awak berharap, semoga semua urusan soal kegelapan sejarah indonesia bisa diterangqen oleh bukti sejarah yg ada.
hl --- In [EMAIL PROTECTED], "jong.nusantara" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Salam Nusantara, Perkenankan kami Front Kaukus Jong Nusantara, ( http://front-jong-nusantara.700megs.com ) pada kesempatan ini ingin menginformasikan kehadiran kami secara pribadi kemarin Selasa 9 Desember 2008 di Rawa Gede atas undangan Bpk. Batara Hutagalung selaku Ketua Komite Utang Kehormatan Belanda, yang atas upaya gigih beliau kepada pihak Parlemen Belanda, yang membuahkan hasil yaitu kehadiran secara nyata Dubes Berkuasa Penuh Belanda utk Indonesia H.E. Dr. Nikolaos van Dam saat acara Peringatan 61 Tahun peristiwa pembantaian agresi troeps Belanda di Rawa Gede. Kami secara pribadi pertama kali yang menyambut Dubes Belanda HE Nikolaos van Dam saat tiba di pintu gerbang Monumen Rawa Gede, yang terlihat dengan muka raut yang agak tegang. Bagi kami pribadi ketegangan HE Nikolaos van Dam tsb dapat dimengerti, sampai-2 kami sebagai penyambut pertama menjabat tangan beliau saat memasuki monumen & makam, menyambutnya dalam Bahasa Belanda "Welkom Uw Excelentie" dengan demikian beliau menyadari bhw kami dapat berbahasa Belanda, langsung sambil agak menghiraukan penyambut rakyat-2 setempat lainnya yg berkerumun dipintu masuk, dengan terus berdiri disamping kami, sambil berbisik kpd kami dalam bah. Belanda, "ik moet naar de toilet toe". Kami menjawab "Goed, zal ik zoeken voor Uw. Want ik zelf ook ziet te zoeken waar het is". Karna memang hanya rumah-2 (tepatnya rumah gubuk) penduduk yang ada disekitar pintu masuk makam tsb., jadi pilihannya mencari toilet disalah satu rumah penduduk tsb, dan biasanya ini berlokasi jauh dibelakang rumah penduduk, tidak seperti rumah di perkotaan yang notabene dan jelas memiliki kamar toilet. Dgn tanggap kami menanyakan kpd penduduk kampung setempat, yang ternyata di bagian belakang "makam" ada toiletnya, namun harus melewati dulu samping podium acara. Bayangkan sewaktu memasuki podium acara, kami berdua, oleh Master Ceremony dengan suara keras memakai microfoonnya yg bersound system gede, meminta agar para hadirin dimohon berdiri untuk menyambut Duta Besar Belanda, namun kami langsung bisikkan kepada MC, bahwa beliau mohon ijin sebentar, mo ke toilet terlebih dahulu!!! Dan langsung kami mengantar dan mendampingi HE van Dam ke ruang toilet di bagian belakang makam rw gede. Jadi para hadirin yg ratusan jumlahnya, termasuk pejabat-2 setempat yang hadir, kembali duduk di kursi masing-2, menunggu kami kembali dari ruang toilet yg dapat terlihat jelas dari podium acara lokasinya. ( Hhmmmmm @#!? ) Selama acara berlangsung, ketegangan masih terlihat dimuka beliau, oleh kami yang duduk dibelakang deretan kursi terdepan beliau, apalagi saat siswi-2 SD Rw. Gede menyampaikan sajak-2 yg begitu luar biasa penyampaiannya soal pembantaian 1947, puncaknya oleh seorang siswi SD menyampaikan sajak karya CHAIRIL ANWAR yang begitu menyayat hati para hadirin, karna disampaikan tepat dalam suasana yang berada di makam para korban pembantaian (wah, apakah bisa-2 kemungkinan rakyat rw. gede pada mengamuk terhadap orang Belanda yang hadir???) Raut muka seperti kekurang setujuan, saat Pak Batara Hutagalung, dalam pidatonya menyampaikan upaya KUKB, agar Pemeritah Belanda mengakui secara "De Jure" bukan De Facto" atas proklamasi kemerdekaan RI 17-08-1945 dan bukan 27 Desember 1949. Selama acara berlangsungpun, Bpk. Kharis Suhud yang duduk tepat disamping beliau, tidak berbicara 1-2 katapun, walaupun cuma bersalaman saat HE akan duduk disampingnya. Sebagai pembicara terakhir sesudah pidato-2 oleh para pejabat-2, maka giliran HE Dr. Nikolaos van Dam menyampaikan kata sambutannya, yang ternyata tidak disangka-sangka oleh rakyat setempat, yakni pidato disampaikan dalam Bahasa Indonesia (teks akan kami ketik ulang dan akan kami emailkan!!). Seperti yang telah kami duga, inti dari isi teks tidak lebih dari penyesalan dan meminta maaf ats peristiwa lampau tsb. Namun sesudah HE van Dam selesai menyampaikan pidato beliau, para hadirin termasuk rakyat-2 setempat memberikan tepuk tangan yang meriah, khususnya atas kesediaan hadir secara nyata HE van Dam dalam acara peringatan Rw Gede tsb. Nah, saat itulah terlihat raut muka HE van Dam, mulai memperlihatkan adanya senyum yang ramah kepada hadirin yang secara antusias memberikan ucapan selamat, khususnya saat acara sudah usai. Sesudah acara tabur bunga, beliau hingga lebih dari 1 jam lamanya, diminta-minta untuk berfoto bersama bergantian dengan para hadirin yang hadir, termasuk para pejuang 45, pejabat-2 setempat, juga wawancara-2 dengan TVONE, Metro TV, Media-2 Cetak yang cukup banyak serta juga koresponden-2 media asal Belanda, tepat didepan Monumen Peringatan Taman Makam Rw Gede. Memang terjadi penolakan dari Pemerintah Belanda (akhir Nopember 2008) soal tuntutan yg diajukan begitu baik dan noblenya oleh advokat para janda yakni Mr. Pulles sesudah kehadirannya pada bulan September di Rw Gede menemui langsung para janda-2 korban pembantaian tahun 1947. Penolakan Pemerintah Belanda ini ternyata juga termasuk penolakan atas tuntutan kompensasi kepada para korban janda-janda. Saat Dubes sedang menabur bunga di makam para korban pembantaian, kami pribadi berkesempatan berbincang dengan salah satu staf dari Kedubes Belanda yang turut mendampingi Dubes Belanda, dengan menyampaikan beberapa hal sbb.: 1. FKJN mendorong dan mendukung adanya Capres (Muda) Independen 2009, yang saat ini dalam proses di Mahkamah Konstitusi atas pengajuan Judicial Review oleh rekan kami sdr. Fadjroel Rachman Cs. Apabila Capres (Muda) Independen 2009 ternyata terpilih oleh rakyat menjadi Capres RI 2009, maka deal politik kami kpd. Capres (Muda) Independen 2009 tsb., salah satunya yakni mengangkat dan mendukung segala upaya yang telah dilakukan Bpk. Batara Hutagalung melalui KUKB, kepada Pemerintah Kerajaan Belanda. 2. Dari segala penolakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Belanda atas tuntutan Mr. GJ. Pulles, terdapat 2 hal yang atas kebijaksanaan Pemerintah Belanda yang masih terbuka, yaitu : a. Memperhatikan secara seksama (GRIEF) penderitaan bathin para janda korban peristiwa tersebut, dalam arti kata kemungkinan adanya "sedekah". (Hmmm??) b. Menyelenggarakan acara-acara "DIALOG" mencarikan suatu "SOLUSI" antara pemerintah & para ahli waris korban pembantaian tersebut dan khususnya hubungan Belanda dan Indonesia. 3. Untuk dialog tersebut, kami sampaikan kepada staf kedubes, untuk secepatnya memfasilitasi hal tersebut, selain acara dialog dengan para ahli waris korban-2, juga adanya dialog & pertemuan antara Kaum Muda Indonesia dengan Kaum Muda Belanda, untuk menetapkan langkah dan sikap bersama-sama kaum muda, persoalan sejarah masa lampau, mengingat hanya kaum muda inilah dimasa mendatang yang akan bersama-sama menjalankan kehidupannya masing-masing, berinteraksi dalam hubungan antar 2 negara ini. Kami scara pribadi salut atas sikap pribadi dan sebagai diplomat dari Dubes Belanda saat ini HE Dr. Nikolaos van Dam, menghadapi acara-acara historis semacam ini. Juga sesuai apa yang kami dengar dari Bpk. Batara Hutagalung, apresiasi tinggi beliau atas kehadiran dan sikap beliau sebagai Dubes Belanda selama acara berlangsung, karna dapat dibayangkan peringatan rw gede telah berlangsung setiap tahunnya dan ini untuk yang ke 61 kalinya. Demikian info yang dapat kami sampaikan atas acara 9 Des. 2008 di Rw Gede yang turut dihadiri Dubes Belanda utk Indonesia HE Dr. Nikolaos van Dam atas perintah Parlemen Belanda per akhir Nopember 2008, harus hadir dalam acara tsb. Persoalan Pengakuan tersebut, FKJN mengharapkan rekan-rekan muda Indonesia dimanapun di dunia saat ini sedang berada, khususnya PPI Belanda, untuk mendukung segala upaya Bpk. Batara Hutagalung, selaku Ketua KUKB, baik secara moril maupun kemungkinan secara materiil, serta mulai memikirkan formulasi topik-2 acara dialog bersama Kaum Muda asal Belanda dengan Kaum Muda Indonesia, dalam upaya menuntaskan permasalahan-2 semacam ini, untuk dan agar tidak menjadi semacam batu ganjalan, kita sekalian para Kaum Muda, menyongsong masa depan. Salam Nusantara (en mijn vriendelijk groet aan allen PPI Belanda, als de Jong Nusantara's) Heinrich R. Warouw http://front-jong-nusantara.700megs.com http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=14&dn=20081210025654 http://www.jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=30666 http://indonesiadutch.blogspot.com/ http://batarahutagalung.blogspot.com http://www.kukb.or.id --- In [EMAIL PROTECTED], "Benedictus Dwiagus S." <bdwiagus@> wrote: > > Sebenarnya bisa ajah menjawab pertanyaan Heri Latief, ke Om Danny Lim, . > Soal apakah mengakui tidak kemerdekaan Indonesia tahun 1945,.. > > Dan tak perlu berlindung dibalik "belum lahir kok" saya ajah bisa kok > mengakui kemerdekaan Myanmar, tinggal analisa saja sejarahnya, . Apakah > memang Myanmar berhak dan pantas mendapat kemerdekaannya, . Gitu ajah kok > report > > > > > > Dan saya rasa Hari latief tidak sedang mencari titik temu, hanya ingin > sebuah kejelasan saja, bukan begitu heri,.. ? > > Tapi memang Om Danny ahli wolak-walik, . Mbulet nan mumet dan super gak > jelas, jadi Om Heri Latief gak perlu berharap banyak deh ya, > > > > > > Best Regards, > > > > Benedictus Dwiagus S. > > http://bdwiagus.blogspot.com > > http://bdwiagus.multiply.com > > > > "The most difficult thing in the world is to know how to do a thing and to > watch somebody else doing it wrong, without comment." - T. H. White > > > > :::... Indo-MONEV ...::: > > Indo-MONEV is a mailing list to build a network of Indonesian People > anywhere in the world who are interested, dedicated, and profesionalised to > the work on monitoring and evaluation and other related development issues > including development aid works, particularly in Indonesia. > > Join in by sending an email to: [EMAIL PROTECTED] > > > > From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On > Behalf Of Danny Lim > Sent: 10 December 2008 12:46 > To: PPI Belanda > Subject: Re: [PPI-Belanda] Re: kenapa pemerintah belanda gak mau ngakuin > kemerdekaan republik indonesia > > > > Pertanyaan yang ditujukan terhadap person yang belum lahir di tahun 1945 > seperti di bawah ini, tentu tidak relevan, dijamin tidak akan bertemu di > satu titik. Karena sang penanya sudah memiliki jawaban di benaknya, jawaban > yang lain dari yang ada di benaknya akan ditolaknya. Sebaliknya yang ditanya > tidak mau didikte donk, emangnya person harus mempertanggung-jawabkan > sejarah? Lagipula bila kedua pihak, Indonesia dan Belanda berlumuran darah > tangannya, maka sejarah PERLU diluruskan betul-betul, bukan dimanipulir > untuk kepentingan sebuah negara saja. > > > > Heri bisa main kartu Gapplé? Kapan-kapan tanding dengan saya yuuk. Saya > himbau anggota PPI Belanda mencari partner Gapplé orang Belanda. Kalau > terkumpul sekitar 20 pasangan campur Indonesia-Belanda, kita selenggarakan > pertandingan Gapplé. Daripada dendam dengan orang Belanda, padahal tangan > Indonesia sama-sama berlumuran darah, lebih bagus berukun-rukunan lewat > pertandingan permainan rakyat Indonesia Gapplé. Setuju? > > > > DL > > ----- Original Message ----- > > From: heri latief <mailto:herilatief@> > > To: [EMAIL PROTECTED] > > Sent: Tuesday, December 09, 2008 11:09 AM > > Subject: [PPI-Belanda] Re: kenapa pemerintah belanda gak mau ngakuin > kemerdekaan republik indonesia > > > > > engkoh lim, > > jawab dong pertanyaan saya, jangan sok muter2 kayak sandiwara keliling. mana > itu semangat keterusterangan? > > apakah engkoh lim mengakui kemerdekaan indonesia 17 agustus 1945? > > apakah engkoh lim bisa melihat kelicikan pemerintah belanda terhadap > indonesia? yaitu sejak 17 agustus 1945 sampai 27 desember 1949 terjadi > perang ilegal yg dilakukan oleh pemerintah belanda. > > apakah engkoh baca soal pembunuhan di rawagede, pembunuhan di sulawesi > selatan dan segala macam pekerjaan jahat dari penjahat perang (memperkosa > dan membunuh). > > apakah engkoh lim juga "kerja" buat pemerintah belanda? > > engkoh lim, tolong jawablaaaa..., jangan belaga gak ngertilaaa... > > heri latief > > > --- On Sat, 12/6/08, Danny Lim <d.lim@> wrote: > > From: Danny Lim <d.lim@> > Subject: Re: [PPI-Belanda] kenapa pemerintah belanda gak mau ngakuin > kemerdekaan republik indonesia > To: "PPI Belanda" <[EMAIL PROTECTED]> > Date: Saturday, December 6, 2008, 5:54 PM > > Prof. Drooglever ketika itu ditugaskan oleh Kabinet Belanda (atas permintaan > Tweede Kamer) untuk meneliti keabsahan Pepera. Hasil penelitian prof. > Drooglever sudah diumumkan, yaitu: Pepera dimanipulasi oleh pemerintah > Indonesia. Maka Papua de jure tidak sah berada dalam NKRI. Pemerintah > Indonesia juga tahu hasil penelitian prof. Drooglever itu. Tidak lama > kemudian, pemerintah Indonesia menerima kehadiran Menteri Luar Negeri > Belanda, Ben Bot di peringatan Proklamasi 17 Agustus 2005, sebagai pengakuan > Belanda terhadap kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Efek rantainya, > tiba-tiba pula Kabinet Belanda mempeti-eskan laporan prof. Drooglever > berkaitan dengan kasus Pepera itu. > > > > Apakah mas Heri Latif melihat di sini ada hubungan antara dua keputusan > berantai oleh dua negara itu? Memang kedua pemerintah tidak pernah > menyatakan kasus Pepera ditukar dengan kasus pengakuan Proklamasi 17 > Agustus, namun saya punya dugaan kuat, dua keputusan oleh dua negara itu > adalah win-win situation buat kedua bangsa. Moral yang bisa kita simpulkan > di sini, bila diri anda sendiri tidak suci, sulit menuntut kesucian orang > lain terhadap anda. Bukan begitu? > > > > DL > > ----- Original Message ----- > > From: Louk Aznam <mailto:loukaznam@> > > To: PPI-Belanda@ yahoogroups. com <mailto:[EMAIL PROTECTED]> > > Sent: Thursday, December 04, 2008 7:23 PM > > Subject: Re: [PPI-Belanda] kenapa pemerintah belanda gak mau ngakuin > kemerdekaan republik indonesia > > > > dear Heri, > > > > saya ingin kasih pendapat tentang email anda. > > seperti diketahui sejarah itu adalah suatu fakta yg sudah terjadi, tinggal > dari sisi mana kita melihatnya. misalnya berapa lama Belanda menjajah > Indonesia dan apa betul selama 350 tahun kita dijajah? apa patokannya? > > yg datang ke kepulauan Nusantara (Indonesia belum ada) pada tahun 1602 itu > VOC dan VOC itu adalah suatu perusahaan, baru pada tahun 1800 VOC diambil > alih oleh pemerintah Kolonial Belanda. > > contoh lainnya: deklarasi usainya perang Aceh dgn Kolonial Belanda tidak > pernah ada (*meskipun didalam buku sejarah Belanda dibilang bahwa Aceh > ditaklukan pada awal abad 20) jadi pada prinsipnya Aceh itu masih dalam > keadaan perang dan tidak pernah dijajah oleh pemerintah Kolonial Belanda. > > *tatanan kesultanan di Aceh tidak seperti kerajaan di Jawa, kesultanan2 di > Aceh itu beridiri sendiri2, jadi apabila satu kesultanan kalah belum tentu > yg lain tunduk. > > > > waktu Jepang masuk, pemerintah yg berdaulat saat itu di kepulauan Nusantara > adalah pemerintah Kolonial Hindia Belanda. setelah Jepang menyerah pada > bulan Agustus 1945 Belanda datang kembali se olah2 akan memulihkan > ketertiban. nah, kalau Belanda mengakui 17 Agustus 1945 sebagai hari > kemerdekaan RI berarti kedatangan Belanda yg so called "pemulihan > ketertiban" itu adalah tidak lain dari pada agresi terhadap suatu negara yg > berdaulat. kalau itu adalah suatu agresi berarti veteran2 Belanda yg disebut > sebagai pahlawan2 itu sebetulnya hanya penjahat perang (war criminal), semua > hak2nya (honour dan uang) akan hilang. nama baik Belanda juga akan rusak, > mind you war tribunal dan penjara penjahat perang dari seluruh dunia adanya > di Belanda. > > ditambah lagi Belanda juga harus mengakui, minta maaf dan membayar > kompensasi penuh atas kejahatan pembunuhan masal di Rawagede dan Makassar. > > > > selama pemerintah RI tidak menekan agar Belanda mengakui 17/08/1945 sebagai > kemerdekaan RI dan kejahatannya (anno 17/08/1945) maka Belanda pun akan diam > saja. > > > > salam, > > Louk Aznam > > - masih WNI > > - alumni PPI Bournemouth (UK) 1976- 80 > > - dewan penasehat PPI Arnhem-Nijmegen > > > > > > heri latief <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: > > > sebagai orang yang berwarga negara belanda, engkoh lim mestinya tau sejarah > belanda yg telah menjajah bangsa kita selama ratusan tahun. lalu sampai saat > ini pemerintah belanda gak mau ngakuin kesalahan berat atas kekejamannya > selama menindas bangsa indonesia. > > pemerintah belanda gak mau ngakuin 17 agustus 1945 sebagai hari kemerdekaan > indonesia. apakah engkoh lim mau mengakui hal tsb? > > salam, heri latief http://progind.net/ kolektif info coup d'etat 65: kebenaran untuk keadilan http://herilatief.wordpress.com/ http://akarrumputliar.wordpress.com/ [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://ppi-india.blogspot.com 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/