Mawar Merah Café Bandar:

BERBEKAL RP.200.000 DALAM KOCEK SENDIRI

Petang hari Minggu ini sebuah rombongan pembidas terdiri dari tiga orang telah 
diberangkatkan oleh sebuah organisasi mahasiswa Katolik, Gereja Mahasiswa 
[Gema], dari stasiun Bandung menuju Yogyakarta. Sekali pun organisasi mahasiswa 
yang memberangkatkanya adalah organisasi mahasiswa Katolik tapi anggota-anggota 
tim relawan untuk membantu korban gema di Yogya dan Jawa Tengah yang segera 
menyusul bersifat lintas agama. Bahkan menurut rencana, ketika tiba di 
Yogyakarta, rombongan ini akan segera mengadakan kontak dengan relawan yang 
diorganisasi oleh organisasi perempuan NU setempat yang sudah dihubungi. 

Ya, mengapa soal agama, politik dan lain-lain mesti jadi sekat pemisah dalam 
menanggulangi malapetaka? Malapetaka tidak memilih agama, aliran politik anutan 
dan kepercayaan.Di sini aku melihat perbedaan agama dan pandangan politik 
menjadi luluh oleh semangat kemanusiaan ketika berhadapan dengan petaka yang 
menelan korban nyawa dan hartabenda. Lebur dalam hakekat alias roh agama dan 
pandangan anutan.Tidakkah ini roh sejati dari kemajemukan atau "bhinneka 
tunggal ika" itu?  Tidakkah jika roh "kebhinnekaan" itu dikhayati maka 
"keragaman" menjadi suatu keindahan, kekayaan dan katakanlah suatu 
rakhmat!?Demikian pertanyaan renunganku sejenak.

Di Yogya rombongan ini akan disambut oleh organisasi cabang Gema setempat yang 
sekaligus memastikan daerah mana Tim Relawan akan turun serta menyerahkan 
barang-barang solidaritas kemanusiaan kepada para korban gempa secara langsung 
sesuai pengorganisasian organisasi lokal tanpa menggantungkan diri pada jalur 
resmi. Sementara itu, organisasi Gereja Protestan di daerah Wonogiri secara 
kongkret telah merinci jumlah desa, rumah dan keluarga yang tertimpa musibah 
dan memerlukan bantuan segera.Perincian begini sangat memudahkan pemberian 
bantuan mendesak sehingga bantuan-bantuan yang datang bisa mencapai sasaran 
langsung. Sebab bukan tidak mungkin musibah dijadikan dalih semata untuk 
mengumpulkan dana  tapi dana tidak mencapai sasaran yang mendesak memerlukan 
melainkan dimanfaatkan untuk keperluan lain.

Yang mengharukan aku dari rombongan pembidas Gema Bandung adalah semangat para 
anggota tim pembidas itu sendiri. Mereka berangkat dengan sangu hanya 
Rp.200.000 dalam kocek. Diriku bertanya-tanya: Cukupkah dengan sangu demikian 
untuk kehidupan minimal selama beberapa hari? Untuk makan dan minum, untuk 
transport dan keperluan-keperluan lain yang minimal? Tapi Tim Pembidas itu 
tetap saja berangkat dengan keyakinan bahwa kekurangan serta kesulitan apa pun 
yang akan mereka hadapi tidak seberat kesulitan dan penderitan korban gempa 
tetonik Laut Selatan. Pada mereka, pada tim pembidas Gemas ini, aku melihat 
adanya  kemurnian semangat kemanusiaan yang di negeri ini sangat langka. Tapi 
adanya semangat begini, betapa pun langkanya, dan justru karena langkanya, 
telah memperlihatkan bahwa di negeri yang galau seperti Indonesia ini, manusia 
itu masih ada sekalipun terpinggirkan atau bahkan kurang dipandang mulia oleh 
para penganut jalan pintas egoistik. Barangkali keadaan beginilah yang 
dilambangkan oleh filosof Yunani Kuno yang menyalakan lilin di tengah hari 
siang bolong untuk mencari manusia, tanda betapa tak gampangnya menjadi manusia 
yang manusiawi dan betapa manusia manusiawi itu sering dalam sejarah 
terpinggirkan.Sehingga orang Dayak mengatakan bahwa selayaknya Dayak itu adalah 
"Utus Panarung", manusia bertarung untuk merampungkan misi hidup mati 
kemanusiaannya sebagai "rengan tingang nyanak jata" [anak enggang putera-puteri 
naga], kendati pun konsep hidup mati ini tak lebih dari konsep utopik Sysiphus 
yang ingin menggapai puncak.Tapi tetap utopisme yang memberikan harapan. 
Bisakah manusia hidup tanpa harapan? Dan apakah jadinya manusia tanpa harapan 
dan mimpi? Harapan dan mimpi adalah api yang menghangatkan jiwa kita, juga 
menghangatkan hati para anggota Tim Pembidas Gema yang masih muda usia dari 
Bandung. Karena itu mereka sanggup berangkat bersangukan hanya Rp.200.000,- 
dalam kocek, bersandar pada struktur organisasi kemahasiswaan yang ada, 
bekerjasama dengan organisasi-organisasi lain yang dekat dengan lapangan 
seperti organisasi perempuan NU Yogya.

Tim Pembidas Gema segera disusul oleh Tim Relawan lalu tahap berikutnya akan 
disusul oleh Tim Ahli yang akan membantu para korban bangun dari reruntuhan. 
Dalam usaha ini adanya jaringan organisasi barangkali akan mampu menyalurkan 
kemauan baik menjadi efektif, bebas dari penyalahgunaan dan manipulasi.Dari 
pengalaman Gema yang menarik perhatian, barangkali yang menarik adalah 
bagaimana bantuan kemanusiaan itu bisa sampai langsung  ke tangan para korban 
gempa seutuhnya.Sebab berapa pun besarnya bantuan atas nama korban jika tak 
sampai langsung ke tangan yang sangat mendesak memerlukan sama dengan 
kesia-siaan. 

Dari jauh, aku hanya bisa membuka topi kepada anak-anak muda bersemangat tulus 
ini, tanpa banyak secara kongkret melakukan apa-apa. Anak-anak muda jenis 
inikah barangkali yang bisa diharapkan jadi penanggungjawab timbultenggelamnya 
negeri ini dan kemanusiaan? Yang jelas, betapa pun terpinggirnya di negeri kita 
masih ada manusia! Manusialah yang diperlukan tanahair ini! Rp.200.000,- dalam 
kocek sendiri menerjuni daerah bencana  memperlihatkan keperkasaan manusia juga 
adanya.Benarkah?!

Paris, Juni 2006.
---------------
JJ. Kusni


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Something is new at Yahoo! Groups.  Check out the enhanced email design.
http://us.click.yahoo.com/SISQkA/gOaOAA/yQLSAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. 
http://groups.yahoo.com/group/ppiindia
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Reading only, http://dear.to/ppi 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to