Untuk kasus di Indonesia:
Sayangnya mayoritas para Ayah Indonesia masih disibukkan memenuhi kewajiban
memberi nafkah keluarganya dan bahkan masih perlu dibantu para Ibu
Indonesia
sehingga masalah pendidikan nyaris 100% mengandalkan pihak ketiga seperti
baby sister atau guru pada pendidikan formal sedangkan para guru sendiri
harus
mengajar double untuk memenuhi kebutuhan keluarganya..tidak ada kesempatan
untuk meningkatkan kualitas diri. Pergi masih gelap pulang sudah gelap..
Waktu luang yang ada hanya sempat dimanfaatkan untuk melepaskan kelelahan
fisik
dan sedikit kelelahan psikologis..

Mungkin hanya sebagian kecil yang mampu berleha-leha di lapangan golf,
tenis
dan lain-lain..

Sistematis..
________________________________________________________________________

Message: 12        
   Date: Thu, 6 Jan 2005 08:39:56 +0700
   From: "BUD'S" <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Fw: [pengajian_sumitomo] Wahai Ayah kembalilah ke rumah !

Message
WHERE HAVE ALL THE FATHERS GONE?

Bill Cosby memang berharga. Ketika beberapa tahun silam,  anaknya Bill
Cosby Jr diterjang peluru, hampir sebagian warga dunia berguncang. Seorang
ayah 'ideal' kehilangan anaknya. Puluhan pertanyaan berhamburan dibalik
kejadian itu. Orang-orang tidak membayangkan Bill Cosby Jr punya masalah
dengan bandit-bandit pengedar obat terlarang. Bukankah Bill Cosby seorang
ayah ideal, humoris, sabar, pengertian, enak dan perlu.

Tidaklah berlebihan, kalau Alvin F. PoussaintM.D, seorang Asisten Profesor
dari Harvard MedicalSchool, membutuhkan 10 halaman untuk menjelaskan
kehebatan sang tokoh. Namun ada satu pertanyaan inti yang tidak mampu
dijawab secara transparan oleh Bill yaitu, "Where has Bill gone?"

Kemanakah Bill pergi selama ini. Apakah yang ia lakukan sepanjang hari
dengan anaknya. Kenapa, Bill tidak mengetahui sedikitpun tentang sepak
terjang anaknya?

Malam, ketika tulisan ini sedang dirampungkan, telpon rumah saya
berdering. Interlokal dari kampung saya disebuah dusun pedalaman Sumatra.
Suara gagap dan ragu-ragu kakak perempuan saya mengabarkan, dua orang
keponakan kami masuk penjara. Satu orang tertangkap sebagai pengedar
Narkoba dan satu lagi sebagai pemakai Narkoba kronis. Sama seperti Bill
Cosby, tiba-tiba puluhan pertanyaan menyergap dan mengepung ruang dalam
otak kanan saya. Semua pertanyaan itu berputar-putar dan akhirnya berpilin
pada sebuah pertanyaan,

"Where has their father gone ?"

Kemanakah ayah mereka pergi selama ini ?

Sehari sebelum saya terima kabar dari kampung, dalam sebuah dialog antara
pemerhati pecandu Narkoba, seorang ibu bercerita. Katanya, tak ada
kesakitan yang lebih mencekam ketimbang cengkraman Narkoba pada anaknya.
Dengan menahan tangis dan sedikit dendam, ia mengatakan anaknya adalah
korban dari hilangnya lelaki dewasa (ayah) dalam putaran kehidupan rumah
tangganya.

"Where has the father gone ?"

Dimana sih ayah-ayah mereka?

Anak-anak yang ditakdirkan menjadi pelaku sejarah diatas hanyalah sebagian
kecil di antara berjuta anak yang sebenarnya tidak membutuhkan konseling
psikologi.

Apa yang mereka butuhkan namun seringkali tidak mereka miliki- adalah ayah
yang peduli padanya dan punya waktu untuk bersama. Anak-anak itu tidak
butuh tenaga psikiater tapi dia butuh seseorang yang bisa dipercaya. Lalu
dimanakah ayah-ayah mereka? Ada dua jawaban.

Pertama, ayah yang ada tapi suka membolos.Tipe ini kita temukan
dimana-mana. Di lapangan golf, tenis, bulu tangkis, kantor dan tempat
lainnya.

Ada ayah yang dinas luar (tugas kantor atau dakwah) ke daerah-daerah
hampir setiap bulan.

Ada ayah yang bekerja, berangkat sesudah subuh dan pulang larut malam.
Ada juga ayah yang nongkrong, tidur-tiduran ditempat tertentu hanya untuk
melegitimasi bahwa ia sibuk sepanjang hari. Sehingga seolah-olah hanya ada
waktu sisa buat anak-anaknya.

Kesimpulannya, ayah-ayah ini ada di mana-mana, tapi mereka sering membolos
dari waktu bersama anaknya. Mereka (ayah-ayah ini) sulit ditemukan di
rapat-rapat POMG (Persatuan Orang Tua Murid dan Guru), karena ada
peninggalan purba yang menyatakan bahwa urusan sekolah adalah hak mutlak
sang ibu semata .

Kita jarang menemukan ayah di tempat praktek dokter menggendong anaknya
yang sakit.
Kita juga tidak melihatnya di kantor kepolisian mengurus anaknya yang
melakukan tindakan kriminal.Ayah-ayah ini apabila ditanyakan pada mereka:
apakah yang penting dalam hidupmu ? Biasanya mereka menjawab:keluarga dan
anak-anak. Naifnya, jawaban ini sering tidak tercermin dalam kehidupan
sehari-hari, khususnya bagaimana mereka mengatur waktu dan tenaga mereka
sehari-hari antara pekerjaan dan anak. Simaklah dialog berikut ini:

Sang Anak : "Ayah, Yah main bola yuk!"

Sang Ayah : "O, ya. Ayah baca koran dulu!"

             "O, ya. Ayah nonton berita dulu !"

             "O, ya. Ayah janji main bola hari Sabtu!"

             "O, ya. Ayah ada acara nih"

             "O, ya. Ayah lagi cape ? "

             "O, ya. Ayah lagi banyak kerjaan"

             "O, ya. Ayah mau tapi ? "

Mungkin ayah seperti inilah yang dimaksudkan oleh hasil need assesment
dari Lembaga Demografi salah satu universitas negeri di Jakarta. Jajak
pendapat itu menerangkan empat ciri menonjol ayah tipe Pertama ini. Cepat
marah, jarang ada waktu ngobrol dengan anak, ditakuti anak dan selalu
menakar seluruh pekerjaan dengan uang.

Kedua, ayah yang ada (fisik) dan rajin tapi tidak tahu harus berbuat apa.
Kita menemukan ayah-ayah ini sering berada di rumah. Mereka mengerjakan
banyak hal, tapi tidak terlalu mengerti apa yang dikerjakannya. Sebuah
gelombang rutinitas menjebak dan membawanya berputar-putar ke dalam
pekerjaan yang memiliki kualitas rendah.

Anak-anak menjumpai tokoh ini sepanjang waktu di rumah, namun sayangnya
lambat laun sang tokoh menjadi tidak berarti dalam kehidupan mereka. Tidak
ada lagi kejutan-kejutan psikologis yang biasa ditunggu-tunggu anak dari
seorang ayah yang normal. Ritme komunikasi berjalan tanpa greget dan
hambar.

Sebagian besar korban Narkoba dan pelecehan seksual di kalangan remaja
memiliki ayah tipe kedua ini.

Bukan Superman tapi Superstar. Benar, ayah bukanlah superman, tapi ia
adalah superstar.
Ia bintang di tengah keluarga. Ia pembawa dan penentu model sekaligus agen
sosial. Lewat aksi panggungnya yang memikat, ia menggemuruhkan keceriaan
keluarga. Tapi, sebagai seorang bintang, ia tidak lahir dengan sendirinya.
Ia membutuhkan dukungan.

Norma Tarazi dalam bukunya The Child in Islam menerangkan ini dengan baik.
Katanya, peran ayah dalam Islam itu digambarkan dengan jelas. Bahkan lebih
jelas dari peran ibu (seperti digambarkan peran Ayah dalam diri
Rasul-rasul Allah dan Luqman as) karena bagi lelaki peran ayah bukanlah
peran instingtif.

Peran ini lebih membutuhkan bimbingan sosial dari pada wanita dengan
perannya sebagai ibu. Sebelum dukungan datang dari luar, maka sang ayah
harus mencari dukungan dari dirinya sendiri. Mereka haruslah secara
kontinyu merangsang dialog dengan hati nurani secara intens dan apresiatif.

Dialog-dialog ini harus mampu meyakinkan bahwa ia tidaklah satu-satunya
ayah yang sedang belajar menjadi superstar. Bahwa anak-anak membutuhkan
cinta, dukungan, dorongan dan perlindungannya. Bahwa melalui anak-anak
para orang tua diajarkan makna hidup, cinta, kesucian, kesabaran dan
sebagainya. Bahwa anak-anak melihat dunia luar dengan perantara jendela
sang superstar.

Dukungan dalam diri tidak akan berarti tanpa tekun dan sabar berlatih.
Sampai suatu saat hilangnya kekakuan dalam berhadapan dengan anak-anak.
Muncullah ayah yang dengan ikhlas membantu anaknya mengerjakan PR,
memandikan anak, mencuci baju dan belanja. Ayah yang membacakan buku
cerita untuk anaknya, mengantar anak les komputer. Ayah-ayah inilah yang
akan membuat dunia  ini berputar dan menjawab pertanyaan .

"Where have all the fathers gone ?" dengan "Here I am. Now and forever!"







[Non-text portions of this message have been removed]

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Help save the life of a child.  Support St. Jude Children's Research Hospital's
'Thanks & Giving.'
http://us.click.yahoo.com/mGEjbB/5WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.uni.cc
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Forum IT PPI-India: http://www.ppiindia.shyper.com/itforum/
5. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
6. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
7. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke