http://www.kompas.com/kompas-cetak/0506/27/opini/1721052.htm

     

      Realitas Indonesia 

      Oleh Jakob Sumardjo

      ADA dua realitas di Indonesia, yakni realitas dalam pandangan dunia 
modern dan realitas dalam pandangan dunia internasional. Apakah realitas? 
Realitas bergantung pada bagaimana pandangan kolektif, suatu kondisi prakognisi 
dalam sebuah konsensus, merangkai sebuah dunia. Pandangan kolektif dunia modern 
berbeda dengan pandangan kolektif dunia tradisional di Indonesia.

      Pandangan dunia tradisional Indonesia adalah pandangan 
totalistik-holistik. Semua yang dianggap �ada� ini merupakan suatu kesatuan 
agung. Keberadaan manusia hanyalah suatu noktah yang merupakan kesatuan dengan 
alam sekitarnya, alam semesta, dan �alam lain�. Nasib manusia ditentukan 
oleh koordinatnya dalam alam semesta ini. Bukan manusia saja dapat marah kepada 
alam, tetapi justru alam itulah yang dapat marah kepada manusia. Pandangan 
dunia manusia tradisional adalah pandangan seorang strukturalis.

      Pandangan dunia modern Indonesia adalah pandangan antroposentris. Manusia 
adalah penentu makna segalanya. Manusia dapat mengubah alam dan dunia, dan 
bukan sebaliknya. Nasib manusia, alam sekitar, dan alam semesta ditentukan 
sendiri oleh manusia. Alam �roh�? Mana ada! Kalau toh roh itu ada, ia tak 
punya peranan di dunia ini. Manusia menentukan nasibnya sendiri di dunia ini.

      Dua pandangan dunia ini menciptakan �realitas�-nya sendiri-sendiri. 
Dunia hantu dan roh gentayangan adalah realitas senyata-nyatanya bagi mereka 
yang berpandangan dunia tradisional. Bahwa keris dan ajimat-ajimat itu memiliki 
daya-daya supranatural adalah realitas dalam pandangan kolektif manusia 
tradisional. Bahwa keluarga raja Pajajaran sampai sekarang ini terus hidup 
dalam bentuk harimau putih adalah realitas. Bahwa pohon beringin itu dihuni 
oleh banyak roh adalah realitas.

      Dan karena realitas, maka apa yang dipikirkannya sebagai ada benar-benar 
ada menurut konstruksi pemikirannya itu. Sebaliknya bagi pandangan modern, 
semuanya itu sama sekali bukan realitas. Semua itu tidak ada. Karena konstruksi 
pemikirannya yang modern tidak meyakini bahwa hal-hal itu ada, maka dalam 
realitas memang tidak ada. Bagi pemikiran tradisional, sesuatu itu ada, suatu 
realitas; bagi pemikiran modern hal-hal itu tidak ada, dengan demikian tidak 
muncul sebagai realitas.

      APA yang disebut realitas tak lain adalah konstruksi berpikir tertentu 
yang menyebabkan apa yang dianggapnya ada itu benar-benar ada. Dalam cara 
berpikir modern pun, realitas itu dapat berbeda-beda untuk setiap konstruksi 
pikiran. Apakah realitas Indonesia ini miskin atau kaya? Menderita atau 
bahagia? Semua tergantung dari sudut pandangan mana Anda melihat �realitas� 
Indonesia itu.

      Kembali kepada cara berpikir manusia tradisional Indonesia. Mengapa 
tayangan televisi semacam Dunia Lain itu banyak pemasang iklannya? Ah, itu 
hanya untuk mereka yang �terbelakang� cara berpikirnya. Anda berkata 
demikian berdasarkan cara berpikir Anda yang �maju� itu. Dan cara berpikir 
maju itu telah menjadi cara berpikir umumnya manusia di seluruh dunia. Sekarang 
ini.

      Kalau kita balik dalam berita-berita sejarah dua ribu tahun lalu, cara 
berpikir �terbelakang� ini merupakan mayoritas dunia. Inilah zaman 
terjadinya keajaiban-keajaiban supranatural. Realitas manusia dapat 
�terbang�, �berjalan di atas air�, �menghidupkan orang mati�, 
�menyembuhkan orang sekarat�, adalah realitas faktual. Sampai sekarang pun 
realitas semacam itu masih terjadi dalam masyarakat kita yang masih berpola 
pikir tradisional.

      Mengapa realitas supranatural itu kini tak pernah terjadi lagi di dunia 
modern? Karena konstruksi berpikir manusia modern tentang realitas telah 
berubah. Dalam pikiran orang modern, supranatural itu tidak ada. Yang ada itu 
adalah yang natural. Inilah sebabnya tayangan �hantu� di televisi kita 
dinilai orang modern sebagai cara berpikir yang terbelakang.

      Kenyataannya tayangan seperti itu cukup berkembang dan banyak 
penggemarnya. Bahwa sebagian masyarakat Indonesia sekarang ini masih cukup kuat 
cara berpikirnya tentang realitas tradisional itu. Hal-hal supranatural masih 
merupakan bagian dari realitas mereka. Cara berpikir totalistik-holistik 
kesemestaan itu masih menggejala kuat. Persoalannya sebanyak manakah cara 
berpikir modern telah menjadi realitas di Indonesia? Dan bagaimana kita 
menyikapi cara berpikir tentang realitas yang amat berbeda dengan kita yang 
modern ini?

      REALITAS kepemimpinan, realitas kekuasaan, realitas kemakmuran, realitas 
penderitaan, dapat dipandang dari dunia berpikir yang berbeda itu. Realitas 
kemiskinan dinilai orang modern berdasarkan data statistik perekonomian. Kita 
disebut negara miskin karena pendapatan per kapita kita berada di bawah 
rata-rata pendapatan orang di seluruh dunia. Tetapi, apakah arti miskin dalam 
pandangan dunia tradisional? Apakah kemiskinan itu penderitaan bagi mereka?

      Dalam pandangan dunia totalitas-holistik tradisional, miskin dan kaya 
adalah pandangan dualistik komplementer, seperti halnya kawula dan gusti, laki 
dan perempuan, terang dan gelap. Fenomena itu pasangan dua jenis entitas yang 
paling bertentangan dan komplementer. Adanya kemiskinan karena adanya kekayaan. 
Adanya pemimpin karena ada yang dipimpin. Adanya kawula karena adanya gusti. 
Semuanya tergantung dari hukum kausalitas keseimbangan, yakni makin banyak yang 
kaya akan makin banyak yang miskin. Totalitas itu tidak berubah, yang berubah 
adalah fenomena ketidakseimbangan yang dibuat manusia sendiri.

      Hidup yang sesungguhnya itu adalah harmoni keseimbangan, yang merupakan 
hakikat dari ada itu sendiri. Kalau yang kaya tetap mau kaya dan ingin 
bertambah kaya, maka yang miskin tentu akan bertambah miskin. Kemiskinan itu 
realitas yang berpasangan dengan realitas kekayaan. Kemiskinan adalah bagian 
dari keberadaan semesta ini. Sekarang tergantung kepada kesadaran si kaya untuk 
menyeimbangkan keberadaan. Dalam ajaran Astabrata dikemukakan bahwa seorang 
raja atau gusti atau pemimpin harus kaya sekaligus penderma kepada rakyatnya 
yang miskin. Semakin kaya seorang raja semakin berkurang kemiskinan rakyatnya. 
Seorang pemimpin itu mengambil sekaligus memberi. Kesempurnaan hidup terletak 
dalam peristiwa harmoni yang menciptakan kondisi paradoks.

      Realitas kekayaan dan kemiskinan dalam pandangan dunia modern adalah 
kebenaran tunggal. Yang benar itu adalah hanya kekayaan dan kemakmuran. 
Kemiskinan itu harus dikalahkan. Kondisi dualistik tidak dapat dibiarkan ada 
bersama. Orang harus memilih, memenangkan kekayaan dan mengalahkan kemiskinan. 
Artinya orang Indonesia itu harus kaya semua. Kemiskinan harus dilenyapkan dan 
dikalahkan karena tidak ada kebenaran yang bersifat paradoks. Kebenaran itu 
hanya tunggal. Kondisi dualistik haru dikalahkan salah satu. Tidak masuk akal 
kalau kedua-duanya dibiarkan hidup.

      Kalau peran saya memang miskin, meskipun saya terus berusaha untuk 
menjadi kaya, ya harus diterima demikian. Semuanya bisa tidak terduga. Kutub 
kaya dan kutub miskin itu berada dalam satu kesatuan. Zaman bisa berbalik. Yang 
miskin menduduki peran si kaya, si kaya menjadi miskin. Yang penting apakah ada 
kesadaran harmoni-paradoks, yakni yang kaya menempatkan diri sebagai si miskin.

      Gejala Dunia Lain, ajimat, ziarah kubur, santet, gotong-royong, pemimpin 
karismatik, Gunung Kawi, ritual, trance, adalah sebuah pandangan dunia kolektif 
yang sekarang terpecah belah dalam masyarakat modern. Realitas bagi mereka 
adalah perwujudan dari imaji yang diyakini sebagai ada yang sesungguhnya. 
Begitu pula arti realitas bagi pandangan kolektif manusia modern. Realitas 
�obyektif� manusia modern berbeda dengan realitas �obyektif� manusia 
tradisional. Realitas obyektif kemiskinan berbeda dengan realitas obyektif 
kemiskinan bagi manusia tradisional dan manusia modern.

      Bagaimanapun kita, manusia modern, tidak menyukai pandangan dunia 
kolektif tradisional ini, nyatanya secara eksistensial tetap ada. Dan ini tidak 
dapat dianggap tidak ada. Bacaan realitas kita selama ini tetap dua, yakni 
tradisional dan modern. Untuk mengubahnya, kita harus memasuki cara berpikir 
mereka. Cara berpikir modern memasuki cara berpikir tradisional. Kita tidak 
dapat mengharapkan yang sebaliknya karena kita semua berasal dari cara berpikir 
semacam itu.

      Akhirnya �realitas� adalah realitas kesadaran. Apa yang kita 
pikirkan, itulah realitas dunia ini. Dan realitas dunia ini ternyata 
berbeda-beda secara �obyektif�. Apakah Anda mengira Nyai Roro Kidul itu 
tidak ada? Bagi Anda memang tidak ada, tetapi bagi beberapa orang merupakan 
realitas. Mitologi dan sejarah itu sama nilainya sebagai realitas.

      Ada dua realitas dalam kesadaran masyarakat Indonesia. Apakah akan kita 
harmonikan atau kita kalahkan salah satu?


      Jakob Sumardjo Esais
     


[Non-text portions of this message have been removed]



***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to