Penyembuh (1) 
Pendahuluan
Berbicara tentang penyembuhan, pasti berhubungan dengan konsep sehat. 
Dalam bahasa agama (Islam) disamping kata sehat (shihhat) juga 
digunakan kata `afiat, yang dalam bahasa Indonesia kemudian disambung 
menjadi sehat wal-afiat. Jika kata shihhat (sehat) berhubungan dengan 
fungsi, maka kata `afiat berhubungan dengan maksud penciptaan. Mata 
yang sehat adalah mata yang bisa digunakan untuk melihat/membaca 
tanpa memerlukan alat bantu (fungsional), sedangkan mata yang afiat 
sesuai dengan maksud penciptaannya adalah mata yang mudah digunakan 
untuk melihat sesuatu yang halal tetapi tidak mau digunakan untuk 
melihat sesuatu yang diharamkan (nilai). Telinga yang sehat adalah 
yang fungsi pendengarannya berjalan, sedang telinga yang afiat adalah 
yang selalu terbuka terhadap kata-kata kebenaran tetapi tuli terhadap 
bisikan yang menyesatkan. Demikianlah makna sehat dan afiat bagi 
hidung, tangan, kaki hingga kepada organ yang paling vital. Jika 
bidang kesehatan merupakan urusan dunia kedokteran, maka bidang 
keafiatan merupakan urusan dunia nilai, dunia spiritual, dunia 
tasawuf.

Kesehatan Jiwa
Jiwa bisa dilihat sebagai organ psikologis dimana azas dan hukumnya 
bisa dipelajari seperti yang dilakukan oleh Ilmu Jiwa. Dari sini pula 
kemudian dikenal ada orang sakit jiwa dan ada yang hanya terkena 
gangguan kejiwaan. Penanganan orang sakit jiwa di Rumah Sakit Jiwa, 
sedangkan penanganan gangguan kejiwaan cukup dibawa ke psikiater atau 
konselor kejiwaan. 

Dalam bahasa agama, jiwa (nafs) bukan hanya organ psikologis, tetapi 
juga organ spiritual (aspek ruhaniah). Dalam hal ini nafs juga bisa 
dibedah anatomi spiritualnya, dan di sana terdapat bagian-bagian; 
qalb (hati), `aql (akal), bashirah (hati nurani), ruh (nyawa), 
syahwat dan hawa (keinginan). Kualitas kejiwaan dalam perspektif ini 
disebut al-Qur'an secara bertingkat; nafs zakîyah (jiwa yang suci 
fitri), nafs lawwâmah (jiwa yang sedang mencari jati diri), 
nafs `ammârah (jiwa yang tidak sehat) dan nafs muthma'innah (jiwa 
yang tenang). Untuk mencapai tingkat ketenangan jiwa, bisa dilakukan 
sendiri dengan muhâsabah dan mujâhadah (kalkulasi diri dan melatih 
diri), dan bagi yang tidak mampu ia bisa dibantu oleh pembimbing 
spiritual (mursyid), dan dalam sistemnya disebut melalui tarekat 
(tharîqat). 

Wassalam,
agussyafii
http://mubarok-institute.blogspot.com



Kirim email ke