> 6 Tahun di Rumah Syaikh Albani
> Penulis: Abu Abdurrahman Muhammad Al Khatib
> 
> Pada hari ini sabtu 2 oktober 1999 ribuan bahkan jutaan orang menangis,
> mereka menangis karena mendengar sebuah berita duka, yang merupakan
> musibah besar dengan wafatnya seorang Imam besar. 
> 
>   _____  
> 
> Berita duka ini sampai kepadaku seusai shalat ashar hari ini dari istri
> beliau rahimahullah. Dengan serta merta aku menuju rumah sakit tempat
> beliau dirawat. Disana aku jumpai istri dan putra beliau Abdul Lathif yang
> menemani beliau selama masa perawatan. Setelah masuk kamar tiba-tiba
> kusaksikan dihadapanku jasad Syaikh rahimahullah yang telah ditutup dengan
> selembar kain, dibaringkan diatas sebuah tempat tidur. Air mataku mengalir
> tidak mampu menahan tangisan atas kepergiannya. Kubuka wajahnya yang
> bercahaya lalu kucium keningnya. Kami mengangkat jasadnya untuk dimuat
> disebuah mobil milik salah seorang teman, lalu membawanya ke rumah duka.
> Ikut bersama kami di mobil jenazah, putra beliau Abdul Lathif. Ia sangat
> sedih dan banyak mengucurkan air mata. Kami menghibur dan menasihatinya
> untuk bersabar. Ia hanya memandang kami sedang kedua matanya meneteskan
> air mata yang banyak. Abdul Lathif menceritakan kondisi ayahnya sehari
> sebelum wafat, ia berkata : “Hingga kemarin dalam kondisi sakitnya yang
> semakin parah ayah masih sempat berkata :”Berikan kitab shahih sunan Abi
> Dawud!!” 
> 
> Aku katakan : “Subhanallah (Maha suci Allah), semoga Allah swt membalas
> kebaikanmu ya Syaikh. Sungguh engkau telah hidup sepanjang usiamu, siang
> dan malam, engkau membela Sunnah Rasul saw hingga akhir hidupmu. Dalam
> kondisi tidak mampu menegakkan punggungmu, aku melihatmu menyuruh putra
> atau cucu-cucumu menulis, tanpa mengenal sakit dan tidak pula mengeluhkan
> kesakitanmu. Semua itu tiada lain kecuali anugerah dan keutamaan dari
> Allah swt yang diberikan kepadamu, maka Dia-lah yang maha pemberi karunia
> dan keutamaan”. 
> 
> Sesampainya kami di rumah Syaikh, di sana kami jumpai beberapa teman yang
> telah mendahului kami dan mulailah para ikhwah berdatangan dari berbagai
> pelosok kota Amman , tempat Syaikh berdomisili selama lebih dari delapan
> belas tahun. 
> 
> Kami bergegas mempersiapkan jenazah Syaikh rahimahullah, memandikan dan
> mengafaninya. Begitu selesai menyiapkan, kami mengeluarkan dan
> meletakkannya di sebuah ruangan besar. Seketika rumah Syaikh rahimahullah
> telah penuh sesak oleh pelayat yang terdiri dari para pecinta dan
> murid-muridnya. Syaikh Abu Malik mengisyaratkan kepada kami agar wajah
> Syaikh tidak ditutup sehingga para pelayat melepaskan kepergiannya. 
> 
> Mereka pun segera mencium kening Syaikh sebagai tanda perpisahan dengannya
> . lalu jenazah Syaikh disiapkan untuk dishalatkan. Para ikhwan yang
> bermusyawarah tentang tempat pemakamannya, aku katakan kepada mereka bahwa
> Syaikh rahimahullah berulang-ulang menyebutkan kehendaknya di depanku,
> beliau ingin dikuburkan dipemakaman yang terletak pada sisi jalan yang
> menuju ke rumahnya agar tetap mendapat ucapan “salam” dari saudara-saudara
> dan pecintanya. Di antara wasiat beliau sebagaimana yang dikatakan oleh
> putranya Abdul Lathif, agar jenazahnya dibawa dari rumahnya ketempat
> pemakaman dengan cara dipikul, setelah para pelayat melepaskan kepergian
> beliau, kami segera keluar dari rumah untuk menshalatkannya. 
> 
> Demikian sang Imam dan tokoh ini kembali kepada Rabbnya Tabaraka wata`ala
> dengan meninggalkan warisan ilmu yang bermanfaat, tergores di sela-sela
> ratusan karya tulisnya yang kemudian Allah mentakdirkannya diterima di
> seantero dunia bahkan sebagiannya telah diterjemahkan ke beragam bahasa di
> dunia ini. 
> 
> Demikian pula beliau telah meninggalkan sejumlah muridnya yang berjalan
> diatas manhaj salaf yang dianutnya selama hidup beliau. Semoga dengan
> pertolongan Allah swt merekapun akan berjalan diatasnya hingga datangnya
> ajal. 
> 
> Aku mengenal beliau rahimahullah semenjak 23 tahun yang lalu. Usiaku pada
> saat itu menginjak empat belas tahun. 
> 
> Sungguh Allah swt telah menganugerahi aku nikmat dan karunia-Nya sejak aku
> mengenal manhaj salaf dan mencintainya. Tidak pernah kutinggalkan setiap
> jalan yang menunjukku kepadanya, kecuali kutempuhnya. Aku berkenalan
> dengan murid-murid syaikh, duduk dan berteman dengan mereka. Aku mulai
> membeli kitab-kitab syaikh dan kitab yang pertama kubeli adalah “shifat
> shalat Nabi saw“. Aku selalu menanti kedatangan Syaikh dari negeri Syam
> sebagaimana biasa untuk menyampaikan kajian-kajian. 
> 
> Pada tahun 1980, Syaikh berhijrah dari negeri Siria ke Amman (Yordania).
> Yang kemudian menjadi tempat domisilinya. Beliau memilih tinggal di
> perkampungan yang sederhana. Ia pernah ditawari sebidang tanah oleh
> seorang kaya yang terletak di sekitar kota Amman , namun tetap ditolaknya
> dan bersikeras untuk tetap tinggal di tengah–tengah kaum muslimin yang
> berekonomi lemah. Kota Amman pun gembira atas kedatangan Syaikh
> sebagaimana para pecintanya. Selama enam tahun telah kulalui bersama
> Syaikh di rumahnya, setiap hari selalu kudapati ilmu sebagaimana aku pun
> telah belajar darinya tentang akhlaq. Maka apakah yang hendak kuceritakan
> ? 
> 
> Syaikh rahimahullah adalah seorang yang penuh kasih sayang dan belas
> kasihan. Sekali waktu pernah beliau katakan padaku: “Hai Muhammad, engkau
> tidak memiliki kendaraan (mobil), sementara putra-putrimu perlu
> beristirahat (bertamasya), maka siapkan hari apa saja yang kamu inginkan,
> kita akan pergi bersama agar kamu bersenang-senang bersama mereka. Dua
> hari kemudian, kami siapkan apa yang diperlukan, lalu keluar bersama
> syaikh dan istrinya ke sebuah tempat tamasya di luar kota Amman . Dan
> beliau membawa makanan serta beraneka buah-buahan sehingga anak-anakku
> sangat gembira. 
> 
> Suatu ketika aku pernah bekerja dan memperbaki pada bagian atap rumah
> Syaikh. Aku mengangkat dan memindahkan sebuah kayu besar, hingga aku
> merasa keberatan dan hampir terjatuh dari atap rumah, kalau saja bukan
> karena karunia Allah swt padaku. 
> 
> Mendengar peristiwa itu, Syaikh segera memuji Allah swt atas keselamatanku
> dan langsung menyungkur bersujud kepada Allah swt mensyukuri-Nya, sedang
> kedua matanya mengucurkan air mata, menangisi kejadian ini. Lalu
> dikeluarkan dari sakunya sebanyak seratus dinar dan diberikannya kepadaku.
> 
> 
> Syaikh رحمه الله adalah seorang yang berperangai wara` yaitu selalu
> menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak bermanfaat dan syubhat. Pernah
> suatu ketika beliau menjadi penengah bagi seorang yang ingin bekerja di
> salah satu perusahaan persero. Selang beberapa hari, orang tersebut
> mengetuk pintu rumah beliau sambil membawa sejumlah buah zaitun dan
> menuturkan kepadaku : “Ini adalah hadiah untuk Syaikh“, pada waktu itu
> Syaikh sedang tidur. 
> 
> Setelah bangun dari tidurnya kusampaikan amanat orang itu. Dengan serta
> merta Syaikh bertutur: “Tidak halal bagi kita untuk memakannya, karena
> telah disabdakan oleh Rasulullah saw” (yang artinya) : 
> 
> “Barang siapa yang menolong seseorang dengan suatu pertolongan, lalu
> diberikan kepadanya hadiah dan diterimanya, berarti dia telah mendatangi
> salah satu pintu riba”.
> 
> Maka kami segera membagi-bagikannya kepada para fuqara`. 
> 
> Kedermawanan Syaikh Al-Albani rahimahullah
> 
> Sering kali aku anjurkan Syaikh untuk membangun masjid, atau memberi
> kepada seorang fakir atau para janda atau seorang peminta-minta, dan tidak
> pernah beliau menolak. Banyak cerita dalam masalah ini di antaranya :
> “Pernah datang kepada beliau seorang penderita sakit yang pengobatannya
> dengan menggunakan suntikan. Ia harus disuntik sebanyak 15 kali dengan
> biaya setiap suntikan 20 dinar. Syaikh menyuruh aku untuk meneliti
> kebenaran dakwaannya. Setelah mengetahui kebenarannya, beliau memberi
> kepadaku biaya yang dibutuhkan lalu kubelikan suntikan tersebut”. 
> 
> Ketika hendak membangun rumahku aku memerlukan dana, maka kudatangi
> beberapa rumah dan mengetuk pintu-pintu mereka (untuk meminta pinjaman,
> pent) namun hasilnya nihil. Aku teringat seorang yang cukup mampu, dia
> dikenal oleh Syaikh. Maka kukatakan kepada istrinya: “ Tolong sampaikan
> kepada Syaikh jika beliau berkenan menjadi perantaraku agar orang itu
> memberiku pinjaman. Keesokan harinya ketika aku sedang duduk dikantorku.
> Syaikh berkata : “Ya Muhammad! engkau menghendaki agar aku menjadi
> penengahmu terhadap si fulan agar dia memberimu pinjaman?”. Aku bertukas :
> “benar”. Lalu kata Syaikh rahimahullah : “Aku lebih utama terhadapmu dari
> pada orang itu, aku berikan kepadamu seberapa yang kamu perlukan”. Aku pun
> menangis lalu kukatakan padanya: “Ya Syaikh kami, semoga Allah swt
> membalas kebaikanmu”. Demi Allah swt tidak pernah terdetik dalam hatiku
> bahwa apa yang kucari akan kudapati dari Syaikh karena aku tidak pernah
> melihat apa yang ada padanya. Ketika dana pinjaman itu diberikan padaku
> beliau berkata: “Yang seribu dinar ini sebagai hadiah untukmu, tidak
> terhitung sebagai pinjaman. Aku pun menangis untuk kedua kalinya, semoga
> Allah swt membalasnya rahimahullah. 
> 
> Kisah yang lain: 
> 
> Belum lama ini ketika beliau berada di rumah sakit, datang seorang wanita
> mengadu padanya tentang terjeratnya dalam cengkraman bunga bank. Karena ia
> mengambil pinjaman dari salah satu bank sebanyak 9000 dinar, dan bunganya
> telah melipatgandakan hutang tersebut. Ia datang kepada Syaikh, untuk
> meminta bantuan agar terlepas darinya. Sebagaimana kebiasaannya, Syaikh
> meminta kepadaku untuk meneliti kasus ini. Setelah diteliti dengan seksama
> kebenarannya, beliau menyetujui untuk meminjamkannya dana sebesar 7000
> dinar. Wanita itu datang bersama putra-putranya. Lalu Syaikh berkata :
> “Yang seribu dinar sebagai hadiah dan yang selebihnya sebagai pinjaman
> yang dibutuhkan”. Alangkah girangnya wanita itu dan anak-anaknya. Mereka
> mendo`akan Syaikh rahimahullah, demikian pula aku ikut mendo`akannya
> “semoga Allah swt membalas kebaikanmu ya Syaikh”. 
> 
> Kemudian Syaikh memandang kami seraya berkata: 
> 
> "Yaa ikwan wallaahi inni atamanna an ashbaha milyuuniiran, hatta
> ukhrijaaluluufa min amstali hadzihi almar'a min kuyuudi arriba" 
> 
> “Demi Allah, wahai saudara-saudaraku, aku berangan-angan menjadi seorang
> “milyuner” hingga dapat melepaskan ribuan muslim yang senasib dengan
> wanita ini dari jeratan riba” . 
> 
> Kelembutan Dan Belas Kasihan Syaikh rahimahullah 
> 
> Pernah suatu ketika istriku hampir melahirkan. Sementara Syaikh selalu
> bertanya tentangnya. Sehari sebelum istriku melahirkan bayinya, tatkala
> aku akan meninggalkan perpustakaan, beliau berkata kepadaku: ”Silahkan
> ambil mobil ummul Fadhl [1] karena mungkin kamu memerlukannya di tengah
> malam. Mobil itu kubawa selama dua hari dan ternyata benar, saat
> melahirkan tiba ditengah malam. Aku keluar dari rumahku, aku tidak tahu
> hendak pergi kemana?? setelah berupaya mencari seorang bidan dan tidak
> kutemukan, terfikir olehku bahwa istri Syaikh rahimahullah memiliki
> pengalaman dalam hal kelahiran. Aku segera menuju ke rumah beliau, sedang
> aku dirundung keragu-raguan karena khawatir akan mengganggu dan
> mengejutkannya di saat-saat seperti ini. Aku mengetuk pintu rumahnya,
> beliaupun menjawabku, lalu kusampaikan kepadanya permohonan maafku yang
> sebesar-besarnya dan memberitahukan keperluanku. Beliau menjawabku sambil
> bercanda : “Mengapa kamu tidak lakukan seperti Syaikhmu? sungguh aku telah
> membantu sendiri istriku ketika melahirkan”. Lalu beliau melanjukkan
> dengan mengucapkan: “sebentar !!! aku akan membangunkan Ummu Fadhl, dia
> akan pergi bersamaku”. Lalu kami pun diberi oleh Allah swt seorang putra
> bernama Abdullah. 
> 
> Mobil Syikh Al-Albani 
> 
> Adapun mobil beliau ibarat sekor unta yang selalu mengantar teman-teman
> kami. Beliau mengangkut mereka dan membawanya dari suatu tempat ke tempat
> yang lain. Beliau katakan padaku : “Ya Muhammad, ayahku rahimahullah
> pernah berkata : 
> 
> likulli syaiin zakaatun, wazakaatus sayaarati : hamlunnaasi biha 
> 
> “setiap sesuatu ada zakatnya, dan zakat mobil adalah mengangkut orang” 
> 
> Mutiara Hikmah Syaikh Al Albani rahimahullah 
> 
> Itmaamul ma'ruf khairun minal bad i bihi
> 
> “Menyempurnakan suatu yang ma`ruf lebih baik dari pada memulainya”. 
> 
> Ini adalah mutiara hikmah yang kami ambil dari beliau, dan alangkah
> indahnya hikmah ini. 
> 
> Syaikh Al-Albani seorang yang selalu memenuhi kebutuhan
> saudara-saudaranya, sehingga seorang merasa cukup dengan sesuatu dari
> bantuan beliau. Syaikh merasa senang dan selalu bertekad untuk
> menyempurnakan bantuannya. Namun orang yang dibantu segera berkata :
> “Menyempurnakan sesuatu yang ma’ruf lebih baik dari memulainya”. 
> 
> Banyak ilmu yang kami dapat dari mutiara hikmah ini dalam bermu`amalah
> dengan saudara-saudara kami. 
> 
> Inilah hal penting yang dapat kusajikan untuk para pembaca dari sela-sela
> kehidupanku bersama beliau selam 6 tahun. Bisa jadi musibah kematian
> Syaikh membuatku lupa akan banyak hal.
> 
> Saya yakin bahwasanya banyak peristiwa dan sikap-sikap Syaikh yang wajib
> kucatat sebagai sebuah catatan bersejarah untuk memenuhi hak-hak Syaikh
> rahimahullah . 
> 
> Semoga Allah swt merahmatimu wahai Syaikh kami, dengan rahmat yang luas. 
> 
> Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji'uun 
> 
> “Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali” 
> 
> [1] Ummul fadhl adalah istri Al-Albani yang keempat. 
> 
> Maraji':
> Majalah al-Ashalah 23 hal: 55-58 
> 
>  


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
DonorsChoose. A simple way to provide underprivileged children resources 
often lacking in public schools. Fund a student project in NYC/NC today!
http://us.click.yahoo.com/5F6XtA/.WnJAA/E2hLAA/BRUplB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

***************************************************************************
Berdikusi dg Santun & Elegan, dg Semangat Persahabatan. Menuju Indonesia yg 
Lebih Baik, in Commonality & Shared Destiny. www.ppi-india.org
***************************************************************************
__________________________________________________________________________
Mohon Perhatian:

1. Harap tdk. memposting/reply yg menyinggung SARA (kecuali sbg otokritik)
2. Pesan yg akan direply harap dihapus, kecuali yg akan dikomentari.
3. Lihat arsip sebelumnya, www.ppi-india.da.ru; 
4. Satu email perhari: [EMAIL PROTECTED]
5. No-email/web only: [EMAIL PROTECTED]
6. kembali menerima email: [EMAIL PROTECTED]
 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/ppiindia/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke