Jawa Pos
[ Rabu, 27 Januari 2010 ] Ricuh, Nasabah Century Emosional di Rapat Pansus KERICUHAN kembali mewarnai rapat Pansus Hak Angket Bank Century. Kali ini, kericuhan itu dipicu seorang nasabah yang terlalu emosional. Dia berteriak-teriak di depan anggota pansus sambil mengacung-acungkan dokumen. Pria bernama Z. Siput L. yang merupakan koordinator wakil nasabah dari Jogjakarta tersebut kesal karena nasib ribuan nasabah masih terkatung-katung. ''Kami sudah bosan diperlakukan seperti ini,'' katanya lantang. Dalam rapat yang dimulai sekitar pukul 14.00 itu, hadir belasan nasabah Bank Century yang menjadi korban reksadana bodong Antaboga. Anggota Pansus Hak Angket Bank Century dari FPDIP Maruarar Sirait mengatakan, salah satu tujuan diadakannya Pansus Hak Angket Bank Century memang untuk mencarikan solusi bagi ribuan korban Antaboga. ''Saat ini kan semua pihak seperti lepas tangan,'' ujarnya. Karena itu, kata Maruarar, pansus akan berupaya menghadirkan seluruh pihak yang bertanggung jawab dan berwenang dalam penyelesaian kasus Antaboga yang merugikan ribuan nasabah hingga Rp 1,4 triliun tersebut. Beberapa pihak yang akan dipanggil pansus adalah Bank Indonesia (BI), Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), manajemen Bank Mutiara, manajemen Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), serta kepolisian yang sudah mengusut kasus itu. ''Nanti, mereka kita pertemukan dengan nasabah, biar terjadi dialog untuk mencari solusi,'' tuturnya. Selama ini, lanjutnya, ribuan nasabah Antaboga dilaporkan tidak tercatat dalam rekening Bank Century. Karena itu, mereka tidak bisa mencairkan dana yang sudah digelapkan Robert Tantular cs. Padahal, beberapa nasabah mengaku membeli produk Antaboga karena ditawari langsung oleh manajemen Bank Century. Bahkan, sebagian di antara mereka mengaku tidak tahu-menahu bahwa dana di rekening depositonya dipindahkan langsung ke rekening Antaboga. Menurut Z. Siput L, pihaknya siap memberikan semua data yang menunjukkan bahwa mereka benar-benar nasabah Bank Century, bukan hanya Antaboga. Siput pun kemudian maju ke meja depan yang ditempati para anggota pansus. Sambil mengacung-acungkan data reksadana Antaboga di depan Maruarar, Siput berteriak-teriak. ''Yang paling bertanggung jawab adalah BI. Itu maling-maling semua,'' teriaknya. Tak berhenti di situ, Siput juga mengungkapkan kekesalannya karena saat ini banyak nasabah yang tidak diakui sebagai nasabah Bank Century. ''Ada apa BI itu, sampai Robert Tantular bisa jadi rampok seperti itu. Urusin yang bener. Ini sudah ada yang mati,'' ujarnya emosional. Maruarar dan beberapa anggota pansus lain mencoba menenangkan, tapi Siput terus berteriak-teriak, bahkan menyebut-nyebut presiden. ''Kami juga sudah lapor presiden, tapi tidak ditanggapi. Kami, para nasabah, berharap rapat hari ini tidak membuahkan hal yang mandul dan tolong diperjuangkan sampai berhasil,'' katanya lantang. Dalam kesempatan kemarin, Siput juga memaparkan bahwa sudah ada empat nasabah Bank Century yang berupaya bunuh diri. Dua orang di antara mereka meninggal dunia, sedangkan dua orang lagi terselamatkan. ''Yang meninggal bernama Michael Sayuti, nasabah Bank Century di Jambi. Seorang lagi yang meninggal dunia (adalah) Profesor Dibyo Prabowo karena stres,'' bebernya. Menurut Siput, Sayuti tewas setelah melompat dari gedung bertingkat di depan gedung Bank Century. Sedangkan Dibyo yang menjabat rektor Universitas Katolik Atmajaya Jogjakarta itu meninggal akibat stres karena tidak mampu menghadapi masalah uang universitas yang dipimpinnya tersebut sebesar Rp 16 miliar yang raib akibat reksadana bodong Antaboga. (owi/iro) [Non-text portions of this message have been removed]