Kalau memang ingin memaksimalkan sistem Presidensial,
Berarti harus mengamandemen Konstitusi (UUD45), di mana dlm sistem 
presidensial, Presiden hanya berwenang menjalankan pemerintahan, Alias tidak 
berhak ikut serta dlm pembuatan UU /peraturan., karena dlm sistem ini, Presiden 
sebagai kepala Negara &sekaligus sebagai kepala pemerintahan tidak dapat di 
bubarkan oleh Parlemen, & sebaliknya Parlemen tidak dapat di bubarkan oleh 
Presiden.
Lain halnya dg sistem Parlementer, Presiden yg ada hanya simbol ( hanya sebagai 
kepala Negara) dapat di berhentikan oleh parlemen dg mosi tidak percaya.
Karena itu, Menurut saya," NKRI', kalau di lihat dari isi Konstitusinya, 
menagnut sistem gabungan antara Presidensial & Parlementer




--- In ppiindia@yahoogroups.com, Satrio Arismunandar <satrioarismunan...@...> 
wrote:
>
> (dikutip dr milis AIPI):
>  
> SBY Didesak Bentuk "Zaken" Kabinet 
> 
> [JAKARTA] Sejumlah parpol besar anggota koalisi pengusung pasangan Susilo 
> Bambang Yudhoyono (SBY)-Boediono, mulai menagih jatah menteri di kabinet, 
> sesuai kontrak politik yang telah disepakati. Beberapa di antaranya, 
> terang-terangan mengajukan sejumlah kader parpol untuk dipilih menjadi 
> menteri. 
> 
> Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mahfudz Siddiq mengatakan, format 
> kabinet pemerintahan SBY-Boediono harus mencerminkan konfigurasi koalisi 
> partai pengusung dalam Pilpres 2009. "Walaupun penentuan kabinet adalah hak 
> prerogatif presiden, tetapi sebagai wujud kebersamaan dengan mitra 
> koalisinya, format kabinet mendatang harus mencermikan konfigurasi dukungan 
> partai-partai koalisi pendukungnya, " katanya, di Jakarta, Jumat (10/7).
> 
> Terkait pembentukan kabinet baru, dia mengungkapkan, sejak awal PKS sudah 
> mengajukan delapan kadernya sebagai calon menteri. Kedelapan nama tersebut 
> adalah Hidayat Nur Wahid (anggota Majelis Syuro PKS), Tifatul Sembiring 
> (Presiden PKS), Irwan Prayitno (Ketua Komisi X DPR), Salim Al Jufri (Dubes 
> untuk Arab Saudi), Surahman Hidayat (Ketua Dewan Syariah DPP PKS), Suharna 
> Surapranata (Ketua Majelis Pertimbangan DPP PKS), Moh Sohibul Imam (Ketua DPP 
> PKS), dan Suswono (anggota Komisi IV DPR).
> 
> "Sampai hari ini kita belum menentukan pos-pos menteri. Yang penting, kita 
> mengajukan kader-kader terbaik dengan kualifikasi akademik yang memadai, 
> punya kompetensi dan profesional, " jelasnya.
> 
> Disinggung kemungkinan SBY menolak nama-nama yang diajukan, Mahfudz berkilah, 
> asalkan semua dibicarakan dengan musyawarah dan mufakat, tentu tidak ada 
> pihak yang dirugikan.
> 
> Secara terpisah, fungsionaris DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Asep 
> Supriyatna mengungkapkan, partainya juga telah menyiapkan sejumlah kader 
> untuk diajukan kepada SBY. "Dalam beberapa pertemuan, mengerucut bahwa ada 
> usaha dan juga kualifikasi dari beberapa kader dan fungsionari PAN yang 
> memiliki peluang besar masuk dalam pemerintahan, " katanya.
> 
> Sedikitnya ada lima nama dari PAN yang dinominasikan masuk dalam kabinet baru 
> mendatang. 
> 
> Selain Hatta Rajasa dan Bambang Sudibyo yang saat ini menjadi menteri, tiga 
> nama lainnya adalah Patrialis Akbar yang memiliki kualifikasi di bidang hukum 
> dan HAM, Totok Daryanto yang berkompeten mengurusi BUMN, serta Sekjen PAN 
> Zulkifli Hasan yang kemungkinan diarahkan menjadi Menneg Koperasi dan UKM.
> 
> Asep mengakui, Ketua Umum DPP PAN, Soetrisno Bachir sebenarnya menolak untuk 
> mengusulkan calon menteri. "Tetapi sebagai konsekuensi logis dari koalisi 
> bersama, tentu elite-elite di PAN akan melobi jatah menteri," ungkapnya.
> 
> Dia tak menampik ada beberapa pos kementerian yang kemungkinan juga diincar 
> parpol lainnya. "Misalnya, posisi mendiknas yang saat ini dipegang kader PAN 
> (Bambang Sudibyo), ternyata juga diincar PKS," ujarnya.
> 
> Asep menegaskan, apabila SBY menolak kader PAN menjadi menteri, pihaknya 
> tetap konsisten mendukung koalisi di parlemen. "Tetapi ini bisa berubah jika 
> dalam kongres PAN keputusannya mencabut dukungan di koalisi SBY. PAN tetap 
> bisa mengabdi bangsa ini dengan menjadi oposisi," sambungnya.
> 
> Penjelasan berbeda disampaikan Ketua DPP PAN Totok Daryanto. "Dengan 
> kemenangan yang hampir pasti diraih ini, bisa jadi SBY-Boediono akan 
> memaksimalkan sistem presidensial. Untuk itu, sebaiknya semua urusan mengenai 
> siapa yang dicalonkan dan dipilih, diserahkan sepenuhnya ke SBY sendiri. PAN 
> tetap akan mendukung pemerintah dan memperkuat koalisi di parlemen," katanya.
> 
> 
> Sesuai Kontrak Politik
> 
> Sementara itu, sumber di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menyebutkan, 
> setidaknya ada empat nama kader partai berlambang Kabah itu yang bakal 
> diajukan menjadi menteri kepada SBY. Keempat nama itu adalah Suryadharma Ali, 
> Lukman Hakim Saifudin, Chozin Chumaidy, dan Suharso Monoarfa. 
> 
> Saat dikonfirmasi mengenai bakal diajukannya nama-nama tersebut, Chozin 
> Chumaidy membantahnya. "Belum tahu. Kita tak mengajukan nama. Kita serahkan 
> sepenuhnya kepada Pak SBY untuk menentukan anggota kabinetnya," kata Wakil 
> Ketua Umum DPP PPP itu.
> 
> Meski demikian, dia mengingatkan, konstruksi kabinet yang akan dibangun 
> SBY-Boediono agar berpegang pada isi kontrak politik yang sudah dibuat 
> bersama dengan parpol anggota koalisi. Salah satu butir kontrak politik 
> tersebut adalah membentuk koalisi di pemerintahan, yang diwujudkan melalui 
> kabinet dengan mencerminkan proporsionalitas koalisi parpol.
> 
> "PPP percaya, Pak SBY dapat menyusun kabinet yang mencerminkan harapan mitra 
> koalisinya," ujarnya. 
> 
> Sikap yang sama juga diambil Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sekjen DPP PKB 
> Lukman Edy mengingatkan, koalisi pengusung SBY-Boediono sejak awal 
> menyepakati bahwa kabinet yang akan dibentuk mengedepankan kader parpol yang 
> menjadi mitra koalisi. Mengenai jatah menteri untuk PKB, dia menyebut Ketua 
> Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar, sebagai salah satu kader yang dijagokan 
> menjadi menteri.
> 
> Partai Demokrat pun tak ketinggalan akan mengajukan nama ke SBY. "Setelah KPU 
> menetapkan hasil resmi pilpres, sejumlah nama sebagai representasi partai 
> akan diajukan kepada Pak SBY sebagai capres terpilih, untuk mengisi kursi di 
> kabinet. Sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Pak SBY tahu persis 
> kemampuan dari nama yang diajukan," ungkap Ketua DPP Partai Demokrat, Jafar 
> Hafsah. 
> 
> Menyikapi posisi parpol mitra koalisi tersebut, Sekretaris Tim Kampanye 
> Nasional SBY-Boediono, Marzuki Ali mengakui, dalam kontrak politik memang 
> disebutkan bahwa parpol mitra koalisi berhak mengajukan kandidat dalam 
> pembentukan kabinet. "Meski demikian, dalam pembentukan kabinet adalah hak 
> prerogatif SBY untuk memutuskan," tegasnya.
> 
> Disinggung mengenai potensi parpol mitra koalisi menarik kembali dukungannya 
> jika tidak mendapat jatah di kabinet, Marzuki menjelaskan, semua itu ada 
> aturan mainnya.
> 
> 
> Kabinet Ahli
> 
> Secara terpisah, pakar hukum tata negara Universitas Gadjah Mada, Fajrul 
> Falakh berharap SBY berani mengaktualisasikan modal legitimasi yang 
> diperolehnya dari rakyat, dengan zaken kabinet (kabinet ahli), yang juga 
> diimbangi dukungan mitra koalisinya. "Tawar-menawar dalam penyusunan kabinet 
> tak bisa dihindari. Di sinilah SBY ditantang seberapa jauh mampu mengeksekusi 
> hak prerogatifnya menghadapi tekanan parpol. Di sisi lain, presiden harus 
> mampu mempertahankan konsolidasi kekuatan koalisi, agar tidak retak," katanya.
> 
> Dia mengingatkan, praktik dagang sapi masih mewarnai politik pemerintahan di 
> Indonesia. "Apalagi, posisi di kabinet adalah barang mahal," imbuhnya.
> 
> Menurut Fajrul, jika terpilih kembali dengan dukungan mayoritas dari rakyat, 
> SBY punya modal legitimasi yang kuat, sehingga leluasa menyusun format 
> kabinetnya. "SBY juga tidak terkendala oleh Boediono yang tidak berlatar 
> belakang parpol," jelasnya.
> 
> Ditambahkan, menyikapi tantangan berat ke depan, terutama di bidang ekonomi, 
> idealnya SBY membentuk zaken kabinet. "Sebaiknya SBY mengandalkan teknokrat 
> ketimbang figur parpol, kendati itu akan memancing reaksi ketidakpuasan dari 
> parpol mitra koalisi," katanya. [J-11/EMS/C- 4/R-15]
> 
> 
> 
>  
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
>       
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke