----- Original Message ----- 
From: Budhisatwati KUSNI 
To: APAKABAR 
Sent: Tuesday, January 18, 2005 5:23 AM
Subject: SURAT KEMBANG KEMUNING:YANG HAKIKI DARI SURAT HALIM HD


SURAT KEMBANG KEMUNING


YANG HAKIKI DARI SURAT HALIM HD


Pertama-tama saya minta maaf kepada Bung Halim HD karena menyiarkan 
surat-jalur-pribadinya [SJP] ke alamat sejumlah teman. Mudah-mudahan Halim HD 
mau menerima permintaan maaf saya  dan barangkali setelah selesai membaca 
"Surat" ini, Bung Halim akan manggut-manggut senyum maklum.


Lengkapnya SJP pandak Bung Halim yang ditujukan kepada Bung Manik dari Majalah 
Aksara  dan Penerbit Atlas yang menerbitkan "Ekspedisi Waktu", antologi puisi 
Indra Tjahyadi itu adalah sebagai berikut: 


"bung,
mungkin ada baeknya juga bung menambah kiriman untuk penjualan di solo en 
tegal. karena kita-kita tidak memberikan honor kepada panitia en pembahas, maka 
saya usulkan bukulah yang menjadi hadiah bagi mereka. saya tunggu jawaban bung. 
tengkyu:
halim hd.[Tentang "Antologi Puisi" 17 Januari 2005].


SJP Halim ini dikirimkan dalam rangka persiapan meluncurkan antologi puisi di 
berbagai kota di Indonesia seperti Solo, Yogya, Tegal, Surabaya, Bandung, Batu 
[Malang], Palangka Raya dan Tasikmalaya.Juga Jakarta tentu saja. Kontak-kontak 
antara individu dan komunitas yang mempersiapkan peluncuran antologi puisi ini 
agaknya sudah menjelma menjadi saling hubungan lebih lanjut antar aktor budaya 
dan komunitas budaya arus bawah [contre elite]di berbagai daerah, termasuk 
tentu saja dengan  Jakarta. Adanya hubungan begini dan makin terkonsolidasi 
serta mengokohnya hubungan ini hanya menguntungkan usaha membangun 
desentralisasi pusat-pusat kebudayaan di tanahair kita dan bisa menjadi dasar 
sosial nyata bagi pengembangan kebudayaan kepulauan yang oleh Halim HD dkk 
sejak lama diusahakan. Berkembangannya kerjasama antar komunitas budahya 
berbagai daerah bisa diperkirakan akan mampu memberi terobosan alternatif bagi 
tumbuh berkembangnya kebudayaan Indonesia yang bhinneka, mendorong masyarakat 
kita untuk sanggup hidup berkebhinnekaan, meluruhkan sentralisme nilai dan 
kepongahan satu pusat.


Kalau sekarang komunitas-komunitas ini masih berada di arus bawah yang secara 
sosiologis umum disebut sebagai contre elite [elite tandingan], tidak berarti 
mereka akan terus di arus bawah, karena sesuatu yang mempunyai arah tepat dalam 
arti tanggap dan aspiratif, ia akan kian membesar.Komunitas-komunitas yang 
saling bekerjasama dan berhubungan erat, merupakan bentuk pengorganisasian diri 
dilahirkan oleh zaman ini berbeda dengan bentuk pengorganisasian kegiatan 
kebudayaan di tahun 50an sampai dengan 1960an yang umumnya mempunyai satu 
organisasi induk dana sering berafiliasi dengan partai-partai politik tertentu. 
Bukan tidak mungkin bahkan sangat mungkin melalui kegiatan-kegiatan dari akar 
rumput atau arus bawah yang dilakukan oleh komunitas-komunitas begini, konsep 
sastra-seni kepulauan akhirnya kian hari kian mendapat ujud dan isi nyata 
dengan mutu yang "sanggup bersaing". Apalagi umumnya komunitas-komunitas ini 
erat hubungannya dengan massa luas, seperti Rumah Dunia di Banten, untuk 
menyebut satu nama saja.Kemungkinan besar ini sekarang sangat terbantu oleh 
adanya kecanggihan tekhnologi yang memungkinkan para anggota jaringan atau 
komunitas dengan cepat bisa saling berhubungan di mana pun mereka berada. 
Sejauh ini, konsep sastra-seni kepulauan ini agaknya sudah menyebar paling 
tidak Di Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Saya kira mereka pun sudah 
mempunyai kontak dengan kelompok-kelompok yang berada di luar negeri. 


Kontak dalam dan luarnegeri ini mempunyai arti tersendiri lagi. Melalui kontak 
jaringan dalam dan luarnegeri, tukar-menukar pengalaman dan pikiran bisa makin 
diperkaya sehingga membantu pematangan wawasan dan pengayaan imajinasi serta 
prakarsa.


Yang menarik perhatian saya pada kegiatan-kegiatan komunitas-komunitas ini 
adalah semangat kebersamaan dalam keragaman mereka yang antara lain tercermin 
dari surat pandak Halim HD di atas. Kebersamaan di tengah-tengah nilai dominan 
"uang sebagai raja" nampak di mata saya tak obah dari adanya dua kutub. Dua 
pola pikir dan mentalitas yang berbeda. Sistem nilai dominan yang menempatkan 
"uang adalah raja" melahirkan manusia-manusia egois, rakus, serakah, mencuri, 
represif, dan bahkan tak segan menikam serta membunuh kawan sejalan, suka pada 
jalan pintas dan yang serba instan asal saja menguntungkan perorangan mereka 
terutama secara material. Berbeda dengan nilai kebersamaan yang dikembangkan 
oleh komunitas-komunitas arus bawah. Arus bawah sebagaimana umumnya sejarah 
tumbuh berkembangnya arus bawah di manapun, memulai kegiatan mereka bukan dari 
gelimangan dana tapi dengan menggerakkan otak dan tangan prakarsa kreatif 
secara mandiri serta bersolidaritas. Kesadaran bersolidaritas dan kerjasama 
merupakan modal utama mereka dalam mengatasi rintangan.Mereka berangkat dari 
manusia, mengobah yang potensial pada manusia jadi sesuatu faktual.Saya kira, 
soal inilah hal mendasar dan hakiki dari SJP Halim HD di atas, SJP yang 
mencerminkan sekaligus semangat yang ada di komunitas-komunitas di daerah. Dari 
SJP Halim HD di atas saya juga melihat faktor kesadaran di kalangan 
komunitas-komunitas budaya di daerah sangat kuat. Penyelenggara dan para 
pembahas mau berkegiatan sekali pun tanpa memperoleh honor seperti yang umum 
terjadi sekarang di mana peluncuran sebuah buku diselenggarakan di hotel-hotel 
mewah berbintang, dengan suguhan berlimpah serta honor yang menggiurkan 
pembahas atau pembicara sementara yang dibicarakan adalah masalah kemanusiaan, 
ketidaksetaraan dan keterpurukan. Seakan-akan mereka sedang  mengejek lapisan 
mayoritas masyarakat bangsa dan negerinya. Seolah-olah ketimpangan dan 
kesenjangan dijadikan barang dagangan dan tangga mengangkat diri. Tidak adanya 
honor kepada para pembahas yang akan dilakukan pada saat peluncuran antologi 
"Ekspedisi Waktu", bukan karena penyelenggara tidak mau memberikannya tapi  
karena memang tidak ada syarat untuk itu. Tapi tokh mereka tetap mau 
turut-serta dan mengerjakannya dengan penuh kesungguhan. Syarat-syarat kerja 
yang dihadapi oleh komunitas-komunitas ini menyeret kenangan saya ke pada masa 
muda Yogya saya. Waktu itu kami melakukan kegiatan terpogram dan memutar otak 
mencari cara untuk melaksanakan program tersebut. Dalam menyelenggarakan 
kegiatan kesenian apapun segala persiapan kami tangani sendiri, termasuk menata 
kursi dan setelah usai mengaturnya kembali. Juga oleh kami sendiri. Honor dan 
kemewahan juga usulan proyek tidak kami kenal. Segala-galanya kami lakukan 
secara mandiri. Sedangkan para pembicara dari luar, kami tempatkan di 
rumah-rumah keluarga dan tidak di hotel-hotel berbintang. Pemicu utama kegiatan 
kami boleh dikatakan kesadaran berkesenian itu sendiri. Sekali lagi, apa yang 
dilakukan oleh komunitas-komunitas, terutama yang di daerah seperti yang kami 
lakukan juga di Palangka Raya, mengingatkan saya pada masa muda.Barangkali ada 
yang mengatakan bahwa sikap begini sudah "kadaluwarsa", "tidak nzamani", 
"ketinggalan zaman" bahkan mendekati sikap "orang gila". Tapi "dunia memang 
memerlukan 'orang-orang gila' seperti ini jika menggunakan ungkapan Pastur 
Camara. "Orang-orang gila" untuk pemanusiawian manusia, kehidupan dan 
masyarakat, tidak pernah berkelebihan. Bahkan selalu kekurangan sejak Taman 
Eden ditinggalkan oleh Adam dan Hawa, sejak "langit tidak lagi setinggi pohon 
kelapa" jika menggunakan istilah legenda Dayak Katingan, Kalimantan Tengah.


Prinsip- prinsip di ataslah yang saya dapatkan dari SJP Halim HD di atas, 
prinsip yang oleh Halim sendiri dilakukan dalam kegiatannya berkesenian. SJP 
Halim HD saya baca sekaligus menunjukan jalan bagaimana mengatasi kesulitan.  
Apakah saya berkelebihan jika mengatakan bahwa "tonggak estafet" sastra-seni 
Indonesia sesungguhnya berada di tangan komunitas-komunitas yang berkesenian 
dengan engament dan konsep yang jelas ini?


Paris, Januari 2005.
-------------------
JJ.KUSNI



[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Give the gift of life to a sick child. 
Support St. Jude Children's Research Hospital's 'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/lGEjbB/6WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke