Refleksi : Kalau dipakai slogan "The Jewel of Equator" pun tidak cocok karena 
sungai-sungai di Jakarta tak jauh dari istana presiden tersendot kotoran dan 
negara berada dalam tangan kaum kleptokratik. Jadi  slogan lama asal selamat, 
ibarat tak ada tali rotan pun jadi.

http://www.antaranews.com/berita/1274347000/slogan-visit-indonesia-sudah-usang

Slogan "Visit Indonesia" Sudah Usang
Kamis, 20 Mei 2010 16:16 WIB | Ekonomi & Bisnis | Makro | 

(ANTARA)Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah diminta segera melakukan program 
re-branding Indonesia sebagai salah satu alat peningkatan citra bangsa 
Indonesia di mata dunia.

"Re-branding Indonesia, semacam pembuatan merek, ataupun ungkapan yang 
menggambarkan hal positif dan potensi terkait Indonesia, seperti citra negara, 
bangsa, wilayah, produk tempat tujuan wisata," kata Ketua Yayasan Branding 
Indonesia, Handito Joewono, di sela acara Marketing Workshop "The 5 Arrows of 
Branding Strategy", di Jakarta, Kamis.

Menurut Handito, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional 2010, sudah 
seharusnya pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan segera merumuskan 
kembali slogan Indonesia di mata dunia.

Ia menjelaskan, pada era persaingan global, merek sangat penting dalam strategi 
pencitraan dan pemasaran sebagai bagian dari strategi komunikasi pemerintah 
baik ke dalam negeri maupun ke dunia internasional.

"Merek negara juga merupakan cerminan kekuatan dan kekayaan negara dan bangsa 
sekaligus pembeda dari negara-negara lain," katanya.

Menurut Handito, negara yang cukup berhasil mencitrakan dirinya seperti 
Malaysia dengan "The Truly Asia", yang membangun citra reprentasi Asia, 
Singapura "Uniquely Singapore", menbangun merek yang "premium", sedangkan India 
"Incredible India" mencitrakan kekuatan ekonomi baru di Asia.

Ia menilai branding program "Visit Indonesia" sudah usang, perlu diganti dengan 
branding yang membangun persepsi baru dan identitas tentang Indonesia, yang 
dapat merangkum semua sudut potensi bangsa dengan berbagai keunggulan yang 
dimiliki.

Sementara itu, Chairman, Southeast Asia Global Brand Identity Network, Daniel 
Surya mengatakan, sangat disayangkan jika identitas nilai jual Indonesia di 
luar negeri masih hanya sebatas "Visit Indonesia".

Perlu terobosan baru dalam branding Indonesia, sebagai bentuk konsep kampanye 
"menjual" Indonesia ke luar negeri.

"Re-branding Indonesia, tidak harus mengganti simbol negara, tidak mesti 
mengubah Bendera Merah Putih atau nama negara. Tetapi sebagai kata kunci 
menggambarkan berbagai kelebihan Indonesia dibanding negara lainnya," kata 
Surya.

Ia mengambarkan, Hongkong kota kecil, berhasil menjadi pusat perdagangan dunia 
di Asia, yang pada akhirnya mendorong kunjungan wisatawan dari mancanegara 
untuk berbelanja.

Potential "loss"
Menurut Handito, sesungguhnya Yayasan Branding Indonesia sudah pernah 
mengusulkan kepada institusi terkait di pemerintahan pentingnya re-branding 
Indonesia.

Sejak tahun 2004, rencana tersebut belum juga mencapai titik temu bagaimana 
agar program tersebut terealisasi.

Kementerian terkait yang harus dilibatkan dalam re-branding Indonesia meliputi 
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Kementerian Komunikasi dan Informasi, 
Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, asosiasi terkait, 
masyarakat pariwisata, hingga kalangan pers.

Ia menambahkan, pencitraan Indonesia ke luar negeri secara langsung ataupun 
tidak langsung sudah dijalankan Kementerian Kominfo, dan termasuk penyebaran 
informasi ke luar negeri melalui Kantor Berita Nasional ANTARA.

"Tetapi itu belum cukup, sehingga perlu komitmen pemerintah membangun 
simpul-simpul bagaimana pencitraan Indonesia mengalir dari semua lembaga 
pemerintahan," tegas Handito.

Menurutnya, sejak 2004 pihaknya sudah berkali-kali melakukan pertemuan dengan 
kementerian terkait, namun seringkali belum satu persepsi soal branding 
Indonesia.

Untuk itu, pada periode baru pemerintahan saat ini, perlu dibentuk semacam 
satuan tugas (satgas) yang mampu meyakinkan pemerintah dan seluruh kalangan 
membentuk brand baru "Indonesia".

"Tidak ada kata terlambat. Tidak ada yang tidak mustahil. Lebih cepat lebih 
baik," imbuhnya.

Ia berpendapat, semakin lama pembantukan branding "Indonesia" , maka semakin 
besar pula potential loss (potensi kerugian) bagi negara.

Dari sisi ekonomi, diutarakannya, bisa diperkirakan sekitar ratusan triliun per 
tahun yang seharusnya mengalir ke Indonesia hilang begitu saja, atau beralih ke 
negara lain.

Potensi pendapatan bisa berupa kunjungan wisatawan mancanegara, bergeraknya 
bisnis dalam negeri, peningkatan realisasi investasi, ekspor impor, hingga 
penambahan jumlah donasi dari lembaga-lembaga internasional.(R017/Y006)
COPYRIGHT © 2010


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke