--- In [EMAIL PROTECTED], "herilatief" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
TENTANG PERTEMUAN LINTAS GENERASI DI MAASTRICHT 2004 [1]. Ahmad Daryanto, Ketua PPI Maastricht, telah membuat laporan dan kesan tentang Diskusi Informal Lintas Generasi Masstricht yang kedua kali. Laporan dan kesan Ahmad Daryanto ini kemudian disebarkan kembali ke berbagai milis oleh La Luta [ppindia, 24 Agustus 2004]. Pertemuan ini dikatakan sebagai pertemuan "lintas generasi" karena ia diikutsertai oleh berbagai generasi. Paling tidak tiga generasi yaitu angkatan Cipto yang sekarang berusia 80 tahun, angkatan mahasiswa yang dikirim oleh pemerintah Soekarno dan angkatan muda sebaya Ahmad Daryanto. Dalam tulisan tersebut, Ahmad Daryanto antara lain menulis: "Untuk yang kedua kalinya dengan selang waktu satu bulan, diskusi lintas generasi yang diadakan PPI Maastricht terlaksana dengan hasil yang memuaskan dan menjanjikan suatu lembaran baru dalam penyelesaian masalah rekonsiliasi secara politik dan kultural untuk membetulkan stigma-stigma yang telah salah selama ini terhadap "Mahasiswa yang terhalang pulang akibat peristiwa G 30 S" . Acara ini juga sukses mencairkan kebekuan yang ada selama ini dengan pihak pemerintah yang dalam hal ini dibaca: KBRI". Dilaporkan juga oleh Ahmad Daryanto bahwa: "Acara kemaren dihadiri oleh dubes RI untuk kerajaan Belanda Moh. Yusuf,atase kebudayaan Muhajir. Selain itu yang hadir adalah para anggota PPI Maastricht sendiri, masyarakat Maastricht, sekjen MPA PPI Belanda,PPI Leiden, PPI Aachen, Darmstadt". Sekalipun dalam laporan dan kesannya, Ahmad Daryanto sebagai Ketua PPI Maastricht tidak menjelaskan apa isi hasil diskusi yang dinilainya sebagai "hasil yang memuaskan dan menjanjikan suatu lembaran baru dalam penyelesaian masalah rekonsiliasi secara politik dan kultural untuk membetulkan stigma-stigma yang telah salah selama ini terhadap "Mahasiswa yang terhalang pulang akibat peristiwa G 30 S"" dan "juga sukses mencaikan kebekuan yang ada selama ini dengan pihak pemerintah yang dalam hal ini dibaca: KBRI" , tapi melalui laporan dan kesan ini aku mendapatkan beberapa masalah yang barangkali dicatat. Beberapa soal tersebut adalah:[1]. Lintas generasi; [2]. Soal membetulkan stigma; [3]. Sikap politik KBRI. Sebelum memasuki tiga masalah tersebut, aku ingin mengutarakan pemahamanku tentang diselenggarakannya pertemuan itu sendiri yang hanya selang satu bulan telah berlangsung dua kali. Kegiatan dan frekwensi kegiatan demikian memperlihatkan betapa angkatan muda tidak berpangkutangan menghadapi masalah-masalah bangsa, negeri dan negara yang barangkali bisa dimaknakan sebagai munculnya suatu kesadaran politik di kalangan mereka. Adanya kesadaran dan peningkatan kesadaran politik ini menjadi penting apabila diingat betapa rezim Orde Baru [Orba] selama tiga dasawarsa lebih secara sitematik melakukan politik depolitisasi terhadap masyarakat Indonesia. Kesadaran politik, jika meminjam ungkapan Gus Dur, tidak serta merta menjadikan orang "pandai berpolitik" atau "tahu berpolitik". Sekalipun demikian, adanya kesadaran dan peningkatan kesadaran politik apabila dibandingkan dengan buta politik merupakan sesuatu yang patut dihargai sebagai perkembangan positif. Adanya kesadaran dan peningkatan kesadaran politik demikian, boleh jadi bisa juga dipandang sebagai petunjuk bahwa angkatan yang tadinya buta politik karena politik depolitisasi, kemudian melihat bahwa masalah politik dan politik sebenarnya suka tidak suka, mau tidak mau menyentuh langsung kehidupan diri pribadi para warganegara, anak negeri dan bangsa. Kenaikan harga beras, kenaikan tarif listrik, harga buku, uang sekolah atau pembekuan kebebasan mimbar, misalnya suka tidak suka, akan langsung dirasakan oleh siapa pun juga dalam masyarakat, terutama lapisan mayoritas masyarakat. Pertemuan-pertemuan jenis inipun sekalipun masih berskala satu dua negeri atau pun cuma sekota, ia tetap mempunyai peran dalam membentuk pendapat umum dan mengembangkan stigma-stigma alternatif yang jika terus berkembang akan mempunyai peran dalam proses pembentukan masyarakat sipil, demokratisasi, menentang militerisme dan otoritarianisme yang kukira merupakan bahaya yang belum lenyap mengancam negeri dan bangsa. Selain itu, pertemuan-pertemuan begini barangkali juga merupakan kesempatan dan klas belajar serta bentuk kuliah kerja nyata dalam berpolitik karena kematangan berpolitik tidak lahir dengan serta-merta. Aku bukan termasuk orang yang mempercayai bahwa pengetahuan buku akan serta-merta mematang mendewasakan seseorang, termasuk dalam berpolitik. Sering pengetahuan buku bertabrakan dengan kenyataan dalam kehidupan. Jika dipaksakan akan menimbulkan korban besar, seperti misalnya yang ditunjukkan oleh praktek Li Lisan dalam sejarah Tiongkok yang menyebabkan Mao Zedong terpaksa melakukan Long March. Tentu saja sejarah Indonesia kekinian pun menyediakan contoh-contohnya. Sekarang aku ingin memasuki tiga soal di atas: [1].Tentang "lintas generasi": Aku menggarisbawahi masalah lintas generasi ini, karena aku tidak meyakini akan adanya generasi apalagi adanya manusia supra. Usaha besar memanusiawikan manusia, kehidupan dan masyarakat serta "urusan-urusan besar negara" tidak bisa diperlakukan dan dihadapi dengan kepongahan individual ataupun angkatan kalau ingin berhasil. Mengira diri sebagai manusia atau angkatan supra, barangkali tidak lebih dari tampakul atau kisah Pang Palui dalam cerita rakyat Dayak Kalimantan Tengah. Apakah tampakul? Tampakul adalah sejenis ikan kecil di tepian mandi yang membiarkan diri gampang ditangkap oleh orang. Apabila ditangkap tentu saja, nasib yang dihadapinya tidak lain dari kematian. Sedangkan Pang Palui adalah lambang kebodohan. Suatu hari Pang Palui diminta oleh istrinya untuk mencari kijang sebagai lauk-pauk. Pang Palui pun dengan pisau ambang [parang kerja] di pinggang keluar rumah. Di tepi sungai ia melihat seekor kijang. Pang Palui pun berusaha menangkapnya. Dengan berjingkat Pang Palui menghampiri kijang itu. Tapi yang dilihatnya bukan kijang di daratan tapi bayangan kijang di air sungai. Dengan segala bayangan dan bakal membahagiakan istri, Pang Palui terjun ke sungai menangkap bayangan kijang. Mendengar suara ceburan di sungai, kijang pun lari sekencang mungkin ke hutan. Pang Palui naik kembali ke darat dengan basah kuyup. Ketika sampai di rumah, istrinya terheran-heran melihat Pang Palui basah kuyup. Pang Palui menceritakan apa yang terjadi. Sang istri menjadi berang tak terkendali lalu menempeleng suaminya. Oleh tempelengan itu, tiba-tiba dari kepala Pang Palui melayang sebuah batu dan jatuh menimbulkan bunyi keras ke lantai. Pang Palui dan istri tergengang melihat batu yang jatuh keluar dari kepala Pang Palui. Batu itu dinamakan oleh legenda Dayak sebagai batu kebodohan. Kukira angkatan dan individu yang merasa diri sebagai manusia dan angkatan supra tidak lebih dari tampakul dan Pang Palui jua adanya. Dari segi sejarah, kukira pertemuan lintas generasi begini bisa didapatkan alasannya jika kita menyetujui pandangan Aliran Annales [Annales School] yang mengatakan bahwa masa lalu, hari ini dan hari kemudian mempunyai saling hubungan dan bukan merupakan pulau-pulau terpencil yang terpisah tanpa hubungan. Pengalaman masa lalu ada pada generasi tua, sedangkan angkatan berikut dan angkatan muda merupakan pengemban tanggungjawab atas timbul-tenggelamnya bangsa dan negeri hari ini. Sebagai pengemban tanggungjawab demikian, dibatasi oleh usia mereka, mereka barangkali masih memerlukan pengalaman agar tidak menjadi keledai yang tersandung pada batu yang sama. Angkatan terdahulu menyediakan pengalaman baik dan buruk untuk angkatan berikutnya. Dengan cara ini maka potensi, kearifan dan keunggulan semua angkatan bisa dikerahkan untuk usaha-usaha besar bersama. Ini pulalah kukira arti penting kesinambungan generasi sehingga generasi berikutnya tidak perlu melakukan segala sesuatu dari awal serta tak perlu melalui proses "trial and error" dalam menunaikan misi angkatan. Dalam sejarah Indonesia, kaum kolonialis dan rezim-rezim penindas dan anti rakyat selalu mencoba memutuskan kesinambungan angkatan sementara mereka sendiri menjaga kesinambungan angkatan di kalangan mereka. Hanya saja sering terjadi, angkatan muda acap kali terlalu bangga akan kemudaan usia mereka sehingga tidak gampang bersikap rendah hati, seakan-akan mereka tidak bakal menjadi tua dituakan oleh waktu yang tak pernah menunggu dan keluar dari hukumnya. Dilihat dari segi inilah maka pertemuan lintas generasi yang dilakukan oleh Pertemuan Maastricht kukira patut digarisbawahi dan dihargai.Kerendahan hati ini nampak antara lain dari apa yang ditulis oleh Ahmad Daryanto dalam laporan dan kesannya: "Banyak pelajaran hidup yang bisa kita petik dari beliau-beliau ini. Kepahitan dan kegetiran hidup mereka adalah bercak hitam dalam sejarah Indonesia. Mereka adalah 'living proofs'...." [Bersambung...] --------------------------------- Do you Yahoo!? New and Improved Yahoo! Mail - 100MB free storage! [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar. Now with Pop-Up Blocker. Get it for free! http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi.4t.com *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Posting: [EMAIL PROTECTED] 5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/