bedanya: di irak serdadunya bush musti keringetan darah dan sampai sekarang tak 
berhasil mematahkan perlawanan ra'yat irak, sedangkan di kampuang awak tak 
perlu berkeringat, cukup angkat talipon jarak jauh, dan para hambasahayanya 
nggeleser saling berebutan ngejilat rejeki haram.
   
  gitu kan?

Deddy Suryadinata <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Rakyat Merdeka, Selasa, 21 Maret 2006
    Irak Dilabrak, Apalagi Cepu

Oleh Didik J Rachbini
   
  PEMERINTAH sudah didukung oleh DPR dan masyarakat luas, tetapi tidak berani 
tampil dan secara mentalitas tidak mampu mendudukkan bangsa sendiri sebagai 
pemangku lapangan minyak Cepu. Ini masalah serius dan dicatat oleh rakyat 
sebagai kesempatan yang disia-siakan sehingga kemaslahatan dan keuntungan 
maksimal tidak bisa diperoleh. 

Blok Cepu adalah lapangan minyak yang besar depositnya. Karena itu, kepentingan 
perusahaan minyak asing pasti sangat besar dan kuat sehingga segala usaha, lobi 
politik, termasuk tekanan dilakukan demi mencapai kepentingan tersebut. Itu 
semua tergantung kepada kekuatan dan kemandirian kita sendiri dalam 
menghadapinya. 

Hasil akhir dari kesepakatan ini jelas tidak terlepas dari tekanan politik dan 
lobi tingkat tinggi yang terus berlangsung selama ini. Lobi dan tekanan politik 
sangat transparan dan jelas kaitan peristiwa politik yang satu dengan lainnya. 
Jadi, tidak benar jika hasil akhir kesepakatan pengelolaan Cepu ini tidak 
berkaitan dengan tekanan politik tingkat atas, tapi semata-mata hanya untuk 
kepentingan nasional. 

Jadi jelas Cepu tidak lepas dari benturan kepentingan ekonomi, yang saling 
bersilangan dari pihak-pihak yang terkait dan sudah terlibat di dalamnya. 
Apalagi hanya Cepu, lapangan minyak Irak pun dilabrak berapa pun ongkos politik 
dan ongkos tebal muka yang harus dibayar. 

Dengan kasus Blok Cepu ini kita ingat Ekonom Bandit John Perkins, yang tugasnya 
melumpuhkan kemandirian pemimpin-pemimpin negara berkembang agar bisa terus 
menjadi pengabdi langsung atau tidak langsung terhadap ekonomi adi kuasa. 
Pertempuran kepentingan seperti ini tidak dilihat dari aspek strategis yang 
lebih besar. Cepu memiliki dimensi seperti itu, tetapi dinafikan begitu saja 
oleh pemerintah. 

Jika lapangan minyak itu dikelola oleh bangsa sendiri, maka seluruh nilai 
tambah dari rangkaian bisnis akan mengalir ke segenap bisnis yang terkait 
padanya. Lebih jauh, semangat kemandirian sebagai warga bangsa yang lebih besar 
akan tumbuh lebih kuat dari sebelumnya. 

Memang ada pertanyaan, mengapa Pertamina tidak sejak dulu mengelolanya ? Ini 
memang pertanyaan kritis yang dapat menelanjangi kebobrokan Pertamina sejak 
dahulu. Penguasaan lapangan minyak oleh Pertamina sangat minimal karena 
kinerjanya buruk. Kini lapangan minyak di bumi nusantara ini banyak dikuasai 
oleh perusahaan asing. 

Tetapi itu tidak bisa dijadikan alasan untuk tergantung terus kepada pihak 
asing. Ada saatnya untuk bangkit dengan menjadikan masa lalu sebagai pelajaran 
berharga sehingga bia menghadap ke depan, menyongsong masa yang lebih baik. 

Pengalaman puluhan tahun dalam perminyakan bisa dijadikan landasan untuk 
berdiri di atas kemampuan sendiri secara mandiri. Namun itu tidak berarti harus 
mengisolasi diri. 

Sumber daya alam melimpah, tetapi mentalitas bangsa dan kualitas manusia justru 
sebaliknya, mengalami deplesi kemandirian. Untuk lapangan minyak Cepu yang 
dangkal dan mudah saja, Pertamina ragu dan bertanyan apakah bisa mengelolanya 
secara baik. Jadi, hak pengelolaan yang lepas ke tangan Exxon sudah dianggap 
solusi untuk mengatasi keraguan dan ketidakmampuan tersebut. 

Istilah Dr. Rizal Ramli, bangsa ini memiliki cawan emas, tetapi kekayaan tidak 
ternilai tersebut dipakai untuk mengemis. Daya kreativitas hilang karena 
mentalitas inlander dan tergantung serta menganggap pihak asing selalu lebih 
unggul dari bangsa sendiri. Karena itu, kasus-kasua lain sejenis Cepu sudah 
terjadi sejak lama dan masih akan terjadi jika mentalitas bangsa ini dan 
pemimpinnya masih seperti sekarang. 

Bayangkan, sumberdaya alam di bumi nusantara ini sangat kaya. Tetapi pada saat 
yang sama mati tertimpa tumpukan utang dan kemiskinan. Jawabnya ada pada soal 
mentalitas pemimpin bangsa dan kualitas manusianya. 

Buktinya, bangsa-bangsa yang tidak memiliki kekayaan alam di perut buminya 
justru lebih makmur daripada bangsa-bangsa yang memiliki kekayaan alam tetapi 
bermental pengemis dan berkualitas kuli. Sumberdaya alam lalu berperan bukan 
sebagai peluang emas, tetapi bencana bagi mengtalitas bangsa ini.


      
http://www.geocities.com/herilatief/
  [EMAIL PROTECTED]
  Informasi tentang KUDETA 65/Coup d'etat '65 
Klik: http://www.progind.net/   
http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/ 
   




                
---------------------------------
 Yahoo! Mail
 Use Photomail to share photos without annoying attachments.

[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke