Puasa Kang Sarkum Oleh: Ahmad Tohari Ahad kemarin hari pertama puasa. Jam 8 pagi Kang Sarkum sudah berada di pinggir jalan menunggu truk pengangkut pasir. Kang Sarkum bekerja sebagai pendulang pasir di Kali Serayu, Banyumas. Jadi pagi itu dia sudah siap dengan peralatannya yaitu anyaman bambu untuk mengayak serta keranjang untuk pengangkut pasir. Dan karena terbiasa berendam di air, kulit Kang Sarkum jadi kusam kehitaman.
Berbeda dengan hari-hari kemarin wajah Kang Sarkum terlihat agak lesu. Mungkin karena sahur pertama telah mengubah jadwal makan. Perut yang biasa masih kosong pada jam 04.00 tadi pagi pada waktu yang sama sudah penuh dengan nasi dan air. Karena setiap hari menunggu truk di depan rumah saya, maka Kang Sarkum sudah lama akrab. ''Berangkat kerja, Kang?'' tanya saya sambil berjalan mendekatinya. ''Ya, Mas. Yah, saya memang hanya bisa menjadi penambang pasir. Mau bertani, sawah tak punya. Mau jadi tukang, saya tak bisa.'' ''Setiap hari Akang bisa menambang berpapa kubik pasir?'' ''Paling hanya satu setengah kubik. Paling banyak 2 kubik. Soalnya susah, Mas. Pasir harus diayak dalam air, lalu dinaikkan ke perahu, kemudian dituangkan ke bak truk.'' ''Bila bisa mendulang dua kubik Akang dibayar berapa?'' ''Ini juga hal yang susah, Mas. Kalau saya tidak punya pinjaman ke pemilik truk saya dibayar Rp 25 ribu. Tapi saya memang selalu punya utang. Jadi kalau dapat 2 kubik saya hanya dibayar Rp 20 ribu. Yang Rp 5 ribu untuk makan dan rokok, sisanya dibawa pulang.'' ''Tapi hari-hari ini akang bisa bawa pulang semuanya sebesar Rp 20 ribu kan?'' ''Karena puasa? Ah, saya jadi malu.'' Kang Sarkum menunduk sambil tersenyum kecut. ''Malu?'' kejar saya. ''Ya, hari ini memang saya niat berpuasa dan tadi sudah makan sahur. Tapi saya tidak tahu saya akan kuat atau tidak.'' Saya tersenyum, tapi merasa agak sulit meneruskan pembicaraan. Saya bisa meraba pikiran Kang Sarkum. Kalau nanti dia merasa tidak kuat meneruskan puasanya, mungkin karena pekerjaannya yang berat. Ya, meskipun belum pernah menjalaninya saya bisa membayangkan berapa banyak kalori yang harus dikeluarkan oleh Kang Sarkum ketika berendam sambil mengayak pasir, mengangkatnya ke perahu, kemudian menaikkannya ke atas truk. Dan yang sangat mengusik hati saya, Kang Sarkum merasa malu dengan puasanya yang mungkin tidak akan sempurna. Mungkin karena melihat saya sulit berbicara maka Kang Sarkum ngomong lagi. ''Mas, bekerja sambil berendam di air membuat saya sangat cepat lapar. Apalagi yang saya angkat-angkat adalah sekeranjang pasir,'' kata Kang Sarkum masih dengan sikap malu-malu. Saya yang sedikit mengerti ilmu gizi merasa tak perlu mengiyakannya secara lisan. ''Bila Akang bekerja setengah hari saja bagaimana?'' ''Itu sering saya lakukan pada tahun lalu. Demi menjaga puasa saya harus mau menerima hanya setengah upah yang biasa saya dapat. Tapi Mas ...'' ''Apa?'' ''Orang yang sudah telanjur punya utang terhadap pemilik truk tidak bisa bekerja seenaknya. Kalau dia menuntut saya bekerja penuh agar setoran tidak berkurang, saya sangat sulit menolak. Kalau sudah begini, daripada mengulang pingsan di sungai karena kehabisan tenaga, yah. Begitulah Mas. Jadi jangan bicara soal puasa kepada saya. Saya malu.'' Kata-kata Kang Sarkum membuat saya makin sulit berbicara justru karena dia sadar akan kelemahannya dan malu puasanya tidak bagus. Sementara itu saya tahu Kang Sarkum orangnya baik. Dia kelihatan sudah mengerti hal-hal yang diperintahkan Allah dan berusaha menjalankannya. Saya yakin Kang Sarkum hanya percaya kepada Allah semata. Dia adalah warga desa yang baik, berbakti kepada orangtua dan keluarga, hidup damai di antara tetangga. Sebaliknya saya tahu dalam kehidupannya yang miskin Kang Sarkum berusaha menjauhi larangan Allah. Dia tidak suka menipu, mencuri, berzina, membuat kerusakan di masyarakat, dan sebagainya. Hanya dalam menjalankan perintah puasa, Kang Sarkum belum melaksanakannya dengan baik. Dan hal itu membuat dia merasa malu. Kang Sarkum hanyalah satu di antara puluhan juta orang yang baik, tapi lemah dan miskin. Puasa bagi Kang Sarkum adalah perjuangan berat yang mungkin jarang dipikirkan oleh mereka yang sudah hidup mapan. Bekal puasa berupa makanan untuk sahur dan berbuka harus diperjuangkan dengan tetesan keringat, dan itupun belum tentu dapat. Dan hari Lebaran? Hari mulia yang ditunggu dengan sukacita oleh mereka yang mapan bisa menjadi hari yang murung buat Kang Sarkum. Yakni bila dia tidak berhasil mendapatkan uang untuk membelikan baju bagi anak dan istri, atau untuk sekadar membuat gulai ayam dan ketupat. Tapi Kang Sarkum tahu betul puasa adalah perintah yang datang dari Allah dan dia akan menjalaninya sekuat-kuat agar jiwanya tambah sumarah. Soal kapan dimulai dan kapan diakhirinya bulan Puasa, oh, itu tak penting bagi Kang Sarkum. Mau tarawih cara Muhammadiyah, NU, atau lainnya, oh, itu tak penting baginya. Mencari bekal agar bisa makan sahur dan berbuka, itu baru penting. Syukur bila puasa bisa menjadikan dirinya bisa lebih berserah diri. Itu Kang Sarkum. Ada baiknya pemimpin-pemimpin Islam mendengarnya agar tidak keblinger dalam bicara soal puasa. Malu terhadap Kang Sarkum kan? [Non-text portions of this message have been removed] *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/