuh
manusia mengembangkan mekanisme untuk melawan virusnya. Namun kemampuan
virus untuk mengembangkan strateginya juga cukup tinggi. Terdapat banyak
sekali data baru yang diperoleh rekan-rekan saya."

Hingga kini Kirchhoff dan peneliti HIV-AIDS lainnya tetap mengharapkan
ditemukan terobosan dalam pengembangan obat AIDS. Sementara di sisi lainnya,
dalam pengobatan dan vaksinasi kanker leher rahim justru terdapat pro dan
kontra cukup hebat. Setiap tahunnya di Jerman sekitar 6.000 perempuan
didiagnosis mengidap penyakit tsb. Sekitar 1.800 meninggal setiap tahunnya
sebagai akibat penyakit kanker leher rahim.

Penelitian yang dilakukan Professor Otto Haller direktur bagian virologi
Universitas Freiburg dan Harald zur Hausen pendiri Institut Virologi di
Universitas Erlangen-Nürnberg terus berusaha untuk dapat menemukan
pengobatan kanker leher rahim. Harald zur Hausen yang kemudian menjadi
pimpinan pusat penelitian kanker Jerman di Heidelberg, menemukan adanya
virus yang mempengaruhi munculnya kanker leher rahim.


Prof. Haller mengungkapkan : "Terdapat virus yang langsung terlibat dalam
munculnya kanker. Di garis depan adalah sejenis virus kutil, dimana sekarang
diketahui, virus ini ikut serta menyebabkan munculnya kanker leher rahim.
Dan terlihat, vaksinasi dapat mencegah infeksi virus dan dengan itu
menghindarkan munculnya kanker."

Akan tetapi vaksinasi ini hanya ampuh, jika virusnya yang disebut papilloma
belum menyerang leher rahim. Jadi pemeriksaan dini sejak remaja menjadi amat
penting. Namun juga diketahui, vaksinasi dapat mengurangi risiko munculnya
kanker leher rahim. Pro-kontra muncul, karena vaksinasi untuk mencegah
kanker leher rahim itu dampak negatifnya dalam jangka panjang belum
diteliti. Selain itu, saat ini diketahui terdapat sedikitnya 60 jenis virus
papilloma, yang memiliki sifat berbeda-beda pula. Artinya, tidak ada satu
jenis vaksinasi yang ampuh untuk semua sub-tipe virus papilloma. Demikian
juga ongkos vaksinasinya masih tergolong mahal, yakni sekitar 500 Euro per
pasien. Para pengkritik melontarkan tudingan, apa yang disebut vaksinasi
ajaib itu, tidak lebih dari sekedar cara meraup untung sebanyak-banyaknya,
tanpa bukti penelitian yang akurat.


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke