S y a h i d 

Barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul Nya, mereka itu akan 
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, 
yaitu Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan 
orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. 
(Q/4:69).

Semboyan yang terkenal pada perjuangan fisik kemerdekaan RI limapuluh 
tujuh tahun yang lalu adalah Merdeka atau Mati. Sementara itu di 
lingkungan pejuang santri - Hizbullah - slogan yang dikumandangkan 
adalah `isy kariman aw mut syahidan, Hidup sebagai orang terhormat 
atau Mati sebagai syahid.

Bagi orang yang ingin tetap hidup, mati adalah sesuatu yang 
menakutkan, tetapi bagi orang yang mengutamakan makna hidup, mati 
tidak harus menakutkan, tergantung bagaimanna caranya mati. Orang 
kafir takut mati karena tidak tahu apa yang ada di balik kematian, 
seperti ketakutan seseorang pada kegelapan , sedanngkan orang yang 
memiliki motif mati syahid justeru merindukan kematian syahadah, 
karena terangnya keadaan di balik kematian, yakni kebahagiaan ukhrawi 
yang diyakini pasti lebih baik dibanding dunia dengan segala isinya.

Term syahid dalam berbagai kata bentukannya disebut al Qur'an 
sebanyak 160 kali, tetapi hampir semuanya mengandung makna kesaksian, 
al hudur ma'a al musyyahadah, baik yang berkenaan dengan Tuhan maupun 
yang berkenaan dengan manusia. Term syahadah - syuhada yang berkenaan 
dengan mati hanya terdapat dalam surat an Nisa 69 di mana dinyatakan 
bahwa orang yang mati syahid kelak akan dikumpulkan bersama para 
Nabi , shiddiqin dan orang-orang saleh.

Dari perbandingan itulah maka para mufassir kebanyakan berpendapat 
bahwa kesyahidan bukan hanya diperoleh melalui peperangan dan gugur 
melawan orang kafir. Imam al Fakhr ar Razi dalam Tafsir al Kabir 
misalnya menekankan bahwa orang yang mati syahid adalah orang yang 
mati dalam rangka kesaksiaannya atas kebenaran Islam. Dalam bahasa 
Arab, STTB atau ijazah juga disebut sebagai syahadah, karena lembaran 
kertas itu memberikan kesaksiaan atas tingkatan keilmuan pemiliknya.

Terlepas dari perbedaan pandangan kesyahidan, tradisi Islam hinga 
kini tetap memuliakan kesyahidan. Imam Khumaini dalam Yad nama-yi 
Ustad-i Syahid Murtadla Muthahhari misalnya mengatakan bahwa Islam 
tumbuh melalui pengorbanan dan kesyahidan putera-putera tercintanya. 
Sejak pertama diwahyukan hingga kini, Islam selalu diwarnai syahadah 
dan heroisme.

Psikologi tidak mampu mengurai secara memadai adanya motif syahadah. 
Dalam teori Psikoanalisa misalnya dikenal adanya motif kematian, 
thanatos, tetapi syahadah sangat berbeda dengan thanatos. Instink 
thanatos bersifat agressip tetapi destruktip, sedangkan motiv 
syahadah meskipun juga agressip tetapi postip dan konstruktip, karena 
motiv syahadah berdiri di atas nilai-nilai mulia, yaitu menghancurkan 
kebatilan dan menegakkan kebenaran, sementara thanatos bekerja hanya 
untuk memuaskan motiv individualnya.

Kuatnya motiv mati syahid atau syahadah adalah karena kuatnya 
keyakinan atas apa yang akan diperoleh di alam akhirat, yang diyakini 
lebih baik dari apa yang dimiliknya di dunia. Al Qur'an memberikan 
dorongaan yang sangat kuat untuk memperoleh peringkat syahadah dengan 
menyatakan bahwa orang yang gugur syahid di jalan Allah sebenarnya 
tidak mati, tetapi tetap hidup (Q/2:154, Q/3:169), dan tetap 
memperoleh rizki dari Allah (Q/Q/22:58, Q/3:169). Kepada mereka 
dijanjikan bahwa amal mereka tidak sia-sia (Q/47:4), diampuni dosanya 
(Q/3:195), memperoleh pahala besar (Q/4:74) dan masuk sorga (Q/9:111, 
Q/3:195). Wallohu a`lam

Wassalam,
agussyafii

======================================================================
Mohon kirimkan komentar anda di http://mubarok-institute.blogspot.com 
atau [EMAIL PROTECTED]
======================================================================

Kirim email ke