http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/7/15/p2.htm

Persengkongkolan Jahat 



Kongkalikong antara legislatif dan eksekutif akhir-akhir ini disoroti lantaran 
lemahnya peran kontrol konstituen terhadap wakilnya. Usai pemilihan, rakyat tak 
lagi mengawasi kinerja legislatif. Kolusi antara kedua lembaga ini, menyebabkan 
peluang masyarakat menikmati kue pembangunan menjadi makin kecil. Malah APBD 
yang mestinya lebih banyak diporsikan untuk pembangunan fisik di masyarakat, 
justru lebih banyak dibagi antara legislatif dan eksekutif lewat berbagai pos 
yang justru menguntungkan keduanya.

Harus diakui keakraban dan jalan bareng Dewan dengan eksekutif sulit dihindari 
lantaran keduanya sebagai mitra kerja pemerintahan, pembangunan dan pelayanan 
masyarakat. Boleh dikatakan mereka seiring sejalan, padahal ada hirarki yang 
jelas dalam pengawasan. Legislatif mengawasi eksekutif. Adanya kerja sama 
menyebabkan banyak hal bisa terjadi, terutama hal-hal yang menguntungkan oknum 
kedua lembaga tersebut. Rakyat yang mesti terlayani menjadi terpinggirkan. 
Bahkan, tak sedikit yang harus kehilangan hak-haknya.

Malah Wakil Ketua DPC PDI-P Badung yang kini duduk di legislatif Drs. Wayan 
Suwardana memandang kerja sama dan saling melengkapi antara legislatif dan 
eksekutif justru diperlukan untuk mencapai sasaran pembangunan. Tak soal 
baginya adanya kerja sama itu, sepanjang itu positif dan tak melenceng dari 
aturan main. Namun, tak tertutup kemungkinan ada oknum tertentu, baik dari 
legislatif maupun eksekutif yang memanfaatkan kerja sama itu untuk kepentingan 
pribadinya atau kelompoknya dengan mengabaikan tugas-tugas pokoknya sebagai 
abdi masyarakat. ''Kalau ini yang terjadi jelas tak tepat,'' katanya.

Dari aturan main, dia melihat sudah cukup bagus dan transparan. Rakyat bisa 
ikut melakukan fungsi kontrolnya dalam berbagai hal. Sekarang tinggal peran 
masing-masing apakah mau atau tidak melaksanakan dengan baik. Inilah 
persoalannya sehingga Dewan bersama eksekutif dengan mudahnya berkolusi dengan 
memanfaatkan celah aturan yang ada. Kasus dugaan penyimpangan APBD sampai 
milyaran rupiah, cermin betapa persekongkolan jahat telah terjadi dengan 
memanfaatkan celah aturan yang akhirnya merugikan rakyat. Sebuah penyimpangan 
terjadi lantaran ada pihak-pihak yang ingin mengambil kesempatan untuk 
mendapatkan keuntungan dengan cara mudah. Hanya dengan iktikad baik 
masing-masing abdi, penyimpangan anggaran itu bisa ditekan. 

Dalam pemisahan keuangan lembaga negara memang dimaksudkan agar bisa dikelola 
secara mandiri, transparan, efisien serta akuntabel guna menjamin pelaksanaan 
pemerintahan yang optimal. Namun, Suwardana mengatakan pemisahan anggaran kedua 
lembaga itu, tak bisa menjamin bersihnya pelaksanaan pembangunan. Sebab, kedua 
lembaga ini mempunyai kepentingan sama-sama dalam pembangunan. Misalnya, dalam 
membuat Ranperda APBD.

Moral

Dalam kaitan APBD ini, diakui anggota DPRD Badung Puspa Negara dan Wayan Darma, 
peluang kongkalikong antara Dewan dan eksekutif cukup besar terjadi. Namun, 
bukan berarti semua itu buruk. Tak mustahil dengan kerja sama itu, dapat 
dicegah hal-hal negatif. ''Saya melihat faktor moral masing-masing abdi negara 
dan rakyat sangat menentukan,'' jelas Puspa.

Sehebat apa pun aturan, kalau pelaksanaannya tak tegas,  takkan berarti bagi si 
pelanggar. Namun, dengan membaiknya tingkat kesadaran serta dukungan moral yang 
tinggi, dia yakin kinerja akan bisa lebih baik sekaligus terhindar dari 
persekongkolan jahat.

Mantan Ketua Komisi B DPRD Bali Sugawa Korry mengatakan akibat terjadinya 
persekongkolan antara legislatif dan eksektutif banyak hak publik yang tak bisa 
dirasakan masyarakat. Dewan perlu melakukan instrospeksi dalam menegaskan 
komitmennya sebagai wakil rakyat yang seharusnya membela kepentingan rakyat. 
Komitmen untuk mengabdi itulah membuat tugas yang berat bisa menjadi ringan.  
''Dengan memahami aturan main dan bidang masing-masing, saya yakin Dewan bisa 
lebih menempatkan posisinya yang strategis itu lebih layak di mata 
masyarakat,'' kata Wakil Ketua DPD Golkar Bali ini.

Lembaga Independen

Sebenarnya peluang kolusi antara Dewan dan eksekutif bisa diminimalisasi. 
Sebab, perangkat aturan dan lembaga yang berfungsi untuk melakukan pengawasan 
cukup banyak. Menurut Suwardana, sebenarnya dengan adanya lembaga pengawas 
seperti Bawasda dan BPKP dan KPK, potensi untuk tumbuhnya kongkalikong yang 
merugikan rakyat dan negara bisa dicegah. Hanya pengendaliannya menjadi tidak 
mudah karena kembali kepada moral.

Rakyat harus berperan aktif melakukan pengawasan jika ingin melihat lembaga 
legislatif lebih kredibel. ''Rakyat jangan terlalu mempercayakan banyak hal 
kepada wakil-wakilnya, baik di Dewan maupun lembaga lain,'' ujarnya. Kontrol 
yang kontinu dan tak mengenal lelah diyakini lambat-laun bisa memperkecil 
peluang terjadinya hal-hal yang merugikan rakyat itu sendiri. 

Soal teknis pelaksanaannya, memang tak harus rakyat berhadapan dengan pelaksana 
pembangunan. Pemberian masukan dan kritik sudah cukup memberi arah bagi mereka 
yang bertugas sebagai pengemban aspirasi rakyat. Dalam pengawasan, tampaknya 
rakyat memberikan kepercayaan yang cukup besar kepada elitenya. Usai pesta 
demokrasi di legislatif maupun pilkada langsung, rakyat tak lagi berperan 
aktif, apalagi mengontrol elite yang akan berkuasa. Ada stagnasi yang besar 
terjadi antara elite dengan pendukungnya setelah pesta-pesta besar itu berlalu. 
Malah dalam berhubungan ke legislatif, rakyat lebih banyak membutuhkan bantuan 
ketimbang mengawasi wakil rakyatnya. (lit)




[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to