--- On Thu, 6/18/09, LOVE IS CINTA (via Multiply)  wrote:

From: LOVE IS CINTA (via Multiply) <multi...@multiply.com>
Subject: Wawancara IMAGINER dengan SOEKARNO jgn Remehkan Malaysia !!
Date: Thursday, June 18, 2009, 10:49 AM


 
 
 



#yiv302945110 {
color:#000;font-family:Arial, 
sans-serif;padding:0;height:100%;font-size:12px;margin:0 
auto;background-color:#f4f6f8;background:none;}
#yiv302945110 a, #yiv302945110 a:link, #yiv302945110 a:visited {
color:#0b5eb4;text-decoration:none;}
#yiv302945110 a:active, #yiv302945110 a:focus {
outline:0;}

 


  
    
    LOVE  IS CINTA has posted a new blog entry.
  



  
    

  









Wawancara IMAGINER dengan SOEKARNO jgn Remehkan Malaysia !! Jun 17, '09 11:48 PM
 for everyone
 
oleh: Oki Lukito
Ketua Forum Masyarakat Kelautan dan Perikanan, Staf ahli BAPPEDA
Jatim, Sekretaris Dewan Maritim Jawa Timur

Jakarta - Pengamanan perairan laut Indonesia harus diakui sangat
lemah. Hal ini terbukti dengan tidak berdayanya kita menghadapi
maraknya illegal loging, illegal fishing, illegal BBM, illegal
imigrant, sea piracy, dan penyelundupan. Padahal kita punya kemampuan
untuk memantau aktivitas di laut secara intensif melalui satelit.

"Semua aktivitas di laut bisa dipantau, diawasi, dan dikendalikan
melalui satelit GPS, satelit telekomunikasi serta satelit penginderaan
jauh. Mereka sudah jelas melanggar, lha kok dibiarkan," kata Ir
Soekarno kecewa. Presiden pertama RI ini menyarankan, sebagai bangsa
yang besar wajib melakukan diplomasi, tetapi tidak terjebak dalam
perundingan. "You tidak punya hak di Ambalat atau kita perang. Bilang
saja begitu sama mereka!" tegasnya.

Mesin perang TNI AL dituding Soekarno menjadi titik lemah kekuatan
tempur jika terjadi perang terbuka. Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) memang mempunyai banyak kapal perang. Ada sekitar 100 kapal. 20
di antaranya sangat tua dan kalau dipaksakan bertempur malah akan
menjadi kuburan bagi anak buah kapal (ABK)-nya.

Jangankan bertempur. Untuk mengamankan luas laut 5,8 juta kilo meter
persegi - terdiri dari luas laut teritorial 3,1 juta Km2, luas ZEEI
2,7 juta Km2 - jumlah armada perang yang kita miliki sangat tidak
seimbang.

Negara tetangga mengetahui betul kelemahan ini. Dan, kalau Malaysia
kemudian kurang ajar, itu karena mereka memang berada di atas angin.
Malaysia, lanjut Bung Karno, mempunyai kekuatan armada tempur laut dan
pendukung peralatan perang yang sangat kuat. Negara jiran ini baru
saja membeli 26 kapal perang jenis korvet dan 4 kapal selam baru yang
dilengkapi Excocet, rudal permukaan, dan rudal permukaan ke udara dari
kroninya, Inggris.

Negara di Semenanjung Malaka itu juga sudah memesan kapal tambahan
baru jenis fregat dan korvet lagi serta sejumlah pesawat tempur dari
Rusia. Perlu diperhitungkan pula keberadaan Pangkalan Udara
Butterworth yang juga menjadi pangkalan Royal Australian Air Force
(RAAF) akan menjadi kekuatan pendukung tempur udara yang sangat
menguntungkan Malaysia kalau clash fisik terjadi di Laut Sulawesi.

"Jadi jangan memandang Malaysia sebelah mata, negara neokolonialisme
ini masih mempunyai empat lagi pangkalan militer," tegas Bung
mengingatkan. Bukan mustahil Malaysia juga akan mendapat dukungan dari
negara sesama koloni Inggris di kawasan timur, yaitu Singapura,
Selandia Baru, dan Australia.

Tetapi, Soekarno mengingatkan, ada satu kekuatan yang ditakuti
Malaysia, yaitu kekuatan rakyat. Konsep kekuasaan Mandala yang pernah
dicetuskannya tahun 1964 ini bisa dijadikan senjata pamungkas
menghadapi keserakahan Malaysia itu.

Adu Domba
Ketika masih menjabat sebagai presiden Soekarno pernah mempunyai
gagasan untuk menjadikan Lampung, Natuna, dan Biak sebagai pangkalan
TNI AL. Pangkalan ini dimaksudkan agar kekuatan armada laut kita
menyebar. Tidak seperti sekarang hanya mempunyai satu pangkalan TNI AL
di Surabaya (Armatim). "Sangat tidak efektif dan efisien, pulau sudah
diduduki dan dikuasai, kapal perang kita baru datang .. ha. ha .. "
sindirnya sambil tertawa.

Selain itu, menurutnya, harus ada kemauan pemerintah untuk meremajakan
kapal perang milik TNI AL. "Saya faham pemerintah sedang tidak punya
uang. Tetapi, dulu kita bisa beli kapal perang saat kondisi keuangan
lebih parah dari sekarang. Di saat kondisi internal yang sangat sulit
itu, Irian Barat juga berhasil dibebaskan dari meneer-meneer londo
(Belanda-Red) ," ingatnya.

Konflik Ambalat, terang Soekarno, tidak lepas dari kepentingan ekonomi
negara besar seperti Amerika, Inggris, dan negara Eropa lainnya.
Perairan Ambalat mempunyai potensi emas hitam yang menggiurkan. Tidak
akan habis dieksplorasi selama 20 tahun. Cadangan emas hitam di
Ambalat mencapai satu miliar barrel dan cadangan gas terpendam 400
triliun kaki kubik.

Sementara ini ada tiga perusahaan minyak raksasa beroperasi di sana,
UNOCAL (AS), SHELL (Inggris-Belanda) , dan ENI (Italia). UNOCAL dan ENI
sudah lebih dahulu mendapat konsesi di Ambalat dari pemerintah
Indonesia dengan masa kontrak lebih dari 10 tahun.

Sementara Inggris setelah ditolak permintaan konsesinya oleh Indonesia
tampaknya sukses memprovokasi Malaysia dan mendapat konsesi mengelola
Ambalat yang jelas-jelas dirampok dari Indonesia. "Ndak ada cerita dan
sejarahnya Ambalat milik Malaysia. Inggris dan Amerika dari dulu
memang biang keroknya kerusuhan dunia. Mereka pongah dan tukang klaim
serta berkedok polisi dunia. Padahal maling dan pecundang besar. Lihat
saja tragedi Irak. Dua negara tersebut mengorbankan ribuan nyawa
manusia hanya untuk menguasai minyak di negara seribu satu malam itu,"
teriak Bung Karno sambil mengepalkan tangan.

Test Case
Skenario Amerika-Inggris ini bisa dicermati sejak ribut-ribut soal
Selat Malaka beberapa waktu lalu. Dengan dalih pengamanan, Amerika
mengusulkan kapal perangnya diizinkan mengawal kapal kargo yang
melintas Selat Malaka. Usulan itu awalnya ditentang Malaysia,
Singapura, dan tentunya Indonesia sendiri. Kehadiran armada asing di
Selat Malaka dianggap oleh tiga negara ASEAN ini suatu pelecehan.

Dengan reaksi penolakan itu negara adikuasa tersebut kemudian pinjam
tangan Australia untuk menekan Malaysia dan Singapura agar menyetujui
usul akal-akalan AS ini. Kemudian Australia, Inggris, Selandia Baru,
Malaysia, dan Singapura berunding sendiri soal pengamanan Selat Malaka
tanpa menyertakan Indonesia karena terlalu vokal menentang.

Tidak hanya itu. AS juga menyebar "racun" diplomasi. Komandan Militer
AS di Asia Pasifik, Laksamana Thomas Fargo rupanya mendapat instruksi
Gedung Putih untuk melobi Malaysia, Singapura, dan Thailand. Alhasil
Malaysia tiba-tiba mencabut kesepakatannya untuk berpatroli bersama di
Selat Malaka. Soekarno lalu menunjuk pernyataan Menhan Malaysia, Najib
Razak.

Sikap yang sama diperlihatkan Singapura. Bedanya, negara penampung
koruptor ini melakukan penolakan secara halus. Singapura menghendaki
pengamanan selat sepanjang hampir 1.000 km itu melibatkan Organisasi
Maritim International (IMO), sama artinya menyetujui keterlibatan AS.

"Di saat menghangatnya Selat Malaka, AS juga melontarkan isu terorisme
di Indonesia. Ini jelas akal-akalan saja", ujar Bung Karno. Ia juga
menilai lepasnya Sipadan dan Ligitan adalah bagian dari skenario besar
negara liberal dan imperialis "nggrogoti" kekayaan Indonesia. Sukses
Singapura "mencuri" pasir laut dari kepulauan Riau tampaknya
mengilhami Malaysia untuk bertindak lebih arogan menguasai ladang emas
hitam Ambalat.

Merunut kejadian-kejadian yang dialami Indonesia jelas semuanya
merupakan test case penguasaan kekayaan sumber daya alam yang kita
miliki secara sistematis. "Syukurlah rakyatku masih tanggap dengan apa
yang sedang mengancam negaranya. Pemimpinnya tentu harus cermat dan
aspiratif dengan situasi ini', kata Soekarno.

Lebih jauh Bung Karno mengingatkan pemerintah untuk lebih tegas
menyusun dan berunding soal batas laut dengan negara tetangga yang
berbatasan langsung. Tanpa hal itu sengketa perbatasan dengan
Malaysia, Singapura, Vietnam, India, Filipina, Australia, Timor Leste,
Papua Niugini, Thailand, dan Republik Palau susah diselesaikan. Malah
bisa merugikan.

"Juru runding kita juga harus mempunyai wawasan luas dan menguasai
ilmu hukum laut. Dan, ini merupakan salah satu kelemahan kita.
Malaysia memang bangsa serumpun, tapi harus diingat negara neokolonial
ini anteknya Inggris. Bangsaku selamat berjuang, rakyat Malaysia bukan
bangsa pejuang. Malaysia seperti halnya Singapura dan Philipina adalah
negara bentukan Inggris, rakyatnya tidak pernah angkat senjata, lain
dengan kita bermandi darah, berkorban nyawa untuk merdeka," tegasnya
mengingatkan dan sekaligus mengakhiri wawancara.

links: http://suarapembaca .detik.com/ read/2009/ 06/11/091254/ 1145975/471/ 
wawancara- imajiner- ir-soekarno- jangan-remehkan- malaysia Tags: soekarno



audio reply
video replyAdd a Comment
      








Copyright 2009 Multiply Inc, 6001 Park of Commerce, Boca Raton, FL 33487, USA


Stop e-mails, view our privacy policy, or report abuse: click here



 



      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke