http://www.hariansib.com/index.php?option=com_content&task=view&id=7052&Itemid=9
Setiap Hari Mereka Jalan 5 Km ke Sekolah Ditulis oleh Redaksi Sunday, 18 June 2006 Angin masih berhembus cukup kencang siang itu, setelah malamnya sempat menerbangkan atap gedung sekolah darurat dan merusak atap barak pengungsi di kaki bukit Desa Leupung, Kecamatan Leupung, Kabupaten Aceh Besar. Tiga siswi SMP-I Leupung, belum beranjak dari tempat duduknya dan mata mereka tertuju pada sebuah bangunan sekolah yang sudah tidak memiliki atap karena diterbangkan angin kencang. Sambil memperhatikan atap sekolahnya yang diterbangkan angin kencang sejauh lima belas meter dari lokasi bangunan sekolahnya, murid-murid korban tsunami itu masih saja bertahan di tempat duduknya. Ika Mauliddin bersama rekannya, Desi, Mardiana, dan Mira Malita, murid SMP-I Leupung itu, mengaku belum pulang ke rumahnya, meski hari itu sekolah cepat selesai karena bertepatan dengan hari Jumat. Sementara itu, teman-temannya yang lain sudah pulang lebih awal meski harus berjalan kaki sejauh dua hingga lima kilometer menuju tempat tinggal masing-masing. "Rumah kami agak jauh, jadi kami harus menunggu tumpangan apa saja yang lewat," kata Ika Mauliddin yang duduk di pinggir jalan bersama teman. Ika Mauliddin, siswa kelas II SMP-I Leupung, setiap hari berangkat dari barak penampungan ke sekolahnya menumpang truk atau kendaraan apa saja yang kebetulan melintas. Pasca bencana tsunami, kata Ika Mauliddin, tidak ada lagi labi-labi, sejenis angkutan kota di Aceh, sehingga murid sekolah di desanya itu harus berjalan kaki sejauh lima kilometer. "Syukur kalau ada tumpangan," katanya. Keprihatinan itu juga diungkapkan Desi, Marlina, dan Mira Malita, ketiganya murid SMP-I Leupung yang sudah 18 bulan berjalan kaki sejauh lima kilometer untuk bersekolah, dan hanya sekali-sekali naik truk barang atau kendaraan apa saja. "Kami sering terlambat sekolah, karena angkutan umum tidak ada. Setiap hari berjalan kaki pulang pergi sangat melelahkan," kata Desi yang dibenarkan oleh teman-temannya. Teriknya panas membakar kulit dan kandang kala hujan, sudah hal biasa bagi anak-anak sekolah di desa ibukota Kecamatan Leupung tersebut. Di ibukota Kecamatan Leupung itu terdapat sekolah SMA-I, SMP-I, SDN-I, dan MIN. Sebanyak 150 murid atau 10 persen saja dari jumlah siswa sebelum tsunami yang selamat dari bencana tsunami 26 Desember 2004 lalu. Dari 150 murid yang selamat dari musibah tsunami itu sebagian besar dari mereka kehilangan orang tuanya. Ada yang kehilangan ibu dan ada juga yang kehilangan kedua orang tuanya. Mira Malita, Kelas II SMP-I Leupung, misalnya, mengaku sejak kehilangan kedua orangtua, dia tinggal bersama saudara ibunya di barak sementara. Matanya tampak berkaca-kaca saat bercerita tentang kondisinya sejak ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Murid berparas hitam manis itu mengaku tetap bersekolah meski tidak lagi memiliki kedua orangtua. Terlambat "Kami sering terlambat masuk sekolah, karena angkutan umum sangat langka," kata Ika Mauliddin. Ika panggilan akrabnya, seperti Desi, Mardiana dan Mira Malita, mengatakan sering telat masuk sekolah, namun para guru memaklumi dengan keadaan mereka. Pelajar itu mengaku, guru mereka tidak marah jika muridnya terlambat masuk sekolah, karena jarak rumah dan sekolah sangat jauh. "Guru kami maklum dan yang penting kami tetap masuk sekolah, meskipun terlambat," katanya. Ia mengaku pernah beberapa kali terlambat dan baru tiba di sekolah pukul 10.00, namun kegiatan belajar tetap berlanjut meski hanya beberapa jam. Para guru, katanya, tidak memaksakan anak-anak sekolah harus datang tepat waktu. "Yang penting kami harus sekolah, meskipun datang jam sebelas siang," katanya. Berkaitan dengan keterlambatan itu M. Nasir, guru SMP-I Leupung, mengaku para guru di sekolah tersebut sangat memahami kondisi daerah yang belum normal pasca bencana tsunami. "Anak-anak sering terlambat, karena angkutan umum seperti labi-labi sangat langka di daerah ini," kata M Nasir. Menurut dia disiplin datang tepat waktu tidak berlaku untuk murid di sekolah ini, karena kondisi yang masih darurat. "Bagaimana mungkin kita terapkan disiplin agar murid tepat waktu datang ke sekolah," katanya. Sementara itu, Erni Julita, kelas II SMA-I Leupung, membenarkan bahwa hampir seluruh anak sekolah di daerahnya sering terlambat datang ke sekolah, karena harus menunggu truk dan angkutan apa saja yang kebetulan melintas. "Kami sering naik truk berangkat ke sekolah. Supir truk tidak keberatan dan mereka tidak pernah menolak memberi tumpangan," kata Erni. Memang, katanya, ada juga murid terpaksa naik mobil taksi antar kabupaten ke sekolah dengan ongkos Rp2.000/orang. "Tidak mungkin setiap hari naik taksi berangkat dan pulang sekolah dan dari mana biayanya," kata Erni Julita dengan nada sedih. Para guru dan murid di daerah tersebut sangat mengharapkan pemerintah menyediakan bis sekolah agar proses belajar dan mengajar berjalan normal, karena jika dibiarkan berlarut dikhawatirkan mutu pendidikan menjadi tertinggal. "Sudah sering disampaikan kepada pemerintah setempat dan termasuk para NGO dan Unicef agar disediakan bis sekolah, namun mereka belum menepati janjinya," kata M. Nasir. Adanya bis yang bisa mengangkut anak-anak sekolah itu juga menjadi harapan para orang tua siswa. [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Something is new at Yahoo! Groups. Check out the enhanced email design. http://us.click.yahoo.com/R0DZdC/gOaOAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://groups.yahoo.com/group/ppiindia *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/