Iseng-iseng buka tempo interaktif dan mengetikkan kata kunci 'Pramuka', saya menemukan beberapa arsip berita tahun 1973-1974, seperti dibawah ini. Semoga mengingatkan kita akan kejayaan Pramuka dan menjadikan motivasi kita tuk semakin giat memandu.
28 APRIL 1973 http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1973/04/28/NAS/mbm.19730428.NAS61900.id.html *Anak-Anak Serba Bisa* ADA banyak perbedaan dalam pelaksanaan jamboree nasional pramuka, yang berlangsung di Cibubur minggu lalu, dengan jamboree-jamboree kepanduan masa silam. Jamboree yang diikuti 11.000 pramuka penggalang dari seluruh Indonesia ditambah peserta-peserta dari negara-negara Australia Taiwan, Singapore, dan Pilipina, lebih menonjolkan segi-segi ketrampilan para remaja. Tentu saja nilai persatuan bangsa tidak dikesampingkan dalam waktu 6 hari itu. Maka setelah ucapan "Bismillah" dari Presiden Suharto sebagai tanda dibukanya jamboree nasional tersebut, maka berpencarlah anak-anak pramuka yang berumur antara 11 sampai 16 tahun menuju ke-kemah disela-sela pohon karet. Kemah-kemah tersebut mengelilingi sebuah danau, Situbaru namanya. Bagi daerah-daerah yang berjauhan letaknya dalam peta telah disatukan dalam unit-unit kemah di Situbaru. Misalnya peserta Irian Jaya yang dibagi dalam beberapa regu, dimana regu-regu tinggal dalam unit yang di dalamnya anak-anak Jakarta maupun dari Sumatra berkumpul. "Ini salah satu tujuan memupuk kesatuan bangsa", kata Suparno dari Humas panitia nasional. Bukan hanya sampai kesitu maksud yang terkandung di balik pendekatan kemah. Pihak pembina bermaksud pula ada. Pihak pembina bermaksud pula agar tidak terlalu jauh jarak antara anak-anak dari daerah dengan rekan-rekannya di kota. Karena itu dalam jamboree ini dalam rangka menghilangkan jarak tersebut sempat pula gas-gas Elpiji didemonstrasikan oleh seorang penggalang putri dari Jakarta. "Masih banyak di antara anak-anak ini yang belum tahu bahwa kita memiliki potensi gas alam yang kurang dimanf aatkan," kata Suparno pula. Ia menambahkan juga, usaha dari pihak telekom yang memberi pelayanan cuma-cLmla buat pengiriman telegram, dan telepon dengan sistim koin. Semua ini dalam rangka memperkenalkan kepada mereka -- tentunya terutama anak-anak dari daerah cara menggunakan hasil teknologi. Suparno berceritera bagaimana seorang anak dari Indonesia, yang pernah turut dalam jamboree diluar negeri, menangis karena seluruh koinnya habis sed,ag telepon tidak nyahut-nyahut. Dan "apa yang mereka lihat disini sedikit banyak bisa dibawa kedaerah," sambung Humas tersebut. Drop-out. Suparno mungkin lupa bahwa baik gas maupun telepon otomatis, hampir hampir tidak dijumpai di daerah-daerah asal peserta, kecuali beberapa kota-kota besar. Tapi para orang tua yang anaknya turut serta, tidak usah gusar bahwa sang anak hanya mendapat pengetahuan sia-sia disamping sudah tambah pengalaman melihat ibukota republik. Dalam jamboree yang diselenggarakan didesa Cibubur 25 km dari Jakarta, anak anak pramuka tadi dididik pula mengenal industriindustri kecil rakyat Pembuatan batu bata dan genteng yang selama ini hanya monopoli rakyat kecil, tak urung diajarkan kepada para pramuka. "ini dalam usaha menanggulangi anak-anak yang tak mampu lagi melanjutkan sekolah (drop-out) karena alasan biaya," ujar Suparno. Maksudnya anak itu nanti tidak jadi penganggur dimasa depan. Disamping itu mereka pun sejak pagi-pagi harus cepat menjatuhkan pilihan jurusan mana sebenarnya yang cocok buat masa depan sang anak. Sehingga jamboree tersebut tidak hanya mengajarkan soal tali-temali maupun pengetahuan-pengetahuan tentang peta, tapi juga menjadi arena dimana pramuka-pramuka penggalang belajar mengecor. pertukangan dan keahlian praktis lainnya. Dan tidak kurang pentingnya mengisi rohani serta memupuk disiplin mereka. Makanya tidak perduli apakah ia itu seorang pembina atau pengurus, seluruhnya harus patuh pada aturan. "Kalau kita sendiri tidak disiplin, apalagi anak-anak belasan tahun itu," demikian Suparno. 25 AGUSTUS 1973 http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1973/08/25/PDK/mbm.19730825.PDK62779.id.html *Pesta karya cinta 1973* SIAPA yang mau dibilang ketinggalan serta dalam pembangunan? Pasti tak ada, idem dito dengan pramuka, yang dulu bernama pandu itu. Merayakan ulangtahunnya yang ke 12, selama tujuh hari sejak tanggal 13 Agustus yang lalu, gerakan praja muda karana itu mengadakan Takanas, singkatan dari Pesta Karya Nasional. Dengan biaya sebesar Rp 19,5 juta, diletakkan harapan agar para pramuka, yang sebagian besar berasal dari desa itu, sepulangnya kelak akan mampu meningkatkan tingkat hidup masyarakat pedesaan - apalagi setiap peserta harus bayar Rp 3 ribu Sebab, dalam pesta yang dihadiri 900 orang pramuka itu, akan ditunjukkan bagaimana pramuka boleh memasukkan partisipasi dalam pembangunan di sektor pertanian.atau di sektor masyarakat desa pada umumnya. Fikiran ini, keras sekali datang dari kenyataan dunia pendidikan sendiri. Pejabat-pejabat di bidang itu sama mengatakan bahwa pendidikan tidak harus hanya melalui pendidikan formil alias sekolah dalam pengertian sehari-hari. Sebab, tak kurang manfaatnya pula adalah pendidikan luar sekolah, dimana anak-anak dapat langsung terjun ke sesuatu bidang yang berguna bagi diri dan masyarakatnya (bahkan pendidikan formilpun dikatakan masih tergantung pada yang tidak formil, karena lingkup yang terakhir ini amat besar pengaruhnya bagi pembinaan watak si anak). Cinta, cinta, cinta. Itu sejalan dengan kegiatan pramuka, yang meliputi pendidikan cinta bahari, cinta dirgantara, cinta bhayangkara, cinta pertanian, dan cinta PMD. Dan cinta terakhir ini men1buat mereka berktlmpul di Situbaru. Cibubur, dekat Bogor itu. Tidak seperti pada Jambore Nasional beberapa bulan yang lalu, peserta kali ini lebih banyak anak desa. Ingat pada keadaan di luar negeri, adalah Dr. Azis Saleh, sekjen Kwarnas Pramuka yang berkata: "Bahwa Indonesialah, negara satu-satunya yang gerakan pramuka-nya dapat menjalar ke desa-desa" -- sekalipun dalam kesempatan jumpa pers sebelum acara Takanas, Azis mengakui bahwa perkem bangan tersebut belwnlah merata ke seluruh Indonesia. Perkara mudah menjalarnya gerakan pramuka ke desa-desa itu, menurut Azis Saleh, yang terpilih sebagai ketua Gerakan Kepanduan se Asia Pasifik, adalah tanda majunya gerakan tersebut. Hal ini - masih cerita Azis Saleh -- pernah dikemukakan oleh Pengurus Kepanduan se Dunia dalam sidang organisasi tersebut di Nairobi, bahwa Indonesia dalam waktu yang relatif singkat telah menunjukkan perkembangan jumlah anggota yang pesat. Kenyataan begini menurut Azis, yang pernah menjabat Menteri Pertanian itu, merupakan salah satu dari tiga keajaiban dalam sejarah perkembangan kepanduan di dunia. Dua keajaiban lain adalah: pertama diciptakannya gerakan kepanduan oleh Lord Baden Powell dan kedua, perkembangan kepanduan di AS yang dalam jangka 50 tahun sudah punya 41 juta anggota. "Tapi", ujar Azis Saleh, "pimpinan pramuka tak silau dengan scgala pujian". Ia menyadari juga bahwa perkembangan yang sudah ada sekarang, pun masih jauh dari cukup -- sehingga ia amat mengharapkan bantuan masyarakat. Antara lain berkenaan kurangnya tenaga pembina. Soalnya, tenaga ini adalah tenaga tak bergaji alias tenaga sukarela. Jadi berkait juga dengan soal biaya, sebab, tentu saja, kalau banyak biaya, tak kurang yang berkenan menjabat pekerjaan itu. Askar tak berguna. Kendati begitu, untunglah ada beberapa jenderal-MPP yang ringan tangan untuk mengasuh para pramuka. Misalnya mayor jcnderal Azis Saleh sendiri sehingga oleh kesibukannya di pramuka, profesi medisnya ditinggalkan. Ada pula nama letjen. Sarbini, yang terakhir dipilih jadi wak,l Ketua DPA. Juga letjen. Suirman, yang jadi ketua Panitia Peringatan llari Pramuka ke 12. Siapa tahu penanganan dan dorongan para "askar tak berguna" seperti dikatakan Sudirman -- itu akan merupakan bibit mental bagi perkembangan pramuka seterusnya. Seperti juga bibit ikan yang ditabur pada upacara Takanas 1973 itu - pada jambore yang akan datang sudah akan jadi besar dan para peserta akan tinggal melemparkan pancingnya saja. Dan perlombaan memancing, memang jadi salah satu mata acara dalam pesta itu. Di samping itu ada kontes perencanaan, pembuatan dan peragaan pakaian kerja petani, perlombaan membajak sawah dengan traktor kecil, penyuntikan ayam dan lain macam pameran di bidang pertaniam Jelas, pramuka memang punya andil dalam soal-soal pertanian. Lihat saja yang diker,akan pramuka transmigran di desa-desa yang baru mereka buka di Lampung (TEMPO, 7 April). 29 SEPTEMBER 1973 http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1973/09/29/NAS/mbm.19730929.NAS63015.id.html *Tabungan Lebih Baik ?* ADA lagi. "Banyak pemuda yang drop out, karena tak punya uang untuk membiayai sekolahnya". Ini betul, tapi pada adatnya, soal gugur sekolah ini tergantung pada kemampuan orangtua. Tapi para penggalak tabungan, melihat jauh dari itu. Setelah ucapan Sudardi SH, Dirjen Olahraga & Pemuda P & K di atas, ada pula seorang pelajar dari SMP Cikini yang mengatakan begini: "Bagi kami, perlunya menabung itu adalah untuk bekal masa datang bila orangtua sudah tak dapat lagi membiayai sekolah". Objek sekarang. Maka memasuki tahun ketiga gerakan Tabungan Pembangunan Nasional diadakan upacara penyerahan sarana kampanye Tabanas dengan diawali penyerahan dari J.Sereh, Direktur Bank Indonesia kepada Drs. T. Umar Ali, Sekjen P & K. Ini dengan maksud agar pelajar di seluruh Indonesia turut ambil bagian menghimpun dana bagi pembangunan, tentunya. Pada hari yang sama, 12 September itu juga, Gubernur Bank Indonesia Drs Rachmat Saleh, berkenan pula menyerahkan sebuah bungkusan kecil kepada Wakil Presiden sebagai simbol dimulainya kampanya serupa buat pramuka. Kampanyepun dimulailah. Masalah "pentingnya menabung" demikian problim yang disimpulkan Sereh - di kalangan pelajar, oleh T.Umar Ali ditanggapi dengan: "Kesadaran dan kebiasaan ini akan bisa tertanam secara meyakinkan apabila telah dimulai sejak muda usia". Fihak Bank Indonesia kini agaknya sengaja menyorot masa pelajar, pemuda dan pramuka, setelah ia berhasil mengumpulkan 2,7 penabung dengan dana yang terhimpun meliputi Rp 30 milyar. Dan untuk objek sekarang ini, mengutip Sereh pula, "tidak melihat segi komersil, tapi segi edukatifnya". Ke desa-desa. Sementara itu di kalangan pramuka, seperti dikatakan dr. Azis Saleh, Sekjen-nya, "Sekarang sedang digodok bahan-bahan, berupa saran-saran untuk BI daim usaha meningkatkan pengertian akan kesadaran dan kebiasaan menabung. "Cuma masih ada soal, yakni risiko nilai uang makin turun. Namun menurut Letjen. Sarbini, seorang tokoh pramuka: "Kan lebih baik ada tabungan daripada tak punya tabungan". Dan pramuka akan mengusahakan agar tabungan itu dikumpulkan pada gugus depan setempat, kemudian baru dimasukkan dalam buku Tabanas di bank kota kabupaten. Dari itu kampanye akan dilakukan dengan bertahap. Setelah pramuka DKI ini, menyusul pramuka Medan, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Ujungpandang dan Banjarmasin. Baru pada tahap berikutnya mencapai kata-kata propinsi lain dan seluruh ibukota kabupaten terus sampai ke desa-desa. Dan kembali ke SMP Cikini, untuk kalangan pelajar, seperti kata pelajarnya tadi: "Hasrat menabung cukup besar". Dan malah dikatakan, adanya tabungan merupakan syarat: untuk bisa masuk ke sekolah itu. 8 JUNI 1974 http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1974/06/08/NAS/mbm.19740608.NAS64690.id.html *Kaleng & Service* SEJARAH kaleng rupanya akan segera berakhir di lingkungan kepramukaan Indonesia. Artinya cara-cara mengumpulkan derma dengan jalan menyodor-nyodorkan kaleng sumbangan, baik untuk keperluan pramuka sendiri maupun untuk biaya kegiatan sosial lainnya -- seperti Palang Merah Indonesia akan diganti dengan sistim pelayanan (service). Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Sri Sultan Hameng kubuwono, menyebut cara demikian misalnya dengan mengadakan pertunjukan-pertunjukan dan kerja sosial -- misalnya membersihkan rumah keluarga-keluarga tertentu. Dari pelayanan demikian diharapkan para pandu itu akan mendapat sekeranjang imbalan berupa uang maupun barang. Inilah yang kemudian akan dikumpulkan sebagai dana bagi kegiatan-kegiatan pramuka. Sri Sultan misalnya mengungkapkan rencana Pendidikan Pembinaan Pramuka, perkemahan Wirakarya dan membantu pemerintah dalam pengelompokan penduduk (resettlement) sebagai usaha gerakan Pramuka yang memerlukan biaya cukup besar. Untuk ketiga jenis itu saja disebutkan perkiraan biaya Rp 400 juta. Itu belum termasuk penggalakan transmigrasi pramuka yang sudah dimulai sejak bulan Oktober 1972 dan peternakan lebah. Hingga kini saja sudah tercatat 204 orang transmigran pramuka di Lampung dan 75 orang yang ada di Kalimantan Tengah. Dan sehubungan dengan pengelompokan penduduk, transmigrasi pramuka ini akan merupakan pelopor-pelopor bagi penduduk pedalaman itu. Satya Lencana Walaupun dari fihak pemerintah juga menyediakan anggaran untuk kegiatan-kegiatan kepanduan, tetapi dengan rencana kegiatan yang tidak sedikit itu, rupanya fihak Gerakan Pramuka tidak ingin menggantungkan diri begitu saja kepada keuangan negara. Dan lebih dari itu, di samping mengumpulkan dana dengan sistim pelayanan --yang akan dimulai 3 Juli nanti -- dalam waktu yang bersamaan akan dimulai di lingkungan mereka sendiri. Berbicara di hadapan pers sesaat sebelum menerima sumbangan sebesar US$ 10.000 dari ketua Yayasan Pramuka Dunia pekan lalu, Sri Sultan menyebut dana yang dipungut dari lingkungan pramuka itu berkisar antara RP 10 sampai RP 100 (bagi pramuka anak-anak) dan Rp 100 hingga RD 1.000 (dewasa) setiap orang. Tetapi lebih dari itu, kegiatan kepramukaan Indonesia telah menarik perhatian kepanduan dunia. William D. Campbell, Ketua Kehormatan Gerakan Pramuka Se-dunia yang juga Ketua Yayasan Pramuka Dunia, di Istana Merdeka Sabtu lalu telah mengangkat Presiden Soeharto sebagai Pelindung Pramuka Sedunia. Pengangkatan ini tentu berdasarkan sumbangan Presiden RI itu yang tidak kecil artinya bagi pembinaan dan bimbingan anak-anak muda Indonesia. Jabatan serupa ini juga telah dipercayakan kepada Paus Paulus dari Vatikan, Shahinshah dari Iran dan Kaisar Heille Selassie dari Etiopia. Demikian pula pada hari yang sama, Sri Sultan Hamengkubuwono selaku Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka juga telah meerima Bronze Wolf Award, tanda penghargaan tertinggi dari kepanduan dunia bagi mereka yang telah berhasil membina kepramukaan. Sebaliknya, sehari sebelum itu, sebagai Wakil Presiden II, Sri Sultan juga telah menyampaikan bintang Satya Lencana Kehudayaan bagi William Campbell dan Dr. Lasszlo Nagy, Sekjen Gerakan Pramuka Sedunia. 10 Juta Agaknya perhatian organisasi kepanduan dunia terhadap pramuka Indonesia, terutama karena anak-anak muda di sini tidak hanya disibuki oleh baris-berbaris atau sekedar berkemah-kemah. Dari berbagai Wirakarya ternyata pramuka Indonesia telah menunjukkan hasil langsung yang dapat dirasakan masyarakat. Lebih penting dari ini, melalui transmigrasi pramuka, umpamanya, kepanduan kita tidak hanya mengikut-sertakan murid-murid sekolah, tetapi juga mereka yang putus sekolah. Menurut Dr. ziz Saleh dari Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, karena itulah sejak akhir tahun lalu atas anjuran Presiden Soeharto struktur kepramukaan dirubah. Yaitu, Gugus Depan yang dulu hanya terdiri dari pramuka-pramuka dari sesuatu sekolah, dirubah menjadi Gugus Depan yang berpangkal di sekolah. Dengan perubahan ini memungkinkan mereka yang tidak bersekolah lagi tetapi berada di lingkungan sebuah sekolah dapat bergabung dalam kesatuan pramuka sekolah tadi. Tak kalah menarik dari itu, Indonesia ternyata mempunyai pramuka terbesar dibanding 107 buah negara dunia yang mempunyai gerakan kepanduan. Berdasarkan perhitungan menurut Aziz Saleh, pramuka Indonesia beranggota 10 juta orang, walaupun ketika diadakan semacam sensus kepramukaan hanya 1/3 yang mengembalikan formulir. Dari jumlah itu diketahui bahwa hanya sekitar 1,6 juta yang terdiri dari pramuka putera sementara selebihnya pramuka puteri. Tetapi dari semua itu, ternyata 75% dari pramuka yang ada hidup di desa-desa, yang agaknya sejalan dengan kegiatan kepanduan kita yang hampir seluruhnya berlangsung di pedalaman. 30 NOVEMBER 1974 http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1974/11/30/PDK/mbm.19741130.PDK65844.id.html *Setelah Pandu Ibuku* JANGAN salah artikan Pramuka singkatan dari Praja Muda Karana', ucap Jenderal Sarbini, Ketua Harian Nasional Gerakan Pramuka dalam acara bertemu dengan wartawan di gedung Departemen Penerangan dua pekan lalu. Pramuka menurut petinggi lembaga kepanduan Indonesia ini berasal dari kata poromuko -- yang ditemukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX -- yang kemudian berubah jadi pramuka. Artinya: orang-orang yang berada di depan. Dulu pernah ramai-ramai sekitar soal pramuka itu sendiri: apakah dia sebagai satu kata kesatuan atau merupakan singkatan: PRAja MUda KArana. Tahun lalu ada seorang pembaca Kompas yang mengingatkan bahwa kata pramuka dalam pengertian gerakan kepanduan tetaplah sebagai singkatan perangkat kata-kata di atas. Tapi untunglah Sarbini dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Ibu Tien Soeharto (selaku Wakil Ketua Kwarnas), menambahkan bahwa apa dan bagaimana asal usul kata pramuka itu sendiri tidaklah penting. Ada Umur Betul juga toh tak ada lagi orang Indonesia yang keseleo menyebut pandu, walaupun dalam lagu kebangsaan Indoesia Raya masih ada kata " . . . Jadi Pandu Ibuku". Yang penting adalah mencatat apa yang hendak dicapai Pramuka lewat Musyawarah Nasional yang akan diadakan dari tanggal 20 hingga 30 Nopember ini. Ada tiga acara pokok bagi pertemuan yang dihadiri sekitar 200 orang ini. Pertama, laporan dan pertanggunganjawab Kwarnas tentang pelaksanaan tugasnya selama empat tahun yang terakhir ini kemudian menyusun garis besar rencana kerja untuk 4 tahun masa bakti berikutnya -- dan ketiga pemilihan pengurus baru. Pokoknya, semualah, yang berhubungan dengan peningkatn missi pramuka yang sudah diberikan masyarakat kepadanya. Patutlah, karena itu dicatat harapan Ibu Tien agar masyarakat turut mendoakan semoga Munas berjalan baik-baik saja adanya, demi kepentingan anak didik -- yang tak lain buat nusa dan bangsa jua. Menyebut anak didik, dalam hubungan kepramukaan memang sepatutnya. Bukankah para ahli pendidikan juga menekankan bahwa pendidikan itu pada hakekatnya bukan hanya yang didapati di bangku sekolah -- tapi lebih-lebih lagi yang didapatkan di luar ruang yang makin sempit itu. Hal ini jelas ditampung baik dalam Anggaran Dasar maupun Anggaran Rumah Tangga Gerakan tersebut. Tujuan Pramuka dikatakan untuk mendidik anak dan pemuda Indonesia, menurut sistim pendidikan kepramukaan untuk menjadi warganegara atau anggota masyarakat yang baik. Ini dibuktikan lewat data statistik Polri bahwa sampai saat ini tidak ada anggota Pramuka yang terlibat dalam urusan kriminil, atau pecandu ganja. Apa yang digalakkan terhadap 9- 10 juta anggotanya -- angka ancer-ancer menurut dr. Azis Saleh, Sekjen Kwarnas angka resmi belum bisa diketahui, sayang -- tak lain dari peningkatan ketrampilan berbagai bidang. Dengan tidak meninggalkan prinsip yang ditinggalkan oleh Baden Powell sebagai Bapak Pandu, Pramuka telah mengembangkan diri sehingga aalam contoh kecil organisasi itu tidak hanya diikuti oleh pemuda dan pelajar, tapi juga lapisan masyarakat yang ada umur. Horison juga tidak terbatas. Suatu Munas akan meminta biaya yang besar. Ini pasti sudah. Tapi untul Munas yang di Menado ini belum dapat dikatakan berapa duitnya. Namun dapat dibuat perhitungan begini: setiap propinsi, minimal terdiri dari 10 orang. Mereka diwajibkan membayar Rp 1500 sehari. Hitung saja bila ada 200 peserta dari 26 porpinsi. Dijelaskan bahwa hasil kampanye yang sudah dihentikan sejak 20 Agustus yang lalu, telah berhasil dikorek dari pengusaha swasta nasional dan pemerintah uang Rp 231 juta. Tentu saja bilangan ini tidak dihabiskan semua untuk keperluan Munas 10 hari ini. Tentang cara-cara penarikan dana, sebetulnya Kongres 1970 sudah sepakat untuk tidak menyetujui cara menyetop kendaraan di jalan raya, sebagaimana yang dilaksanakan PaLang Merah Indonesia dalam rangka "Bulan Dana"nya. Dinilai hal itu tidak cocok dengan harkat pramuka dengan akibat bisa hilangnya simpati masyarakat. "Bukan Bulan Dana", seru Sarbini, "tapi Kampanye Bulan Dana" yakni usaha pemberian penerangan kepada masyarakat. Kaau yang diberi penerangan sudah mengerti lanjutnya, maka mereka diperkirakan akan dengan senang hati menyumbang. Tentu saja pimpinan harian pramuka ini nomor satu menyampaikan harapan itu kepada Menteri Penerangan Mashuri yang memimpin pertemuan itu -- untuk membuka jalan bagi kampanye penerangan untuk dana ini. -- andi [Non-text portions of this message have been removed]