Kalau beberapa bulan yang lalu saya mengecam bank syariah yang tidak punya
target market dan segment yang jelas, dan hanya bisa berharap BTN syariah
bisa punya niche sendiri, artikel di bawah ini (tahun 2004) memberikan info
kalau BII Syariah dan BNI Syariah ternyata sudah punya arah yang jelas, tapi
ya, yang lain masih enggak jelas kerjaannnya.  :(

salam,
Ari Condro
===

Dicetak dari halaman http://192.168.0.223/dataswa/?buka=beritautama&id=3466

SWA 25/XX/ 9 Desember 2004 | Penulis : Firdanianty | Rubrik : Tren &
Analisis Peristiwa | Halaman : 14




Yang Hot dari Bank Syariah



Dalam diskusi Islamic Banking Outlook 2005 yang berlangsung di Bali Hilton
International Hotel, 29-30 November lalu, ada hal menarik yang mengemuka
dari hasil kajian Karim Business Consulting (KBC). Misalnya, untuk melihat
segmentasi dan target market bank-bank syariah di Indonesia, KBC
memetakannya menjadi 4 bagian: kiri bawah dan kiri atas yang mengarah kepada
perasaan nyaman (convenience), sedangkan kanan bawah dan kanan atas lebih
mengutamakan layanan (service).

Hasilnya, menurut Dirut KBC, Adiwarman Karim, dari 12 bank syariah yang
disurvei, 9 di antaranya berkumpul di kuadran yang sama, yaitu kiri bawah.
Ke-9 bank tersebut adalah: Bank Muamalat Indonesia (BMI), Bank Bukopin
Syariah, BNI Syariah, Jabar Syariah, BRI Syariah, DKI Syariah, Danamon
Syariah, Riau Syariah, dan IFI Syariah. Bank-bank tersebut menggarap pasar
yang sama, yakni: floating mass more sharia.

Sementara itu, BII Platinum Syariah dan Niaga Syariah memilih kuadran kanan
atas dengan target market yang berdekatan, yaitu floating mass less sharia
dan floating mass more sharia. Sedangkan Bank Syariah Mandiri (BSM), kendati
memosisikan diri sebagai bank yang mengutamakan layanan (kuadran kanan
bawah), target market yang digarap sebenarnya sama dengan BMI, yakni sharia
loyalist dan floating mass more sharia.

Dilihat dari pasar yang digarap, Karim menjelaskan, hampir semua bank
syariah membidik consumer banking dan commercial banking. Hanya beberapa
bank yang memfokuskan diri dengan memilih consumer banking atau commercial
banking saja. Contohnya, BII Platinum Syariah dan Niaga Syariah hanya
menggarap pasar consumer banking. Adapun nasabah yang dibidik adalah kelas
menengah atas. Sedangkan HSBC Syariah untuk saat ini lebih memusatkan
aktivitasnya pada commercial banking ketimbang consumer banking.

Selain meneliti aspek segmentasi, targeting dan positioning masing-masing
bank, KBC juga berupaya melihat perilaku konsumen bank-bank syariah.
Ternyata, menurut Karim, ada banyak persepsi yang muncul di masyarakat
mengenai bank syariah. "Saat ini bank syariah diposisikan sebagai bank untuk
transaksi jangka panjang dan kenyamanan emosional yang tidak terlalu
mengharapkan untung," ujarnya mencontohkan. Dalam hal ini, ada situasi
dimana nasabah tidak mengharapkan profit atas simpanannya.

Temuan yang menarik adalah bahwa nasabah kelas A+ mengonfirmasi bahwa selain
menjadi nasabah preferred bank konvensional, mereka juga menaruh dana yang
tidak terlalu besar di bank syariah dalam bentuk deposito berjangka. Salah
satu pernyataan yang mencuat dari responden, misalnya: "Saya punya Rp 500
juta di BCA, di BNI ada sekitar Rp 200 juta. Tapi kalau untuk Muamalat saya
hanya ada deposito sedikit, sekitar Rp 50 juta. Itu untuk saving masa depan,
yang tidak diutak-atik". Ini berarti, sebagian besar orang masih beranggapan
bahwa bank syariah hanya untuk melengkapi portofolio mereka di bank
konvensional.

Para responden yang disurvei juga berpendapat, bank syariah belum mampu
menawarkan manfaat spesifik untuk melakukan transaksi jangka pendek. Bahkan,
sebagian responden meragukan fasilitas di bank-bank syariah karena dinilai
tidak menguntungkan. Namun, ada pula yang menganggap unit syariah bank
konvensional terkemuka menawarkan fasilitas yang lebih baik ketimbang bank
syariah yang berdiri sendiri. Umpamanya, BNI Syariah bisa memanfaatkan ATM
BNI konvensional. Demikian pula Danamon Syariah, Permata Syariah, Niaga
Syariah, dan unit-unit usaha syariah lainnya, dapat menggunakan fasilitas
bank induknya.

Hasil survei yang dilakukan KBC, setidak-tidaknya mencerminkan bahwa
masyarakat lebih menyukai bank yang mampu memberi kemudahan akses. Tentu
saja, ini dapat menjadi bahan pertimbangan para pelaku bisnis di industri
ini maupun bank-bank konvensional lain yang tengah berancang-ancang membuka
unit usaha syariah (UUS). Karim memprediksi, tahun depan ada sekitar 20 bank
syariah baru yang bakal meramaikan peta perbankan syariah di Tanah Air.

Bila estimasi ini benar, berarti dalam setahun ke depan jumlah bank syariah
di Indonesia akan mencapai 37 buah. Melihat pertumbuhannya yang demikian
pesat, Karim berharap, bank-bank tersebut dapat berkompetisi secara sehat.
"Lahan yang bisa digarap masih luas," katanya optimistis. Namun demikian,
lanjutnya, akan lebih baik bila bank-bank tersebut tidak hanya berkutat di
pasar yang sama. Ia menilai, sudah saatnya bank-bank syariah berpindah ke
kuadran kanan untuk menggarap nasabah kelas kakap. Alasannya, nasabah di
segmen premium belum banyak disentuh oleh bank-bank syariah.

Sejauh ini, hanya BII Platinum Syariah dan BNI Prima Syariah saja yang
mencoba masuk ke kalangan the have ini. Padahal, "Sekarang sudah tidak
zamannya mengantri panjang untuk melakukan transaksi perbankan. Kalau
bank-bank syariah ingin menjangkau nasabah kelas atas, mereka harus memiliki
layanan yang membuat nasabah merasa nyaman, tanpa harus mengantri di
cabang," paparnya. Karena itu, ke depan bank-bank syariah dituntut untuk
menyediakan layanan wealth management. Melalui layanan ini, bukan mustahil
perbankan syariah juga dapat menggarap nasabah dari golongan lain. Jadi,
tunggu apa lagi?







------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child. Support St. Jude Children's Research Hospital.
http://us.click.yahoo.com/ons1pC/lbOLAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. http://www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to