Kliwir sudah bisa sekolah dengan enjoy, meski sempat kecewa berat karena gagal lolos ujian masuk SMPN-Kodya. Pasalnya di sekolahnya yang SMP-Swasta itu dia malah banyak teman. Baik teman-teman sesama SD, maupun teman-teman senasib. Memperoleh NEM tinggi di SDN-Periurban dengan menempuh dua macam ujian, Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Kompetensi Sekolah, tetapi gagal dalam ujian masuk. Kliwir tenang karena memang banyak teman senasib.
Juga banyak teman-teman yang 1-2 tahun lalu teman sekolah di SDN-Periurban, tetapi di- pindah ke SDN-Kodya. Rupanya mereka gagal dalam mencapai NEM tinggi, atau salah strategi dalam menentukan 2 pilihan SMPN-Kodya-nya. Hanya saja, perasaan bahwa kebijakan pendidikan Pemkot bagi Kliwir sungguh tidak adil dan salah sasaran. Alih-alih Pemkot tidak ingin mensubsidi pendidikan SMP bagi anak-anak lulusan SD-Periurban, justru Pemkot malah memberikan subsidi itu sejak tingkat SD. Ya, anak-anak yang dipindah ke SDN-Kodya itu- lah yang menerima subsidi itu. Juga bagi yang kelak lolos masuk ke SMPN-Kodya, tetap menerima subsidi pendidikan SMP-nya. Kan tak mungkin bagi Pemkab menetapkan yang setara dengan Pemkot, membatasi mengalirnya anak-anak lulusan SD-Kodya ke SMP-Periurban. Selain jumlahnya yang terbatas juga mutunya belum diakui. Tapi itulah Kliwir. Dia sudah mantap sekolah di SMP-Swasta. Bagaimana Klowor? Klowor memang bernasib baik. Sebagai lulusan SD-Periurban dia masih sempat masuk SMPN-Kodya karena NEM-nya memenuhi syarat. Giliran Kliwir 3 tahun setelanya, sudah terkena aturan baru. Dan akibatnya memang semua jatuh ke pundak Mat Pithi, untuk membiayai kedua anaknya itu. Kliwir jelas cukup besar, wong masuk di sekolah swasta. Klwowor? Masih dipertanyakan. Dan memang dua hari setelah pengumuman penerimaan murid baru, Mat Pithi harus hadir ke sekolah Klowor untuk membicarakan besarnya DSP (Dana Sumbangan Pendidikan) SMAN-Kodya bersama-sama dengan orang tua murid baru yang lain. Betapa kagetnya Mat Pithi, karena dalam rapat itu pihak Komite Sekolah bukannya membicarakan besarnya DSP, melainkan langsung memberikan "sesorah" tentang pendidikan bermutu yang perlu biaya, keterbatasan SMAN-Kodya dan lain-lain yang ujung-ujungnya menyatakan bahwa DSP tahun 2004 adalah sebesar 3 juta rupiah. Mat Pithi yang pelerja srabutan, masih beruntung dengan simpanannya yang memang dipersiapkan untuk membiayai kedua anaknya ini masuk sekolah di tahun 2004. Apakah ini akibat cara ber-KB yang salah program? Tak perlu lagi diurus. Yang jelas tahun 2004 ini Klowor masuk SMA, Kliwir masuk SMP. Hanya memang karena Kliwir masuk SMP-Swasta yang tentunya mahal, angka 3 juta itu cukup berat bagi Mat Pithi. Demikian pun dengan orangtua murid yang lain. Maka ramailah protes dan keberatan diajukan kepada ketua Komite Sekolah. Apalagi dalam undangan tertulis acara: "Membicarakan Dana Sumbangan Pendidikan". Karena ramai dan banyaknya yang mengajukan keberatan, Kepala Sekolah mengambil alih corong dan mengeluarkan pernyataan-pernyataan. Selain mohon maaf atas keputusan Komite Sekolah, beliau menyampaikan tawaran-tawaran, dan akhirnya di- sepakati bahwa DSP 2004 sebesar 2.5 juta rupiah. Mat Pithi, sungguh pun berat, cukup merasa lega. Akan masih ada sisa tabungannya.... Tetapi dia jadi tersenyum-senyum. Lalu memberanikan diri bertanya: "Bapak Kepala Sekolah dan Bapak ketua Komite Sekolah yang terhormat, bolehkah saya mengajukan permohonan agar diberi penjelasan ten- tang penggunaan DSP yang sudah turun 500 ribu dari semula itu?" Saling bergantian Kepala Sekolah dan Ketua Komite Sekolah memberikan penjelasan. Panjang lebar. Namun pada intinya, DSP itu sebagian besar akan digunakan untuk membangun ruang kelas baru. Mengi- ngat saat sekarang ruang kelas itu sangat terbatas, makanya anak-anak murid baru harus masuk siang. Mat Pithi manggut-manggut, tetapi terus lagi-lagi tersenyum geli. Lalu mengajukan pertanyaan sekaligus usulan: "Lho, kalau tak salah kelas satu masuk siang ini sudah berlangsung beberapa tahun, kan Pak? Apa masih belum cukup DSP-DSP dari tahun sebelum- sebelumnya untuk menambah ruang kelas tersebut? Atau, memang kalau ditambah harus naik, berhubung luasan sekolah ini sudah sangat terbatas. Dan karena jadi bertingkat-tingkat, maka perlu fasilitas dan tek- nologi yang mahal sehingga belum cukup? Maaf Bapak- Bapak yang terhormat dan rekan-rekan orang tua murid baru sekalian, saya mengajukan usul demikian. Apakah tidak sebaiknya kalau DSP itu sebagian be- sar dijadikan sebagai "honor" atau gaji tambahan dari gaji Pemkot, terutama untuk guru-guru yang harus bekerja sehari penuh karena ya mengajar di kelas satu, dua dan tiga. Lalu besarnya dise- suaikan dengan kemampuan orangtua murid baru. Jadi ke depan, terjalin kerjasama dan peranan masyarakat luas dalam menyelenggarakan pendidikan. yang mampu mensubsidi yang kurang mampu, begitu lho Pak. Atau yang kalau tak salah disebut dengan subsidi silang itu...." Sorak sorai pecah di ruang rapat itu. Termasuk para guru dan bahkan kepala sekolah dan ketua komisi sekolah memberikan applaus untuk Mat Pithi. Mat Pithi malah jadi malu sendiri.... Malu dan tidak enak kalau pernyataannya itu bermaksud minta subsidi..... Hanya saja, Mat Pithi terus berharap semoga Klowor dapat lulus SMA sebelum penambahan ruang kelas itu dilaksanakan. Dia takut kete- nangan belajar anak-anak terganggu saat pem- bangunan ruang-ruang kelas itu. Juga bertanya- tanya, kok biaya masuk sekolah jaman sekarang hampir sama saja antara SD, SMP, SMA swasta dan negeri dengan biaya masuk mahasiswa ke PTN? Padahal kesemuanya itu berdasar pada satu UU, lho. Undang-Undang No. 20/2003 ten- tang sistem pendidikan nasional. Yang dalam undang-undang itu prinsip penyelenggaraan pendidikan itu butir satunya adalah: demokratis dan berkeadilan serta tidak diskri- minatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Ah, mungkin dalam rangka itulah soal biaya pendidikan jaman sekarang ini rata-rata sama. Sama-sama mahal. Tak peduli apapun jenjang dan jenis pendidikannya. 26 Juli 2004 ===== Ki Denggleng Pagelaran ============================================= Sanggar Kebangsaan Nusantara "AMUKTI PALAPA" http://groups.yahoo.com/group/SKNAP daftarr: <[EMAIL PROTECTED]> Yang bonek: <[EMAIL PROTECTED] Yang guyon: <[EMAIL PROTECTED] Yang jawa: ([EMAIL PROTECTED]> ============================================= __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar. Now with Pop-Up Blocker. Get it for free! http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.arsip.da.ru *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Posting: [EMAIL PROTECTED] 5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/