Kamis, 16 November 2006 - 07:51 wib 

Harga Elpiji Dipastikan Naik Lagi 

KOTA. WARTA KOTA- Masyarakat pengguna elpiji atau LPG (liquified
petroleum gas) harus bersiap-siap menelan pil pahit. Harga elpiji bakal
meroket tahun depan. PT Pertamina (Persero) akan menaikkan harga elpiji
untuk konsumen rumah tangga mulai awal tahun 2007. Naiknya pun tidak
tanggung-tanggung, dari Rp 4.250 per kg menjadi Rp 6.400 per kg. 

Dengan demikian, kenaikannya mencapai Rp 25.800 per tabung, untuk tabung
isi 12 kg yang sering dipakai konsumen rumah tangga. Saat ini, harga
elpiji 12 kg di tingkat pengecer bisa mencapai Rp 55.000. Dengan rencana
kenaikan itu, harga eceran elpiji tahun depan kemungkinan bisa mencapai
Rp 81.000. "Kita targetkan tahun depan, harga elpiji kemasan 12 kg naik
secara bertahap hingga sama dengan harga keekonomiannya (tanpa subsidi
--Red). Harga elpiji berat 12 kg yang dikemas dalam tabung seberat 14 kg
hingga 15 kg itu, tahun depan naik dari Rp 4.250 per kilogram menjadi Rp
6.400 per kilogram. Harga ini mendekati harga keekonomian," ungkap Dirut
Pertamina Ari H Sumarno di Jakarta, Rabu (15/11). 

Menurut Ari, harga elpiji kemasan 12 kg dinaikkan terkait dimulainya
program konversi penggunaan minyak tanah ke elpiji pada Desember 2006
mendatang. Dalam program pemerintah itu, Pertamina akan memasarkan
tabung kemasan 3 kg bagi konsumen ekonomi kelas bawah. "Tidak adil kalau
harga elpiji kemasan 12 kg yang kini dipakai masyarakat kelas menengah
dan atas, sama dengan kemasan 3 kg yang diperuntukkan bagi masyarakat
kecil," tegas anak Brigjen Soemarno (Gubernur DKI Jakarta periode
1960-1964) tersebut. 

Sementara itu Deputi Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya
menyatakan, dengan harga yang sekarang, pemerintah harus menyubsidi Rp
2.000/kg untuk elpiji kemasan 12 kg. 

Dijelaskannya, saat ini penjualan elpiji Pertamina mencapai 1,1 juta
ton/tahun dengan komposisi 82-83 persen dalam kemasan 12 kg, 2-3 persen
kemasan 50 kg, dan 14-15 persen dikonsumsi kalangan industri. "Saat ini,
harga elpiji industri mencapai Rp 5.280 per kilogram, sedang elpiji
kemasan 12 kg dan 50 kg masih Rp 4.250 per kilogram," kata Hanung. 

Pertamina terakhir kali menaikkan harga elpiji tanggal 19 Desember 2004
dari Rp 3.000/kg menjadi Rp 4.250/kg. Sedangkan rencana menaikkan harga
lagi pada  1 Mei 2006 menjadi Rp 4.750/kg dibatalkan. Akan tetapi,
pembatalan itu diakumulasikan pada kenaikan harga mulai tahun 2007 dari
Rp 4.250/kg menjadi Rp 6.400/kg. 

Menanggapi rencana Pertamina menghapus subsidi gas elpiji, pengamat
ekonomi dari Indef, Nawir Messi, menyatakan bahwa sebenarnya rencana itu
sudah lama didengungkan Pertamina. Tapi, melihat kesulitan ekonomi
masyarakat saat ini, Nawir menyatakan tidak setuju dengan rencana
tersebut. "Pertamina seharusnya melihat bahwa masyarakat masih merasakan
dampak buruk dari kenaikan harga BBM tahun lalu. Daya beli anjlok.
Pengangguran di mana-mana. Masak mau dihantam lagi dengan kenaikan harga
elpiji. Ya,  janganlah. Nanti ibu-ibu rumah tangga bisa turun ke jalan,"
ujar Nawir yang juga anggota Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KKPU). 

Menurut Nawir, kalaupun ada rencana mencabut subsidi gas elpiji,
waktunya jangan sekarang dan itu harus dilakukan bertahap. "Tapi,
sebelum melakukan itu semua, Pertamina harus membeberkan dulu berapa
biaya pokok produksi elpiji secara jelas dan tranparan. Ini penting agar
masyarakat bisa menilai apakah langkah penghapusan subsidi itu layak
atau tidak," ujarnya 

Kecewa 

Secara terpisah, pengusaha katering yang tergabung dalam Asosiasi
Pengusaha Jasaboga Indonesia (APJI), merasa terkejut mendengar rencana
Pertamina menaikkan harga elpiji. Sebab dampak kenaikan harga BBM awal
Oktober 2005 yang mencapai 125 persen hingga kini masih menyulitkan
mereka. "Ya ampun, harga elpiji naik lagi? Pertamina maunya apa sih?
Rakyat kok digencet terus," kata Hj Ning Saboer, Ketua Umum APJI, ketika
dihubungi Warta Kota, Rabu. 

Menurut dia, dari 22.100 pengusaha katering anggota APJI, sekitar 3.000
di antaranya berada di Jabodetabek. Khusus Jakarta mencapai 1.500
pengusaha. Kondisi mereka kini umumnya sangat minimal. Artinya,
keuntungan yang diperoleh sangat tipis, yaitu berkisar 5-10 persen.
"Kalau harga elpiji naik, untung bisa makin mepet. Kalau bangkrut,
mungkin tidak. Kecuali pengusaha yang salah perhitungan," ujar Ning yang
baru saja mendarat di Bandara Soekarno-Hatta setelah melantik pengurus
APJI Kalimantan Timur. 

Dikatakan Ning, pengusaha jasaboga sulit untuk menaikkan harga jual
terkait dengan naiknya harga elpiji. Sebab, harga tidak bisa ditentukan
secara sepihak, tapi harus ada kesepakatan dengan konsumen. "Katering
itu berbeda dengan pengusaha restoran yang bisa seenaknya menentukan
harga. Untuk katering, konsumen banyak yang berasal dari perusahaan.
Jika ada perubahan harga, mereka harus rapat dulu. Jadi kami tidak bisa
seenaknya menaikkan harga," tandas Ning. 

Pernyataan kecewa dan kaget bukan saja dilontarkan oleh pengusaha
jasaboga, tapi juga ibu rumah tangga pada umumnya. Mereka mengecam
kebijakan Pertamina. "Pertamina tidak tahu diri. Mereka yang merugi kok
yang menanggung masyarakat. Ini kan tidak adil," umpat Yudi, warga
Serpong, Tangerang, ketika dimintai komentarnya. 


Sumber: Warta Kota 

http://www.kompas.co.id/ver1/Ekonomi/0611/16/075115.htm 

Catatan: 
Jangan panik dulu, santay aja, tadi aku konfirmasi ke pihak yg
berwenang, gag naik kok, cuman disesuaikan aja! 

Kalo kamu konsisten jadi rakyat, ya harus konsisten menderita dong
^____^



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke