IslamEmansipatoris.com, Kamis, 13 Oktober 2005 Dari Diskusi Kampus di Universitas Indonesia:
Depok-JIE. Sebagai negara paling plural (majemuk) di dunia, Indonesia hanya bisa bersatu, kalau kemajemukan itu diakui. Segala usaha untuk menyamaratakan semua dengan satu pola budaya atau beragama, adalah sama dengan dominasi sebagian warga atas yang lainnya, dan pasti akan mengakibatkan kehancuran Indonesia. Hal itu diungkapkan Prof. Dr. Franz Magnis Suseno, Rohaniawan Katolik, ketika didaulat menjadi narasumber pada acara Seminar Nasional "Tafsir Aktual Atas Pluralisme", di Auditorium Pusat Studi Jepang, Universitas Indonesia, Rabu (12/10) kemarin jam 15.30 sampai buka puasa bersama. Selain Romo Magnis, acara yang diselenggarakan atas kerjasama Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) dengan BEM Fakultas Hukum UI ini, juga menghadirkan pembicara lain dari dua ormas Islam terbesar di Indonesia; KH. Masdar F. Mas’udi (ketua PBNU), dan Goodwill Zubir (sekretaris PP Muhammadiyah). Menurut Guru Besar STF Driyarkara ini, bahwa persatuan di Indonesia sekarang ini diancam oleh satu kelompok yang keras dan eksklusif, yang mau memaksakan pandangan totaliter mereka kepada yang lain. Eksklusivisme mereka mengancam eksistensi Indonesia. "Bangsa seplural Indonesia hanya bisa ditata secara inklusif. Indonesia masih bisa bersatu karena sampai sekarang semua eksklusifisme tegas-tegas ditolak", tegasnya. Dalam pandangannya, agama selama ini selalu mengclaim akan membawa berkah dan keselamatan kepada seluruh manusia. Tetapi dalam kenyataannya sebagian sejarah, agama-agama monotheisme –Islam, Kristen dan Yahudi– ditulis dengan darah. Itu beda dengan agama misionaris besar keempat di dunia, Budhisme. "Sejarah buruk jangan ditutup-tutupi, melainkan diingat untuk tidak diulangi lagi, atau lebih tepatnya, untuk membebaskan diri dari padanya", ungkapnya. Seharusnya, tutur Romo, agama dijadikan sebagai kekuatan yang ramah, mendukung kehidupan, mendamaikan, yang acuh tak acuh terhadap ketidakadilan, penindasan dan peminggiran mereka yang lemah dimanapun dan dari golongan apapun. "Agama harus nyata-nyata mendobrak batas-batas kecemburuan, kecurigaan, kebencian, dendam, dan arogansi", tegasnya. Jadi agama harus membawa diri dengan rendah hati, tidak beringas, anti kekerasan, komunikatif, mampu membangun hubungan atas dasar saling percaya. "Atas nama pluralisme agama-agama diminta agar jangan menganggap dirinya paling benar. Maka kalau pandangan ini mau ditolak, sebaiknya jangan disebut pluralisme melainkan relativisme", tegasnya. Relativisme menganggap semua agama sama benarnya.Oleh karena itu, lanjutnya, apabila pluralisme dikutuk, perlu dikatakan dengan jelas apa yang dikutuk dan apa yang tidak dikutuk. Lebih jauh Romo memaparkan bahwa, pluralisme dalam arti yang sebenarnya merupakan implikasi dari sikap toleran; yaitu kesediaan untuk menerima baik kenyataan pluralitas agama-agama. Ini mengandung makna bahwa dalam suatu masyarakat dan negara hidup orang dan kelompok orang dengan keyakinan agama berbeda. Liberalisme, dalam pandangan Romo Magnis, diartikan sebagai sikap orang yang masih mau belajar, yang sadar bahwa manusia tidak pernah bisa memahami seluruh maksud dan kekayaan wahyu Tuhan Yang Maha Kuasa. Sementra sekularisme adalah sikap negara untuk tidak memaksakan kelakuan religius kepada masyarakat, dan dalam negara sekuler, agama tidak dapat memaksakan ajaran-ajaran mereka pada negara. "Jadi tidak secara arogan mengklaim sudah mengetahui segala sesuatu tentang agamanya", ungkapnya. Menanggapi paparan Romo Magnis, Goodwill Zubir, narasumber yang juga penggagas fatwa MUI tentang pluralisme, liberalisme, sekularisme dan ajaran sesat Ahmadiyah, menjelaskan bahwa, ada beberapa penyebab yang melatari keluarnya fatwa tersebut. Menurutnya, "Pluralisme yang diharamkan oleh MUI adalah paham yang menganggap semua agama benar. Liberalisme diharamkan karena mendewakan kekuatan akal ketimbang wahyu Tuhan, sementara sekularisme karena ingin memisahkan agama dari kepentingan dunia". Selain itu, doa bersama yang dipimpin oleh kalangan non-muslim, juga diharamkan oleh MUI. Sama halnya dengan ajaran Ahmadiyah yang menyesatkan. Sementara itu, Masdar F. Mas’udi, dalam memaparkan makalah "Membangun Damai Di tengah Pluralisme Agama Di Indonesia", menjelaskan bahwa, pluralisme pada dasarnya adalah pengakuan atas hak-hak dasar setiap manusia, tanpa membedakan latar belakang primordial apapun, baik etnis, warna kulit, agama, gender dan sebagainya. "Perbedaan suku, agama dan ras adalah anugerah tuhan yang harus kita terima sebagaimana adanya, untuk selanjutnya kita renungkan dan kita temukan hikmah ila hiyah yang ada dibalik perbedaan itu", ujarnya. Namun, tambah Masdar, ketegangan yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, juga disebabkan karena faktor primordial tersebut, di samping karena faktor kesenjangan dan ketidakadilan sosial. "Hal ini menyebabkan situasi kenegaraan kita dewasa ini semakin terpuruk, bahkan terancam disintegrasi", tegasnya". "Saya termasuk yang tidak percaya bahwa perbedaan suku, ras, dan agama, merupakan masalah, apalagi memandangnya sebagai sumber kedzaliman di antara umat manusia", katanya. Menurutnya, mempercayai hal itu sama saja dengan menuduh Tuhan bersikap dzalim dan penyengsara umat. Oleh sebab itu, pikiran yang selalu mengaitkan konflik-konflik sosial dengan faktor SARA sebagai given factor, adalah superfisial dan tidak memberikan kegunaan apa-apa. [Nana-jie]*** Versi asli dapat dibaca di: http://islamemansipatoris.com/artikel.php?id=382 ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> DonorsChoose.org helps at-risk students succeed. Fund a student project today! http://us.click.yahoo.com/O4u7KD/FpQLAA/E2hLAA/BRUplB/TM --------------------------------------------------------------------~-> *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Reading only, http://dear.to/ppi 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/