Saladin mati pada tgl 18 Januari 1169, bagaimana dia bisa membangun benteng 
pada tahun 1170?



  ----- Original Message ----- 
  From: Sandy Dwiyono 
  To: nasional-l...@yahoogroups.com ; ppiindia@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, August 14, 2009 5:32 PM
  Subject: [nasional-list] Benteng-benteng Peninggalan Islam


    http://www.republika.co.id/berita/69097/Benteng_benteng_Peninggalan_Islam


  Benteng-benteng Peninggalan Islam

  Peradaban Islam di era kejayaan dikenal memiliki teknologi militer yang 
sangat tangguh. Salah satu peninggalan militer Muslim di masa kekhalifahan 
adalah benteng-benteng pertahanan. Kemegahan benteng-benteng peninggalan 
peradaban Islam di abad pertengahan itu ada yang masih berdiri kokoh serta ada 
pula yang telah musnah.

  Berikut ini beberapa benteng peninggalan militer Muslim di zaman keemasan:

  *  Benteng Salahudin

  Orang  Barat biasa menyebutnya, The Citadel of Saladin.   Menurut catatan 
sejarah, The Citadel dibangun oleh panglima perang Muslim terkemuka bernama 
Salahudin Al-Ayubi dari Dinasti Ayubiyah pada 1170 M.  Benteng Salahudin 
dibangun di atas bukit Muqatam yang terletak di antara kota Kairo dan Fustat, 
Mesir.

  Karena letaknya di atas bukit, setiap orang yang datang ke Citadel bisa 
menikmati keindahan pemandangan seluruh penjuru kota Kairo. Bahkan,  Piramida 
dan Giza peninggalan raja-raja Mesir pun bisa terlihat dari Benteng Salahudin.

  Salahudin membangun Citadel sebagai tempat latihan militer serta melindungi 
Mesir dari serangan Pasukan Salib. Kala itu, memang tengah berkobar Perang 
Salib. Salahudin pun berinisiatif untuk membangun benteng pertahanan untuk 
membendung serangan tentara Perang Salib yang berusaha menguasai kembali 
Yerusalem  Tanah yang dijanjikan Tuhan dari kekuasaan orang-orang Muslim.

  Perang Salib juga dipicu ambisi Kekaisaran Bizantium untuk melawan ekspansi 
Dinasti Seljuk yang beragama Islam ke Anatolia. Pada masa kekuasaan 
Kekhalifahan Turki Usmani, Citadel juga sempat menjadi tempat bermukim dan 
berlindung Raja Muda Turki. Dia juga membawa pasukannya untuk bertahan di 
benteng tersebut selama masa Perang Salib.

  Benteng peninggalan Sang Panglima Perang Agung  Salahudin al- Ayubi  itu 
sempat dilupakan dan tidak terurus hingga pada masa kekuasaan Dinasti Mamluk. 
Namun pada abad ke-14 M, Citadel yang telah berjasa melindungi Mesir dari 
Pasukan Salib mulai diperhatikan dan dirawat.

  Bahkan Sultan El-Nasser Mohamed mulai membangun sejumlah bangunan-bangunan 
lain di sekitar benteng tersebut seperti Masjid. Saat ini,  Citadel juga 
menjadi tempat latihan militer Mesir .

  * Benteng Ajyad

  Benteng Ajyad merupakan benteng yang dibangun penguasa Turki Usmani di kota 
Mekkah pada  1775 M. Benteng tersebut dibangun untuk melindungi Ka'bah dan kota 
Mekkah  dari serangan para pendatang.

  Benteng tersebut meliputi 23 ribu meter persegi pegunungan Bulbul. Namun 
benteng tersebut sudah dimusnahkan pada tahun 2002 yang lalu untuk sebuah 
proyek pembangunan  Abraj Al Bait Towers yang terdiri dari apartemen, hotel 
bintang lima, maupun pusat perbelanjaan.

  Pemusnahan Benteng Ajyad yang memiliki nilai sejarah tinggi bagi umat Muslim 
diprotes keras oleh pemerintah Turki. Namun pemerintah Saudi Arabia tetap 
memperbolehkan kelanjutan proyek itu. Selain itu, meskipun benteng Ajyad 
memiliki nilai historis tetapi benteng tersebut tidak termasuk 
bangunan-bangunan bersejarah yang dilindungi oleh UNESCO.

  * Benteng al-Ukhaider

  Benteng al-Ukhaider terletak di padang pasir berjarak 48 km dari kota Karbala 
dan 150 km di selatan kota Baghdad, Irak. Benteng al-Ukhaider I merupakan salah 
satu benteng yang paling indah dari jejak-jejak peninggalan kekuasaan Muslim. 
Tembok luar dari benteng tersebut masih lengkap dan terawat dengan baik.

  Benteng ini dibangun oleh salah seorang pemimpin dari Dinasti Abbasiyah yang 
pernah berkuasa di Irak yakni Isa ibn Musa pada 774 hingga 775 M. Di dalam 
benteng tersebut juga dibangun masjid dan tempat tinggal semacam aparteman. 
Arsitektur dari benteng tersebut sangat indah dan sangat menggambarkan 
arsitektur Islam.

  Pada saat terjadinya perang Teluk yang terjadi antara Irak dan Kuwait pada 
1991, benteng tersebut pernah diserang oleh dua pesawat terbang. Namun benteng 
peninggalan Dinasti Abbasiyah tersebut tetap berdiri dengan kokohnya tanpa ada 
kerusakan yang cukup berarti. Hal ini merupakan bukti kemampuan teknik bangunan 
yang tinggi dari arsiteknya.

  Pada zaman dulu, benteng Al Ukhaider sering menghubungkan antara Irak dengan 
dunia luar. Selain itu, banyak para kafilah, pedagang dan orang-orang nomaden 
seperti Atshan dan Mujdah yang sering singgah di benteng tersebut. Selain untuk 
singgah, benteng tersebut juga berfungsi melindungi wilayah-wilayah di 
sekitarnya dari serangan orang asing.

  * Benteng Alamut

  Benteng Alamut dibangun pada 840 M di atas Gunung Alborz pada ketinggian 
2.100 meter dari permukaan laut yang terletak di selatan Laut Kaspia dekat 
Provinsi Qazyin. Benteng tersebut terletak 100 km dari kota Teheran, Iran.

  Alamut sendiri merupakan bahasa Persia yang artinya sarang burung Rajawali. 
Kemungkinan nama tersebut diberikan untuk menggambarkan betapa kokohnya benteng 
tersebut. Benteng Alamut memang dirancang didirikan di atas gunung untuk 
menyulitkan para penyerang datang menghancurkan benteng tersebut.

  Untuk memasuki benteng tersebut, para penyerang harus melewati lereng-lereng 
yang terjal dan licin yang sangat berbahaya. Benteng yang panjangnya 400 meter 
tersebut juga memiliki sistem suplai air yang berbeda dari benteng-benteng 
lainnya. Sebenarnya, benteng Alamut memang didirikan untuk menahan serangan 
dari bangsa Seljuk.

  Pada 1090 M, Hassan-i Sabbah seorang komandan dari Persia menguasai Benteng 
Alamut, bahkan dia juga membangun sejumlah taman dan perpustakaan di dalam 
benteng tersebut. Namun pada Desember 1256 M, pasukan Mongol di bawah 
kepemimpinan  Hulagu Khan datang dan berusaha menghancurkan benteng tersebut. 
Tetapi benteng tersebut tetap tidak terkalahkan.

  Benteng Alamut rusak parah akibat terjadinya gempa bumi di Iran pada 2004.. 
Dinding-dinding benteng tersebut runtuh. Untuk memperbaiki benteng yang menjadi 
salah satu peninggalan peradaban Islam tersebut membutuhkan waktu yang panjang, 
sekitar 10 tahun.

  Hikayat Berdirinya Benteng di Tanah Arab

  Sebelum datangnya Islam, peradaban Arb tak mengenal tradisi pembangunan 
benteng pertahanan. Menurut Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya 
bertajuk  Islamic Technology: An Illustrated History, mengungkapkan,  kota yang 
memiliki tembok-tembok penting pra-Islam hanyalah Thaif dan Hijaz.

  Seiring berkembangnya agama Islam di Semenajung Arab, benteng pertahanan 
mulai dibangun di mana-mana. Hal ini terjadi karena adanya perkembangan militer 
di dunia Islam pada masa-masa penaklukan oleh para Kalifah. Selain itu, pada 
masa kekalifahan, banyaknya perang di berbagai wilayah mendorong terjadinya 
pertukaran gagasan antara dunia Islam dengan dunia Barat seperti Byzantium 
dalam strategi militer.

  Ide-ide militer yang melintas antara dunia Islam dan Barat membuat para 
arsitektur militer dan para ahli strategi membuat berbagai macam teknik 
pertahanan, salah satunya dengan membangun benteng pertahanan.

  Benteng memang perlu dibuat untuk mempertahankan diri dari serangan musuh 
guna mempertahankan wilayah kekuasaan. Selain itu, benteng juga dibentuk untuk 
mengawasi rumah-rumah pemimpin yang ada di sekitar lingkungan benteng dari 
berbagai macam ancaman.

  Allah SWT  berfirman dalam Alquran Surat Hasyr ayat 14, Mereka tidak akan 
memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang 
berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat 
hebat. Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah. Yang 
demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tidak mengerti.

  Menurut Tafsir Ibnu Katsir, orang-orang kafir tidak mungkin berani memerangi 
tentara Islam kecuali mereka berlindung di balik benteng-benteng. Kemudian 
mereka akan bertempur guna mempertahankan diri dalam keadaan terpaksa. Dari 
ayat tersebut, maka Allaah juga menggambarkan arti penting benteng guna 
perlindungan diri dari serangan lawan.

  Pada masa itu, sebagian besar kota-kota di negara Islam memiliki benteng yang 
di luarnya memiliki parit. Parit tersebut memiliki fungsi sebagai pertahanan 
guna mencegah musuh menggali fondasi benteng untuk merontokkan benteng. Di 
kota-kota Islam yang lebih besar, benteng tidak hanya satu saja, namun terdiri 
dari beberapa lapis seperti di kota Hisn, Quhandiz, dan Qal'a.

  Benteng memiliki bentuk yang bermacam-macam, bisa berupa menara sederhana 
yang disebut dengan  burj, tetapi ada juga yang berbentuk kastil yang terbuat 
dari batu-batuan yang memiliki dinding sangat sangat besar dan tebal. Bangunan 
kastil ini biasanya mempunyai persediaan air dan gudang makanan yang melimpah 
ruah. Pasalnya kastil memang dibangun untuk melakukan pertahanan diri selama 
berbulan-bulan pada masa peperangan.

  Tipe benteng pertahanan Muslim pada masa kekhalifahan adalah ribat yakni 
sebuah kastil yang ditinggali oleh para serdadu atau pasukan pilihan yang 
memiliki kemampuan militer luar biasa. Biasanya, ribat dibangun di sepanjang 
jalur perbatasan, jalan-jalan utama bahkan di garis pantai di wilayah kekuasaan.

  Salah satu contohnya adalah Kastil Allepo di Suuriah yang dibangun pada abad 
ke-13. Sedangkan komunikasi militer antara Khalifah dengan panglima perangnya 
di medan perang biasanya disampaikan oleh kurir yang menunggani unta di sebuah 
barid berupa pelayanan pos reguler. Dyah Ratna Meta Novi/dya





  

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke