LAGI-LAGI SEDERET PERTANYAAN UNTUK BUNG TODUNG

Bung Todung yang terhormat,
Saya dan juga teman-teman lainnya ikut sedih, ternyata nama 
Bung Todung tak ada dalam daftar 'Kabintu' (Kabinet Indonesia Bersatu). 
Kami semua boleh berharap, tapi SBY-JK yang menentukan (mungkin Tuhan 
juga). Untuk membela kebenaran dan keadilan tak harus jadi Jaksa Agung 
kan?
 
Sebetulnya begitu banyak pertanyaan dari teman-teman untuk bung Todung,
namun karena bung belum menjawab pertanyaan sebelumnya, daftar tersebut
masih saya simpan. 

Namun karena mbak Hernani Sirikit <[EMAIL PROTECTED]> terus saja 
melempar pertanyaan untuk bung, dengan terpaksa saya bedah pada diskusi 
lintas milis ini. Kali ini pertanyaannya adalah: 
"Waktu membela Tempo,  bung Todung mencoba meyakinkan publik bahwa 
kebebasan pers di Indonesia sedang dan akan terancam bila TW 
dimenangkan. Waktu membela Time yang digugat Baasyir, bung pernah 
bilang: Kami pasti menang, karena kebebasan pers tak terbendung lagi."
 
"So, what do you really believe? In the sustaining freedom of the press,
or in the threat towards free press? Saya selalu percaya bahwa pers 
sudah bebas dan akan terus bebas, sekalipun diancam oleh Tomy Winata 
dan Laksamana Sukardi sekalipun," tulis mbak Sirikit via email di milis
Pantau.

Karena email tersebut sudah cukup lama tak terjawab, akhirnya mas Satrio 
Arismunandar <[EMAIL PROTECTED]> pun lalu nyeletuk: "Mbak
Sirikit kok kayak nggak tahu kerja pengacara. Kan pengacara harus 
pintar bermain kata, tergantung siapa kliennya...."

Lalu, ada satu lagi pertanyaan dari mas Wisnu <[EMAIL PROTECTED]>
di milis MediaCare: "Bung Todung, betulkah Anda pernah mengajukan diri 
sebagai Jaksa Agung pada Presiden Megawati beberapa bulan lalu? Begitu 
juga pada zamannya Presiden Gus Dur?

Mungkin bung Todung bisa menjawabnya? Sekadar mengobati rasa penasaran
mereka. Mohon maaf kalau lagi sibuk.......

Salam MediaCare!


Radityo Djadjoeri

--------------------------------------------------------------------------


(ASK TODUNG) ANDA BERTANYA, BUNG TODUNG MENJAWAB

Kawans,
Walau Diskusi Lintas Milis (DLM) ini sudah mematok subyek-subyek 
tertentu, namun banyak juga muncul opini dan pertanyaan umum seputar 
penegakan hukum, korupsi, dan kebrengsekan para birokrat yang 
merajalela di negeri ini. 

Mohon Bung Todung tak keberatan untuk menjawabnya satu persatu. 
Partisipasi aktif Bung di DLM ini benar-benar dapat memberikan
pencerahan. Teman-teman lainnya juga dapat memberikan opininya.

Saat ditanya tentang peluangnya menjadi Jaksa Agung, ia menjawab bahwa
ia mungkin tak akan bisa melakukan segalanya, tetapi ia akan lakukan
apa yang bisa dia lakukan. Ia memaparkan betapa kuatnya jaringan mafia 
di Kejaksaan dan di sekeliling Kejaksaan (mungkin juga di lingkaran 
istana) yang pasti akan menghambat kinerja Jaksa Agung. "Yang penting 
saya tak ingin congkak, tapi Anda adalah warga negara yang harus siap 
menegur saya kalau saya lengah dan tak berdaya," tulisnya sebagai
penutup email.

Apa yang dia paparkan lalu disanggah rekan Tifor Gultom (email: [EMAIL PROTECTED]):
"Bung Todung, ucapan Anda meragukan kami seandainya Anda menjadi Jaksa 
Agung. Apakah Anda akan mengundurkan diri atau
akan melawan mafia yang sudah berakar dalam di kejaksaaan dan seputar 
istana? Kalau saya sebagai warga negara berharap Anda adalah warga 
negara yang punya dedikasi melawan mafia-mafia tersebut dan menegakkan 
hukum. Saya tahu Anda akan menjadi incaran snipper jika melakukan itu, 
tapi percayalah rakyat di belakang Bung Todung dan Tuhan melindungi 
hambaNya yang benar".

Apa jawaban Bung Todung? "Anda berhak ragu. Tapi saya berbicara jujur bahwa 
pemberantasan korupsi adalah pekerjaan yang luar biasa sulit di tengah masyarakat yang 
permissive terhadap korupsi. Saya hanya bisa mengatakan I will do my best. I know the 
field, and I know the difficulties". Ia menjawab email dari rekan Tifor Gultom pada 16 
Oktober 2004 lalu:


Salam,

Radityo Djadjoeri
MediaCare!


================================================================
BERIKUT SEDERET PERTANYAAN UNTUK BUNG TODUNG:

E-MAIL DARI HERNANI SIRIKIT <[EMAIL PROTECTED]>:

1. Apa sesungguhnya yang Anda maksudkan/maknakan ketika mengomentari 
putusan Mahkamah Konstitusi yang memangkas kewenangan KPI dalam proses 
penyusunan PP dengan mengatakan, "Ya, kita lega, urusan/peraturan
penyiaran sekarang telah kembali ke tangan pemerintah." (sumber: Jawa 
Pos). 

2. Betulkah pendapat saya bahwa industri penyiaran lebih suka berurusan
dengan pemerintah daripada lembaga independen wakil publik (KPI) dan 
Anda mendukungnya?

3. Apa pendapat Anda tentang Laksamana Sukardi vs 4 media massa? 

--------------------------------------------------------------
E-MAIL DARI IWAN WIBOWO <[EMAIL PROTECTED]>:

Mengadili Soeharto dan kroni-kroninya walaupun sudah ditetapkan 
dengan TAP MPR? Saya berani bertaruh traktir makan siang seumur hidup, 
Soeharto dan kroni-kroninya tetap tidak akan tersentuh tangan hukum!!!
Siapapun presidennya untuk hal yang satu ini, tidak akan ada tindakan 
apapun...

Saya yakin kalau hukum itu diterapkan maka penjara di Indonesia akan 
penuh sesak, bahkan kalau hukuman mati diterapkan maka regu tembak akan
kehabisan peluru, kalau digantung algojonya kecapean, saking banyaknya,
saya berani jamin 90 % aparat negara, parlemen member dan politisi akan
memenuhi penjara dan kuburan. Karena korupsi di Indonesia sudah 
membudaya dan menjadi biasa. Bayangkan untuk membuat KTP saja, korupsi
aparat sudah dimulai....

---------------------------------------------------------------

EMAIL DARI SATRYA WIBAWA <[EMAIL PROTECTED]>:

Tapi jangan lupa...kadang sistem hukum yang brengsek membuat semua 
senjata tak berlaku...

Bukan berarti tidak percaya hukum...tapi kalau terlalu banyak 
ketidakadilan justru karena hukum (pelaksana) yang ada..gimana coba ?
Pencerahan plizz...

Satrya Wibawa
....is there a God ? Only God knows....

-----------------------------------------------------------------

E-MAIL DARI BUNGARAN SIMANJUNTAK <[EMAIL PROTECTED]>:

Bisa enggak korupsi diatasi oleh kejaksaan. Saya pinjam kata "diatasi" 
karena kemungkinan kejaksaan mengalamai rintangan untuk meyelesaikan
permasalahan. Korupsi agaknya sudah membudaya sejak pemerintahan 
Soeharto. Dibawah pemerintahan Soeharto telah terjadi korupsi gila-
gilaan. Bayangkan saja Malaysia dengan satu pulau ditambah Sabah,
Serawak bisa menjadi negara maju. Masak kita punya 8 pulau besar dengan
ekayaan berlimpah masih menjadi negara miskin. Kemana semua uang hasil 
kekayaan yang berlimpah itu. Masak kita selalu berhutang ke IMF padahal
kekayaan kita tersedot habis hanya buat memperkaya para pejabat2. 
Telaah ulang deh. 

Saya pesimis pemerintahan SBY bisa memperkecil atau mengatasi korupsi.
Tabiat Yusuf Kalla sebagai pengusaha/pembisnis menjadi alasan agaknya 
pemerintahan SBY akan berjalan ditempat. Sebaiknya jangan seperti "TONG
KOSONG NYARING BUNYINYA". Harus ada tindakan nyata buat mengadili
koruptur kelas kakap. Telusuri Soeharto dan kroni2nya, juga pengusaha 
yang telah melarikan uang negara ke luar negeri. Janji Perubahan SBY 
agaknya cuma mimpi belaka jika tidak ada tindakan. Cuma retorika belaka.
Jika pemerintahan SBY mau rekonsiliasi seharusnya SBY memberi contoh 
dengan menyeret Soeharto ke pengadilan atas peristiwa pembunuhan 
besar2an thn 1965 dan peristiwan di Tanah Air, menyeret pelanggar HAM 
di tanah Air, juga SBY harus bersedia diperiksa atas dugaan kasus jajak
pendapat di Timor Timur. Setelah diputuskan bersalah barulah dilakukan 
rekonsiliasi. Rekonsiliasi di Ambon, Papua, Aceh, Poso harus dilakukan.

----------------------------------------------------------
E-MAIL DARI BHARATA KUSUMA <[EMAIL PROTECTED]>:

Oh iya, sistem hukum kita juga cenderung korup, disemua tempat juga 
begitu.

Ketika terlalu banyak ketidakadilan maka akan muncul gejolak sosial
akan tumbuh gerakan-gerakan penghakiman yang nantinya akan menumbuhkan 
pembunuh bayaran, hukum mati ditempat dsb

Ya begitulah, kita sudah harus menghadapinya dan akan tetap begitu sampai 
sistemnya sembuh. 

---------------------------------------------------------------

E-MAIL DARI WIDIYANTO 'WIWID' <[EMAIL PROTECTED]>:

Saya sepakat dengan Rita di Majalah GATRA, bahwa doktrin hukum 
menganggap semua orang tahu akan hukum. Mungkin dalam hal ini, lebih 
spesifik, tahu pada perundang-undangan. Karena hukum tidak hanya 
berupa undang-undang saja. Oleh karenanya, diperintahkan untuk 
diundangkan dalam lembaran negara.

Soal warga negara atau pejabat publik yang tidak tahu adanya sebuah 
undang-undang, menurut saya, itu persoalan  teknis semata. Ini menjadi 
bahan masukan bagi kalangan jubir kepresidenan, atau pers untuk 
memberitahukannya pada warga.

Dalam forum ini, setidaknya saya keberatan juga dengan istilah 
kriminalisasi pers. Menurut saya, istilah kriminalisasi diidentikan 
dengan persoalan pidana. Atau hubungan antara negara dengan warganya. 
Bukan persoalan keperdataan.

Artinya, tak ada pertanggungjawaban secara kriminal yang dapat 
dialamatkan selain pada individu atau orang-perorangan yang menjadi 
warga di suatu negara (Indonesia). Jika kita jeli memperhatikannya, 
maka yang seharusnya menjadi isu bersama adalah TOLAK KRIMINALISASI 
WARTAWAN. Bukan KRIMINALISASI PERS.

Karena wartawan adalah orang perseorangan, sedang pers menunjuk pada 
sebuah institusi (sosial). Ini jelas berbeda dalam hal 
pertanggungjawaban. Tak ada institusi yang dapat dikriminalkan, yang 
hanya individu yang bertanggungjawab dalam institusi tersebut.

Meski hanya persoalan salah kata, tapi menurut saya, ini faktor penting
untuk diperhatikan. Biar setidaknya, kita mengerti istilah kampanye 
dengan benar.

------------------------------------------------------------

E-MAIL DARI DOLI ULRICH <[EMAIL PROTECTED]>:

Dari semua debat dan diskusi seputar jukebox journalism, saya hanya 
mau menyampaikan satu hal. Ketika pintu kebebasan pers dibuka seluas-
luasnya, banyak orang berharap ini akan membantu membongkar segala 
praktek korupsi di negara kita. Dengan harapan setiap koruptor akan 
diexpose dimedia massa agar semua orang mengetahui, lalu kemudian 
berharap polisi dan pengadilan akan mudah menjatuhkan hukuman kepada
pelakunya.

Sayangnya, harapan yang pertama memang terjadi, tapi yang kedua tidak.
Mass media memang bebas sekarang meliput dan menulis segala perkara 
korupsi dan tersangkanya di koran, dan semua orang membacanya...
Tapi setelah itu, polisi dan jaksa? apa kabarnya? Tidak ada terjadi 
apa-2. Seolah-olah semua yang diberitakan di mass media itu hanya 
angin sepoi-2 dan tidak berarti apa-2. Pers hanya bisa menjadi penerang
atau cahaya yang menerangi jalan yang akan dilalui. Mereka menunjukkan
keadaan sebenarnya yang terjadi dimasyarakat. Tapi setelah itu, tugas 
penegak hukumlah yang harus dijalankan. 

Janganlah kita jadi memposisikan pers sebagai hakim yang memutuskan 
mana yang salah dan benar, atau trial by the press. Tidak ada artinya 
pers yang bebas tanpa disertai tindakan nyata oleh polisi dan 
pengadilan untuk menindak setiap kejahatan yang terjadi.

--------------------------------------------------------

E-MAIL DARI KOEN SOELISTIJO <[EMAIL PROTECTED]>:

Rasanya selama asas pembuktian terbalik belum dijadikan undang-undang
dalam usaha pemberantasan korupsi, para koruptor masih dengan aman
berlindung dibalik asas praduga tak bersalah. Akibatnya, dorongan utk
melakukan korupsi akan terus terjadi di negeri ini dan upaya untuk
menyeret koruptor menjadi angan-angan belaka!

Pertanyaan buat para praktisi hukum: "Sulitkah mengundangkan asas
pembuktian terbalik di dalam undang2 pemberantasan korupsi kita?"

-----------------------------------------------------------------
E-MAIL DARI MAYA ISMAYANI <[EMAIL PROTECTED]>:

Maaf jika saya awam mengenai ini tapi saya punya pemikiran lain.
Jika kita selalu melihat ke belakang, mencari kesalahan orang ...
negara tidak akan pernah maju...bukan saya Pro Soeharto, tapi 
gunakanlah waktu seefisien mungkin karena "this the time to show 
ability of new president and all staff to prove we can make it better 
than past president with not looking back to the past anymore".

Saatnya memulai dari sekarang untuk benar2 memberantas korupsi yang
sedang berjalan agar tidak diikuti oleh yang baru. Karena secara logika
mereka mungkin tidak akan mengembalikan dana yang mereka korup, dan 
satu lagi: "Hukum buatlah hitam tetap hitam dan putih tetap putih...."
Maka Insya Allah Indonesia akan maju....

Terima kasih...

-----------------------------------------------

Date: Wed, 20 Oct 2004 08:45:09 +0700 (WIT)
From: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [communitygallery] (JAKSA AGUNG) SIAPA YANG LAYAK? 

Alhamdulillah,
Saya berharap diskusi untuk membahas siapa yang layak untuk jadi Jaksa
Agung merupakan langkah awal menjadikan bangsa kita bangsa yang baik dan
terhormat, bukan bangsa yang malu-maluin di luar negeri karena kasus
korupsinya, dan bangsa yang membuat semua orang mengumpat di dalam negeri.

Siapapun nantinya, asal orang yang mampu dan benar-benar membuat
Indonesia menjadi baik, itu saja.  Dulu kita pernah berpikir, kayaknya
Allah belum ingin menjadikan Indonesia benar karena punya orang sekaliber
Baharuddin Lopa kok meninggal?  Tetapi insya allah kalau hukum ditegakkan,
masyarakat boleh memberi masukkan atas tindakan yang tidak benar dari
aparatnya, pers bertanggung jawab menyiarkan segala macam kebobrokan dan
polisi juga mampu menjadi korps yang terhormat, kita mampu membangun
negeri kita.  

Kita harus ingat UANG tidak dibawa mati, hidup yang cukup
dan layak, tidak berlebihan, insya allah, sikap ini akan mengembalikan
bangsa kita menjadi bangsa yang terhormat.


Puni
rakyat biasa




=================================================================

Our Services:
Media Center - Media Monitoring - News Clipping Service - Publishing

Mailing list: http://groups.yahoo.com/group/mediacare



-- 
_______________________________________________
Find what you are looking for with the Lycos Yellow Pages
http://r.lycos.com/r/yp_emailfooter/http://yellowpages.lycos.com/default.asp?SRC=lycos10



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih 
Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Posting: [EMAIL PROTECTED]
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke