http://kesehatan.kompas.com/read/xml/2009/03/07/02405619/pikiran.lebih.jernih.dengan.vegetarian

*Pikiran Lebih Jernih dengan Vegetarian*

Laporan wartawan KOMPAS Lukas Adi Prasetyo


*YOGYAKARTA*, JUMAT - Menjadi seorang vegetarian, pikiran manusia lebih
jernih dan gembira, sebab ikut mengambil peran dalam pelestarian alam, kasih
sayang terhadap binatang, dan menghargai kehidupan.

Hal itu disampaikan Kamalanathan Sappani, dokter, penggiat vegetarian, yang
juga Medical Director Metronik iCares SDN BHD Malaysia, ketika berbicara
dalam seminar vegetarian yang diselenggarakan Indonesia Vegetarian Society
(IVS), Jumat (6/3) malam.

"Kita harus mengambil satu langkah untuk menyelamatkan bumi, dengan melihat
menu makan kita," ujarnya.

Menurut Kamalanathan, ada ungkapan you are is what you eat (Anda adalah apa
yang Anda makan). Menurutnya, itu sangat tepat menggambarkan manusia dan
pola makannya sekarang yang asal makan. Manusia tidak berpikir bagaimana
proses dan dampak makanan itu pada tubuh dan psikologis .

Daging adalah makanan yang menurutnya tidak perlu dimakan karena banyak
alasan, salah satunya dari sisi kesehatan dan perikehidupan. Kamalanathan
sendiri mengaku sangat bahagia menjadi vegetarian.

"Dengan bervegetarian, saya riil menyelamatkan ayam, kambing, sapi, dan
hewan-hewan dari kematian yang tidak perlu hanya demi keinginan perut.
Dengan bevegetarian, pikiran saya bebas dan jernih, serta bisa berpikir
dengan lebih baik. Saya mendapat kegembiraan dan semakin paham bagaimana ke
hidupan dan bumi harus dihargai," paparnya.

Dalam acara itu, Kamalanathan menjawab beberapa pertanyaan dari peserta.
Salah satunya tentang, jika daging sudah terbukti merugikan kesehatan,
mengapa masih ada dokter yang makan daging.

"Kalau Anda menanyakan kepada dokter yang suka makan daging, ya tentu mereka
menjawab bahwa manusia tidak perlu bervegetarian, kan," jawab Kamalanathan.

Ia lalu memberi gambaran bahwa di negeri asalnya, yakni India, tradisi tidak
makan daging berkaitan erat dengan religi yang ditaati . Tak bisa
dimungkiri, itu sangat membantu. Rumah sakit-rumah sakit di India
menyediakan vegetarian, dan dokter-dokternya vegan.

"Semua, sekarang menuju ke organik. Gerakan vegetarian akan semakin meluas.
Ada satu hari dalam setahun untuk mengingatkan orang untuk menengok bahaya
daging (meatless day ), dan sesudahnya pasti ada orang yang dengan sadar
bervegetarian," ujarnya.

Prasasato Satwiko, profesor yang juga Koordinator Bidang Teknologi Pusat
Studi Energi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), yang juga pembicara,
mengutarakan, sangat susah mengajak orang untuk mencerna dan menganalisis
apa menu di piring yang disantap.

"Kita belajar energi, mencari sumber energi, mencari penyebab mengapa bumi
makin rusak, mengapa hewan punah, mengapa banyak pe nyakit. Semua mengarah
pada gaya hidup, pola konsumsi. Tak usah ke mana-mana mencari jawabannya,
cukup lihatlah menu piring. Daging, tidak perlu ada di piring, karena memang
tidak perlu dan tubuh tidak memerlukan," ucap Prasasto.

Banyak anggapan salah terkait vegetarian. Misalnya tubuh menjadi lemah,
kurang gizi. Namun anggapan itu amat mudah dipatahkan. Menurut Prasasto,
jika tubuh terasa lemas karena tidak makan daging, itu hanya sugesti. Dengan
kata lain, itu menunjukkan bahwa daging memang sudah menguasai manusia dan
membuat ketergantungan yang tidak perlu.

"Itu hanya ketakutan-ketakutan. Kurang gizi, bukan alasan. Itu bisa dipenuhi
dengan makanan nabati yang bervariasi," ujar Kamalanathan.

Banyak tokoh hebat yang bervegetarian dan jelas tidak bisa disebut bodoh.
Mereka antara lain atlit lari AS Carl Lewis, filsuf Socrates, Phytagoras,
ilmuwan Charles Darwin, Albert Einstein, seniman Leonardo da Vinci, tokoh
kemanusiaan Mahatma Gandi, hingga tokoh perempuan kebanggaan Indonesia, RA
Kartini.

Dalam sesi tanya jawab, sejumlah peserta menanyakan antara lain mengapa
bawang putih sebaiknya tidak dimakan. Koordinator IVS Yogyakarta-Jawa Tengah
Chindy Tanjung mengatakan, efek bawang akan sama dengan daging. "Sebab
bawang juga bersifat asam. Bawang putih bisa membuat emosi orang naik. Itu
ada tinjauan ilmiahnya," ujar Chindy yang adalah dokter gigi ini.

Walau demikian, menurut Kamalanathan, seseorang tetap bisa disebut vegan
meski tetap menyantap bawang putih, maupun jamur. Hanya saja ia mengingatkan
bahwa konsumsinya jangan berlebih, secukupnya saja. "Jumlahnya seperti
bumbu, sedikit saja, tidak apa-apa," ujarnya.


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to