Yang mengelola sumber Bumi, Tanah dan Air yang berhubungan dengan penghidupan khalayak banyak memangnya rakyat jelata. Apa sudah diubah susunan UUD Negara Republik Indonesia.
:: Sesuai azas dari Rakyat, oleh Rakyat, untuk Rakyat, Rasain Sendiri !! -----Original Message----- From: Ambon [mailto:[EMAIL PROTECTED] http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/7/7/o1.htm BBM Langka, Salah Siapa? SETELAH minyah tanah yang sampai kini langka di beberapa daerah, sekarang premium yang mulai jarang sehingga menimbulkan antrean panjang di berbagai kota di Jawa maupun di luar Jawa. Mengapa BBM langka? Sungguh ironis, Indonesia yang tergolong negara pengekspor minyak yang tergabung ke dalam organisasai OPEC justru mengalami paceklik BBM. Siapa yang salah? Jangan terburu-buru mencari siapa yang salah dan bertanggung jawab karena pemerintah tidak mau disalahkan dalam masalah ini. Secara sederhana, kalau mau menunjuk hidung biang kerok penyebab masalah ini, tentu saja pemerintah. Sebab, sebagai pengendali regulasi di bidang ini, pemerintah patut menjaga arus suplai BBM agar tidak terjadi seperti sekarang ini. Oke, kalau pemerintah tidak mau disalahkan, lalu siapa yang paling pantas menjadi kambing hitam? Melonjaknya konsumsi BBM di nergi ini memang sangatlah kompleks penyebabnya. Seperti diberitakan Bali Post, Rabu (6/7) kemarin, saat ini jumlah kendaraan roda empat sudah mencapai 4,5 juta unit. Sedangkan roda dua mencapai 5 juta unit. Akibatnya, ada peningkatan permintaan BBM sekitar 4-5 persen dari tahun sebelumnya. Seperti yang diutarakan Meneg BUMN Sugiharto, kelangkaan BBM saat ini akibat melonjaknya penggunaan kendaraan bermotor. Pemerintah pun kemudian menawarkan ''solusi'' jitu. Masyarakat dianjurkan untuk hemat BBM. Diharapkan, pada hari Sabtu serta Minggu, masyarakat tidak menggunakan kendaraan. Lebih lanjut dikatakan Menteri ini, selayaknya kenaikan kendaraan diikuti dengan penambahan BBM. Karena itu katanya, ke depan sebaiknya ada penambahan kuota. Jumlahnya tergantung kesepakatan dengan DPR. Selain menambah kuota produksi untuk konsumsi dalam negeri, peningkatan penggunaan kendaraan bermotor pribadi tidak bisa dicegah. Alasan utamanya, antara lain, pemerintah tidak mampu membangun suatu sistem transportasi yang aman dan nyaman bagi masyarakat. Selama itu belum mampu diwujudkan, jangan harap jumlah kendaraan akan menurun. Saat ini, sistem transportasi kita memang sangat menyedihkan. Tidak nyaman, juga sangat tidak aman. Contoh kecil saja, angkutan dalam kota. Penumpang dijejalkan dalam kendaraan yang sumpek walau untuk itu mereka harus membayar mahal. Itu termasuk masih ''untung'' kalau tidak ada copet, rampok atau sopirnya yang ugal-ugalan di jalan raya. Deskripsi ini tidak berlebihan, karena gambaran realnya memang demikian. Kalau contoh kecilnya saja demikian, bagaimana contoh besarnya? Mata serta telinga masyarakat tidak bisa ditutup-tutupi. Banyak kecelakaan bus, kereta api dan bahkan pesawat udara yang terjadi belakangan ini dengan berbagai sebab. Apakah itu karena masalah teknis atau human error. Kalau sudah begini, kita harus kembali kepada sistem. Salah satu komentar para pejabat yang sering berkunjung ke luar negeri atau negara-negara maju adalah negara itu memiliki sistem transportasi yang hebat. Entah mengapa, ide itu tidak dicoba diterapkan di negeri ini. Kalau hal itu ditanyakan, ada saja alasannya. Entah itu SDM atau dana yang menjadi penghambat. Kalau sudah begini, karena tidak ada kemauan kuat untuk itu, sampai kapan pun sistem transportasi kita akan selalu amburadul. Masayarakat akan cenderung memilih memiliki kendaraan pribadi ketimbang memanfaatkan sarana transportasi umum. Karena apa pun modanya, terutama untuk angkutan darat, tidak mampu memberikan rasa nyaman serta aman. Kalau sudah begitu, jalan-jalan kita akan semakin padat dengan kendaraan dan krisis BBM pun akan selalu terulang dan terus membayangi. Selain itu, proses kepemilikan kendaraan pun sekarang relatif mudah. Para produsen serta pengusaha dengan berbagai cara berusaha mengikat konsumen. Mulai dari sistem kredit sampai iming-iming hadiah. Konsumen terpikat, tak pelak kondisi di jalan raya pun tambah ketat. Ada solusi lama tetapi baru yang selalu dikemukakan yakni tentang pajak progresif bagi para pemilik kendaraan bermotor. Dengan sistem itu, masyarakat yang ''hobi'' membeli kendaraan tidak akan menjadikan garasi atau rumahnya sebagai showroom mobil. Atau, bagi yang tidak punya garasi tidak akan menggunakan jalan sebagai tempat parkir menginap kendaraannya. Adilkah itu? Tergantung dari mana kita melihatnya. Tatapi kebanyakan dan secara jujur kita harus mengatakan, pemerintah harus membangun sebuah sistem yang melahirkan moda transportasi yang ideal untuk ukuran sederhana: aman dan nyaman. Kalau ingin lebih ideal lagi tentunya harus ditambah, modern dan murah. *************************************************************************** Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org *************************************************************************** __________________________________________________________________________ Mohon Perhatian: 1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik) 2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari. 3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED] 5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED] 6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/