http://internasional.kompas.com/read/xml/2009/06/14/06520425/pria.aborigin.dimasak.hingga.tewas
Pria Aborigin "Dimasak" hingga Tewas Minggu, 14 Juni 2009 | 06:52 WIB SYDNEY, KOMPAS.com — Keluarga tetua Aborigin Australia yang tewas kepanasan di dalam mobil van penjara akan mengajukan tuntutan. Media-media di Australia melaporkan, tetua itu tewas akibat sengatan panas karena berada di dalam van dengan suhu 50 derajat celsius, sementara alat pendinginnya rusak. Seorang petugas pemeriksa mayat, Sabtu (13/6), menyebut perlakuan terhadap pria berusia 46 tahun tersebut tidak manusiawi dan "memalukan". Ia meminta jaksa penuntut mempertimbangkan kembali dakwaan kriminal mengenai kematian pria itu. Pria yang hanya dikenal sebagai Ward itu dibawa sejauh 360 kilometer ke penjara di bawah temperatur 50 derajat celsius di dalam van dengan penyejuk udara yang tak berfungsi. Ward, yang ditangkap sehari sebelumnya karena mengemudi sambil mabuk, melewati waktu 40 jam di bawah terik matahari antara kota pertambangan Laverton dan Kalgoorlie. Ia pun menderita luka bakar tingkat tiga ketika tubuhnya menyentuh lantai logam. Demikian keterangan yang diberikan kepada penyidik. Petugas pemeriksa mayat Australia Barat, Alastair Hope, mengatakan, Ward seperti "dimasak" hingga tewas. Ia pun mengecam keras penjara negara bagian dan perusahaan keamanan swasta yang mengoperasikan van tersebut serta dua penjaga yang mengawal Ward. "Memalukan bahwa sebuah penjara pada abad 21, terutama seorang tahanan yang belum dituntut melakukan kejahatan apa pun, dibawa menempuh perjalanan jauh dalam temperatur tinggi di dalam kota ini," kata Hope. Dalam proses pemeriksaan disebutkan, Ward akhirnya tiba dalam keadaan tak sadarkan diri di rumah sakit Kalgoorlie. Mayatnya sangat panas sehingga staf kepolisian tak dapat membuat mayatnya dingin. Setelah direndam es, yang gagal menyelamatkan nyawanya, temperatur tubuhnya mencapai 41,7 derajat celsius. Sepupu Ward, Daisy Ward, mengatakan kepada Australian Broadcasting Corporation, Sabtu, keluarganya sedang mempertimbangkan untuk mengajukan tuntutan terhadap GSL, yang mengelola armada van penjara. "Masyarakat ingin melihat bahwa mereka dihukum ... untuk apa yang telah mereka lakukan, untuk apa yang tidak mereka lakukan," katanya. Perusahaan angkutan itu akan pergi ke kota kelahiran Ward, Warburton, untuk meminta maaf kepada keluarganya, tapi keluarganya telah menolak tawaran tersebut. "Kami semua mengatakan itu sudah sangat terlambat dan ... mereka mestinya telah datang menemui kami dan meminta maaf sebelumnya," kata Daisy Ward. ONO Sumber : Ant [Non-text portions of this message have been removed]