nah ini dia yang saya maksud dengan MEWARISI TRADISI...
di lingkungan pekerjaan kalau mafia2 tsb berkuasa dia akan selalu 
bersuha mewarisi tradisi2 atau budaya mereka sendiri.
sehingga jadinya lingkaran setan yang tidak berkesudahan.

Oleh karena itu sebelum terlanjur membesar alangkah sangat baiknya 
kita saling mengingatkan.
demikian.

'salam


--- In ppiindia@yahoogroups.com, aris solikhah <[EMAIL PROTECTED]> 
wrote:
> Benarlah ayat ini" Barangsiapa bertakwa kepada Allah
> niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan
> memberi rizki dari arah yang tiada disangka-sangka.
> Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Allah
> akan mencukupkan (keperluan) nya."(At-Thalaq 2-3).
> Langka orang seperti Arif Sarjono ini di Indonesia.
> trims mas Nizami atas postingannya. Momentnya tepat
> sebagai renungan saya.
> salam,
> aris
> 
> --- A Nizami <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> > Kisah Seorang Pemeriksa Pajak Melawan Korupsi
> > 
> > Sebagai pegawai Departemen Keuangan, saya tidak
> > gelisah dan tidak kalangkabut akibat prinsip hidup
> > korupsi. Ketika misalnya, tim Inspektorat Jenderal
> > datang, BPKP datang, BPK datang, teman-teman di
> > kantor gelisah dan belingsatan, kami tenang saja.
> > Jadi
> > sebenarnya hidup tanpa korupsi itu menyenangkan
> > sekali.Hidup tidak korupsi itu sebenarnya lebih
> > menyenangkan.
> > 
> > Meski orang melihat kita sepertinya sengsara, tapi
> > sebetulnya lebih menyenangkan. Keadaan itu paling
> > tidak yang saya rasakan langsung.
> > 
> > Saya Arif Sarjono, lahir di Jawa Timur tahun 1970,
> > sampai dengan SMA di Mojokerto, kemudian kuliah di
> > Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) dan
> > selesai pada 1992. Pada 17 Oktober 1992 saya menikah
> > dan kemudian saya ditugaskan di Medan. Saya ketika
> > itu
> > mungkin termasuk generasi pertama yang mencoba
> > menghilangkan dan melawan arus korupsi yang sudah
> > sangat lazim. Waktu itu pertentangan memang sangat
> > keras. Saya punya prinsip satu saja, karena takut
> > pada
> > Allah, jangan sampai ada rezeki haram menjadi daging
> > dalam diri dan keturunan. Itu saja yang selalu ada
> > dalam hati saya.
> > 
> > Kalau ingat prinsip itu, saya selalu menegaskan lagi
> > untuk mengambil jarak yang jelas dan tidak menikmati
> > sedikit pun harta yang haram.
> > Syukurlah, prinsip itu bisa didukung keluarga,
> > karena
> > isteri juga aktif dalam pengajian keislaman. Sejak
> > awal ketika menikah, saya sampaikan kepada isteri
> > bahwa saya pegawai negeri di Departemen Keuangan,
> > meski
> > imej banyak orang, pegawai Departemen Keuangan kaya,
> > tapi sebenarnya tidak begitu. Gaji saya hanya
> > sekian,
> > kalau mau diajak hidup sederhana dan tanpa korupsi,
> > ayo. Kalau tidak mau, ya sudah tidak jadi.
> > 
> > Dari awal saya sudah berusaha menanamkan komitmen
> > kami
> > seperti itu. Saya juga sering ingatkan kepada
> > isteri,
> > bahwa kalau kita konsisten dengan jalan yang kita
> > pilih ini, pada saat kita membutuhkan maka Allah
> > akan
> > selesaikan kebutuhan itu. Jadi yg penting usaha dan
> > konsistensi kita.
> > Saya juga suka mengulang beberapa kejadian yg kami
> > alami selama menjalankan prinsip hidup seperti ini
> > kepada istri. Bahwa yg penting bagi kita adalah
> > cukup
> > dan berkahnya, bahwa kita bisa menjalani hidup
> > layak. Bukan berlebih seperti memiliki rumah dan
> > mobil
> > mewah.
> > 
> > Menjalani prinsip seperti ini jelas banyak ujiannya.
> > Di mata keluarga
> > besar misalnya, orangtua saya juga sebenarnya
> > mengikuti logika umum
> > bahwa orang pajak pasti kaya. Sehingga mereka biasa
> > meminta kami
> > membantu adik- adik dan keluarga. Tapi kami berusaha
> > menjelaskan bahwa
> > kondisi kami berbeda dengan imej dan anggapan orang.
> > Proses memberi
> > pemahaman seperti ini pada keluarga sulit dan
> > membutuhkan waktu
> > bertahun-tahun. Sampai akhirnya pernah mereka
> > berkunjung ke rumah saya
> > di Medan, saat itulah mereka baru mengetahui dan
> > melihat bagaimana
> > kondisi keluarga saya, barulah perlahan-lahan mereka
> > bisa memahami.
> > 
> > Jabatan saya sampai sekarang adalah petugas
> > verifikasi
> > lapangan atau
> > pemeriksa pajak. Kalau dibandingkan teman-teman
> > seangkatan sebenarnya
> > karir saya bisa dikatakan terhambat antara empat
> > sampai lima tahun.
> > Seharusnya paling tidak sudah menjabat Kepala Seksi,
> > Eselon IV. Tapi
> > sekarang baru Eselon V. Apalagi dahulu di masa Orde
> > Baru, penentangan
> > untuk tidak menerima uang korupsi sama saja dengan
> > karir terhambat.
> > Karena saya dianggap tidak cocok dengan atasan, maka
> > kondite saya di
> > mata mereka buruk. Terutama poin ketaatannya,
> > dianggap
> > tidak baik dan
> > jatuh.
> > 
> > Banyak pelajaran yang bisa saya petik dari semua
> > pengalaman itu. Antara
> > lain, orang-orang yang berbuat jahat akan selalu
> > berusaha mencari kawan
> > apa pun caranya. Cara keras, pelan, lewat bujukan
> > atau
> > apa pun akan
> > mereka lakukan agar mereka mendapat dukungan. Mereka
> > pada dasarnya tidak
> > ingin ada orang yang bersih. Mereka tidak ingin ada
> > orang yang tidak
> > seperti mereka.
> > 
> > Pengalaman di kantor yang paling berkesan ketika
> > mereka menggunakan cara
> > paling halus, pura-pura berteman dan bersahabat.
> > Tapi
> > belakangan,
> > setelah sekian tahun barulah ketahuan, kita sudah
> > dikhianati. Cara
> > seperti in seperti sudah direkayasa. Misalnya,
> > pegawai-pegawai baru
> > didekati. Mereka dikenalkan dengan gaya hidup dan
> > cara
> > bekerja pegawai
> > lama, bahwa seperti inilah gaya hidup pegawai
> > Departemen Keuangan. Bila
> > tidak berhasil, mereka akan pakai cara lain lagi,
> > begitu seterusnya.
> > Pola-pola apa saja dipakai, sampai mereka bisa
> > merangkul orang itu
> > menjadi teman.
> > 
> > Saya pernah punya atasan. Dari awal ketika
> > memperkenalkan diri, dia
> > sangat simpatik di mata saya. Dia juga satu-satunya
> > atasan yang mau
> > bermain ke rumah bawahan. Saya dengan atasan itu
> > kemudian menjadi
> > seperti sahabat, bahkan seperti keluarga sendiri. Di
> > akhir pekan, kami
> > biasa memancing sama-sama atau jalan-jalan bersama
> > keluarga. Dan ketika
> > pulang, dia biasa juga menitipkan uang dalam amplop
> > pada anak-anak saya.
> > Saya sendiri menganggap pemberian itu hanya hadiah
> > saja, berapalah
> > hadiah yang diberikan kepada anak-anak. Tidak
> > terlalau
> > saya perhatikan.
> > Apalagi dalam proses pertemanan itu kami sedikit
> > saja
> > berbicara tentang
> > pekerjaan. Dan dia juga sering datang menjemput ke
> > rumah, mangajak
> > mancing atau ke toko buku sambil membawa anak-anak.
> > 
> > Hingga satu saat saya mendapat surat perintah
> > pemeriksaan sebuah
> > perusahaan besar. Dari hasil pemeriksaan itu saya
> > menemukan penyimpangan
> > sangat besar dan luar biasa jumlahnya. Pada waktu
> > itu,
> > atasan melakukan
> > pendekatan pada saya dengan cara paling halus. Dia
> > mengatakan, kalau
> > semua penyimpangan ini kita ungkapkan, maka
> > perusahaan
> > itu bangkrut dan
> > banyak pegawai yang di-PHK. Karena itu, dia
> > menganggap
> > efek pembuktian
> > penyimpangan itu justru menyebabkan masyarakat rugi.
> > Sementara dari sisi
> > pandang saya, betapa tidak adilnyakalau tidak
> > mengungkap temuan itu.
> > Karena sebelumnya ada yang melakukan penyimpangan
> > dan
> > kami ungkapkan.
> > Berarti ada pembedaan. Jadwal penagihannya pun sama
> > seperti perusahaan
> > lain.
> > 
> > Karena dirasa sulit mempengaruhi sikap saya,
> > kemudian
> > dia memakai logika
> > lain lagi. Apakah tidak sebaiknya kalau temuan itu
> > diturunkan dan
> > dirundingkan dengan klien, agar bisa membayar pajak
> > dan negara untung,
> > karena ada uang yang masuk negara. Logika seperti
> > ini
> > juga tidak bisa
> > saya terima. Waktu itu, saya satu-satunyaanggota tim
> > yang menolak dan
> > memintaagar temuan itu tetap diungkap apa adanya.
> > Meski saya juga sadar,
> > kalau saya tidak menandatangani hasil laporan itu
> > pun,
> > 
> === message truncated ===
> 
> 
> "Bangkitnya manusia karena pemikirannya"
> "Kemajuan mustahil tanpa perubahan. Dan mereka yang tak bisa 
merubah pemikirannya, maka tak akan bisa merubah apa pun"
> (George Bernard Shaw 1850-1950)
> 
> 
> 
>               
> ____________________________________________________
> Start your day with Yahoo! - make it your home page 
> http://www.yahoo.com/r/hs





***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke