Iseng-iseng buka tempo interaktif dan mengetikkan kata kunci 'Pramuka', saya
menemukan beberapa arsip berita tahun 1973-1974, seperti dibawah ini. Semoga
mengingatkan kita akan kejayaan Pramuka dan menjadikan motivasi kita tuk
semakin giat memandu.



28 APRIL 1973
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1973/04/28/NAS/mbm.19730428.NAS61900.id.html
*Anak-Anak Serba Bisa*
ADA banyak perbedaan dalam pelaksanaan jamboree nasional pramuka, yang
berlangsung di Cibubur minggu lalu, dengan jamboree-jamboree kepanduan masa
silam. Jamboree yang diikuti 11.000 pramuka penggalang dari seluruh
Indonesia ditambah peserta-peserta dari negara-negara Australia Taiwan,
Singapore, dan Pilipina, lebih menonjolkan segi-segi ketrampilan para
remaja.
Tentu saja nilai persatuan bangsa tidak dikesampingkan dalam waktu 6 hari
itu. Maka setelah ucapan "Bismillah" dari Presiden Suharto sebagai tanda
dibukanya jamboree nasional tersebut, maka berpencarlah anak-anak pramuka
yang berumur antara 11 sampai 16 tahun menuju ke-kemah disela-sela pohon
karet. Kemah-kemah tersebut mengelilingi sebuah danau, Situbaru namanya.
Bagi daerah-daerah yang berjauhan letaknya dalam peta telah disatukan dalam
unit-unit kemah di Situbaru. Misalnya peserta Irian Jaya yang dibagi dalam
beberapa regu, dimana regu-regu tinggal dalam unit yang di dalamnya
anak-anak Jakarta maupun dari Sumatra berkumpul. "Ini salah satu tujuan
memupuk kesatuan bangsa", kata Suparno dari Humas panitia nasional.
Bukan hanya sampai kesitu maksud yang terkandung di balik pendekatan kemah.
Pihak pembina bermaksud pula ada. Pihak pembina bermaksud pula agar tidak
terlalu jauh jarak antara anak-anak dari daerah dengan rekan-rekannya di
kota. Karena itu dalam jamboree ini dalam rangka menghilangkan jarak
tersebut sempat pula gas-gas Elpiji didemonstrasikan oleh seorang penggalang
putri dari Jakarta. "Masih banyak di antara anak-anak ini yang belum tahu
bahwa kita memiliki potensi gas alam yang kurang dimanf aatkan," kata
Suparno pula.
Ia menambahkan juga, usaha dari pihak telekom yang memberi pelayanan
cuma-cLmla buat pengiriman telegram, dan telepon dengan sistim koin. Semua
ini dalam rangka memperkenalkan kepada mereka -- tentunya terutama anak-anak
dari daerah cara menggunakan hasil teknologi. Suparno berceritera bagaimana
seorang anak dari Indonesia, yang pernah turut dalam jamboree diluar negeri,
menangis karena seluruh koinnya habis sed,ag telepon tidak nyahut-nyahut.
Dan "apa yang mereka lihat disini sedikit banyak bisa dibawa kedaerah,"
sambung Humas tersebut. Drop-out. Suparno mungkin lupa bahwa baik gas maupun
telepon otomatis, hampir hampir tidak dijumpai di daerah-daerah asal
peserta, kecuali beberapa kota-kota besar. Tapi para orang tua yang anaknya
turut serta, tidak usah gusar bahwa sang anak hanya mendapat pengetahuan
sia-sia disamping sudah tambah pengalaman melihat ibukota republik.
Dalam jamboree yang diselenggarakan didesa Cibubur 25 km dari Jakarta, anak
anak pramuka tadi dididik pula mengenal industriindustri kecil rakyat
Pembuatan batu bata dan genteng yang selama ini hanya monopoli rakyat kecil,
tak urung diajarkan kepada para pramuka. "ini dalam usaha menanggulangi
anak-anak yang tak mampu lagi melanjutkan sekolah (drop-out) karena alasan
biaya," ujar Suparno. Maksudnya anak itu nanti tidak jadi penganggur dimasa
depan.
Disamping itu mereka pun sejak pagi-pagi harus cepat menjatuhkan pilihan
jurusan mana sebenarnya yang cocok buat masa depan sang anak. Sehingga
jamboree tersebut tidak hanya mengajarkan soal tali-temali maupun
pengetahuan-pengetahuan tentang peta, tapi juga menjadi arena dimana
pramuka-pramuka penggalang belajar mengecor. pertukangan dan keahlian
praktis lainnya. Dan tidak kurang pentingnya mengisi rohani serta memupuk
disiplin mereka. Makanya tidak perduli apakah ia itu seorang pembina atau
pengurus, seluruhnya harus patuh pada aturan. "Kalau kita sendiri tidak
disiplin, apalagi anak-anak belasan tahun itu," demikian Suparno.


25 AGUSTUS 1973
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1973/08/25/PDK/mbm.19730825.PDK62779.id.html
*Pesta karya cinta 1973*
SIAPA yang mau dibilang ketinggalan serta dalam pembangunan? Pasti tak ada,
idem dito dengan pramuka, yang dulu bernama pandu itu. Merayakan
ulangtahunnya yang ke 12, selama tujuh hari sejak tanggal 13 Agustus yang
lalu, gerakan praja muda karana itu mengadakan Takanas, singkatan dari Pesta
Karya Nasional. Dengan biaya sebesar Rp 19,5 juta, diletakkan harapan agar
para pramuka, yang sebagian besar berasal dari desa itu, sepulangnya kelak
akan mampu meningkatkan tingkat hidup masyarakat pedesaan - apalagi setiap
peserta harus bayar Rp 3 ribu Sebab, dalam pesta yang dihadiri 900 orang
pramuka itu, akan ditunjukkan bagaimana pramuka boleh memasukkan partisipasi
dalam pembangunan di sektor pertanian.atau di sektor masyarakat desa pada
umumnya.
Fikiran ini, keras sekali datang dari kenyataan dunia pendidikan sendiri.
Pejabat-pejabat di bidang itu sama mengatakan bahwa pendidikan tidak harus
hanya melalui pendidikan formil alias sekolah dalam pengertian sehari-hari.
Sebab, tak kurang manfaatnya pula adalah pendidikan luar sekolah, dimana
anak-anak dapat langsung terjun ke sesuatu bidang yang berguna bagi diri dan
masyarakatnya (bahkan pendidikan formilpun dikatakan masih tergantung pada
yang tidak formil, karena lingkup yang terakhir ini amat besar pengaruhnya
bagi pembinaan watak si anak). Cinta, cinta, cinta. Itu sejalan dengan
kegiatan pramuka, yang meliputi pendidikan cinta bahari, cinta dirgantara,
cinta bhayangkara, cinta pertanian, dan cinta PMD. Dan cinta terakhir ini
men1buat mereka berktlmpul di Situbaru. Cibubur, dekat Bogor itu.
 Tidak seperti pada Jambore Nasional beberapa bulan yang lalu, peserta kali
ini lebih banyak anak desa. Ingat pada keadaan di luar negeri, adalah Dr.
Azis Saleh, sekjen Kwarnas Pramuka yang berkata: "Bahwa Indonesialah, negara
satu-satunya yang gerakan pramuka-nya dapat menjalar ke desa-desa" --
sekalipun dalam kesempatan jumpa pers sebelum acara Takanas, Azis mengakui
bahwa perkem bangan tersebut belwnlah merata ke seluruh Indonesia.
Perkara mudah menjalarnya gerakan pramuka ke desa-desa itu, menurut Azis
Saleh, yang terpilih sebagai ketua Gerakan Kepanduan se Asia Pasifik, adalah
tanda majunya gerakan tersebut. Hal ini - masih cerita Azis Saleh -- pernah
dikemukakan oleh Pengurus Kepanduan se Dunia dalam sidang organisasi
tersebut di Nairobi, bahwa Indonesia dalam waktu yang relatif singkat telah
menunjukkan perkembangan jumlah anggota yang pesat. Kenyataan begini menurut
Azis, yang pernah menjabat Menteri Pertanian itu, merupakan salah satu dari
tiga keajaiban dalam sejarah perkembangan kepanduan di dunia. Dua keajaiban
lain adalah: pertama diciptakannya gerakan kepanduan oleh Lord Baden Powell
dan kedua, perkembangan kepanduan di AS yang dalam jangka 50 tahun sudah
punya 41 juta anggota. "Tapi", ujar Azis Saleh, "pimpinan pramuka tak silau
dengan scgala pujian". Ia menyadari juga bahwa perkembangan yang sudah ada
sekarang, pun masih jauh dari cukup -- sehingga ia amat mengharapkan bantuan
masyarakat. Antara lain berkenaan kurangnya tenaga pembina.
Soalnya, tenaga ini adalah tenaga tak bergaji alias tenaga sukarela. Jadi
berkait juga dengan soal biaya, sebab, tentu saja, kalau banyak biaya, tak
kurang yang berkenan menjabat pekerjaan itu. Askar tak berguna. Kendati
begitu, untunglah ada beberapa jenderal-MPP yang ringan tangan untuk
mengasuh para pramuka. Misalnya mayor jcnderal Azis Saleh sendiri sehingga
oleh kesibukannya di pramuka, profesi medisnya ditinggalkan. Ada pula nama
letjen. Sarbini, yang terakhir dipilih jadi wak,l Ketua DPA. Juga letjen.
Suirman, yang jadi ketua Panitia Peringatan llari Pramuka ke 12.
Siapa tahu penanganan dan dorongan para "askar tak berguna" seperti
dikatakan Sudirman -- itu akan merupakan bibit mental bagi perkembangan
pramuka seterusnya. Seperti juga bibit ikan yang ditabur pada upacara
Takanas 1973 itu - pada jambore yang akan datang sudah akan jadi besar dan
para peserta akan tinggal melemparkan pancingnya saja. Dan perlombaan
memancing, memang jadi salah satu mata acara dalam pesta itu.
Di samping itu ada kontes perencanaan, pembuatan dan peragaan pakaian kerja
petani, perlombaan membajak sawah dengan traktor kecil, penyuntikan ayam dan
lain macam pameran di bidang pertaniam Jelas, pramuka memang punya andil
dalam soal-soal pertanian. Lihat saja yang diker,akan pramuka transmigran di
desa-desa yang baru mereka buka di Lampung (TEMPO, 7 April).


29 SEPTEMBER 1973
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1973/09/29/NAS/mbm.19730929.NAS63015.id.html
*Tabungan Lebih Baik ?*
ADA lagi. "Banyak pemuda yang drop out, karena tak punya uang untuk
membiayai sekolahnya". Ini betul, tapi pada adatnya, soal gugur sekolah ini
tergantung pada kemampuan orangtua. Tapi para penggalak tabungan, melihat
jauh dari itu. Setelah ucapan Sudardi SH, Dirjen Olahraga & Pemuda P & K di
atas, ada pula seorang pelajar dari SMP Cikini yang mengatakan begini: "Bagi
kami, perlunya menabung itu adalah untuk bekal masa datang bila orangtua
sudah tak dapat lagi membiayai sekolah".
Objek sekarang. Maka memasuki tahun ketiga gerakan Tabungan Pembangunan
Nasional diadakan upacara penyerahan sarana kampanye Tabanas dengan diawali
penyerahan dari J.Sereh, Direktur Bank Indonesia kepada Drs. T. Umar Ali,
Sekjen P & K. Ini dengan maksud agar pelajar di seluruh Indonesia turut
ambil bagian menghimpun dana bagi pembangunan, tentunya. Pada hari yang
sama, 12 September itu juga, Gubernur Bank Indonesia Drs Rachmat Saleh,
berkenan pula menyerahkan sebuah bungkusan kecil kepada Wakil Presiden
sebagai simbol dimulainya kampanya serupa buat pramuka. Kampanyepun
dimulailah.
Masalah "pentingnya menabung" demikian problim yang disimpulkan Sereh - di
kalangan pelajar, oleh T.Umar Ali ditanggapi dengan: "Kesadaran dan
kebiasaan ini akan bisa tertanam secara meyakinkan apabila telah dimulai
sejak muda usia". Fihak Bank Indonesia kini agaknya sengaja menyorot masa
pelajar, pemuda dan pramuka, setelah ia berhasil mengumpulkan 2,7 penabung
dengan dana yang terhimpun meliputi Rp 30 milyar. Dan untuk objek sekarang
ini, mengutip Sereh pula, "tidak melihat segi komersil, tapi segi
edukatifnya". Ke desa-desa. Sementara itu di kalangan pramuka, seperti
dikatakan dr. Azis Saleh, Sekjen-nya, "Sekarang sedang digodok bahan-bahan,
berupa saran-saran untuk BI daim usaha meningkatkan pengertian akan
kesadaran dan kebiasaan menabung. "Cuma masih ada soal, yakni risiko nilai
uang makin turun. Namun menurut Letjen. Sarbini, seorang tokoh pramuka: "Kan
lebih baik ada tabungan daripada tak punya tabungan".
Dan pramuka akan mengusahakan agar tabungan itu dikumpulkan pada gugus depan
setempat, kemudian baru dimasukkan dalam buku Tabanas di bank kota
kabupaten. Dari itu kampanye akan dilakukan dengan bertahap. Setelah pramuka
DKI ini, menyusul pramuka Medan, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya,
Ujungpandang dan Banjarmasin. Baru pada tahap berikutnya mencapai kata-kata
propinsi lain dan seluruh ibukota kabupaten terus sampai ke desa-desa.
Dan kembali ke SMP Cikini, untuk kalangan pelajar, seperti kata pelajarnya
tadi: "Hasrat menabung cukup besar". Dan malah dikatakan, adanya tabungan
merupakan syarat: untuk bisa masuk ke sekolah itu.


8 JUNI 1974
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1974/06/08/NAS/mbm.19740608.NAS64690.id.html
*Kaleng & Service*
SEJARAH kaleng rupanya akan segera berakhir di lingkungan kepramukaan
Indonesia. Artinya cara-cara mengumpulkan derma dengan jalan
menyodor-nyodorkan kaleng sumbangan, baik untuk keperluan pramuka sendiri
maupun untuk biaya kegiatan sosial lainnya -- seperti Palang Merah Indonesia
akan diganti dengan sistim pelayanan (service). Ketua Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka, Sri Sultan Hameng kubuwono, menyebut cara demikian misalnya
dengan mengadakan pertunjukan-pertunjukan dan kerja sosial -- misalnya
membersihkan rumah keluarga-keluarga tertentu.
Dari pelayanan demikian diharapkan para pandu itu akan mendapat sekeranjang
imbalan berupa uang maupun barang. Inilah yang kemudian akan dikumpulkan
sebagai dana bagi kegiatan-kegiatan pramuka. Sri Sultan misalnya
mengungkapkan rencana Pendidikan Pembinaan Pramuka, perkemahan Wirakarya dan
membantu pemerintah dalam pengelompokan penduduk (resettlement) sebagai
usaha gerakan Pramuka yang memerlukan biaya cukup besar. Untuk ketiga jenis
itu saja disebutkan perkiraan biaya Rp 400 juta. Itu belum termasuk
penggalakan transmigrasi pramuka yang sudah dimulai sejak bulan Oktober 1972
dan peternakan lebah. Hingga kini saja sudah tercatat 204 orang transmigran
pramuka di Lampung dan 75 orang yang ada di Kalimantan Tengah.
Dan sehubungan dengan pengelompokan penduduk, transmigrasi pramuka ini akan
merupakan pelopor-pelopor bagi penduduk pedalaman itu. Satya Lencana
Walaupun dari fihak pemerintah juga menyediakan anggaran untuk
kegiatan-kegiatan kepanduan, tetapi dengan rencana kegiatan yang tidak
sedikit itu, rupanya fihak Gerakan Pramuka tidak ingin menggantungkan diri
begitu saja kepada keuangan negara.
Dan lebih dari itu, di samping mengumpulkan dana dengan sistim pelayanan
--yang akan dimulai 3 Juli nanti -- dalam waktu yang bersamaan akan dimulai
di lingkungan mereka sendiri. Berbicara di hadapan pers sesaat sebelum
menerima sumbangan sebesar US$ 10.000 dari ketua Yayasan Pramuka Dunia pekan
lalu, Sri Sultan menyebut dana yang dipungut dari lingkungan pramuka itu
berkisar antara RP 10 sampai RP 100 (bagi pramuka anak-anak) dan Rp 100
hingga RD 1.000 (dewasa) setiap orang. Tetapi lebih dari itu, kegiatan
kepramukaan Indonesia telah menarik perhatian kepanduan dunia. William D.
Campbell, Ketua Kehormatan Gerakan Pramuka Se-dunia yang juga Ketua Yayasan
Pramuka Dunia, di Istana Merdeka Sabtu lalu telah mengangkat Presiden
Soeharto sebagai Pelindung Pramuka Sedunia. Pengangkatan ini tentu
berdasarkan sumbangan Presiden RI itu yang tidak kecil artinya bagi
pembinaan dan bimbingan anak-anak muda Indonesia. Jabatan serupa ini juga
telah dipercayakan kepada Paus Paulus dari Vatikan, Shahinshah dari Iran dan
Kaisar Heille Selassie dari Etiopia.
Demikian pula pada hari yang sama, Sri Sultan Hamengkubuwono selaku Ketua
Kwartir Nasional Gerakan Pramuka juga telah meerima Bronze Wolf Award, tanda
penghargaan tertinggi dari kepanduan dunia bagi mereka yang telah berhasil
membina kepramukaan. Sebaliknya, sehari sebelum itu, sebagai Wakil Presiden
II, Sri Sultan juga telah menyampaikan bintang Satya Lencana Kehudayaan bagi
William Campbell dan Dr. Lasszlo Nagy, Sekjen Gerakan Pramuka Sedunia. 10
Juta Agaknya perhatian organisasi kepanduan dunia terhadap pramuka
Indonesia, terutama karena anak-anak muda di sini tidak hanya disibuki oleh
baris-berbaris atau sekedar berkemah-kemah. Dari berbagai Wirakarya ternyata
pramuka Indonesia telah menunjukkan hasil langsung yang dapat dirasakan
masyarakat.
Lebih penting dari ini, melalui transmigrasi pramuka, umpamanya, kepanduan
kita tidak hanya mengikut-sertakan murid-murid sekolah, tetapi juga mereka
yang putus sekolah. Menurut Dr. ziz Saleh dari Kwartir Nasional Gerakan
Pramuka, karena itulah sejak akhir tahun lalu atas anjuran Presiden Soeharto
struktur kepramukaan dirubah. Yaitu, Gugus Depan yang dulu hanya terdiri
dari pramuka-pramuka dari sesuatu sekolah, dirubah menjadi Gugus Depan yang
berpangkal di sekolah. Dengan perubahan ini memungkinkan mereka yang tidak
bersekolah lagi tetapi berada di lingkungan sebuah sekolah dapat bergabung
dalam kesatuan pramuka sekolah tadi.
Tak kalah menarik dari itu, Indonesia ternyata mempunyai pramuka terbesar
dibanding 107 buah negara dunia yang mempunyai gerakan kepanduan.
Berdasarkan perhitungan menurut Aziz Saleh, pramuka Indonesia beranggota 10
juta orang, walaupun ketika diadakan semacam sensus kepramukaan hanya 1/3
yang mengembalikan formulir. Dari jumlah itu diketahui bahwa hanya sekitar
1,6 juta yang terdiri dari pramuka putera sementara selebihnya pramuka
puteri. Tetapi dari semua itu, ternyata 75% dari pramuka yang ada hidup di
desa-desa, yang agaknya sejalan dengan kegiatan kepanduan kita yang hampir
seluruhnya berlangsung di pedalaman.



30 NOVEMBER 1974
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1974/11/30/PDK/mbm.19741130.PDK65844.id.html
*Setelah Pandu Ibuku*
JANGAN salah artikan Pramuka singkatan dari Praja Muda Karana', ucap
Jenderal Sarbini, Ketua Harian Nasional Gerakan Pramuka dalam acara bertemu
dengan wartawan di gedung Departemen Penerangan dua pekan lalu. Pramuka
menurut petinggi lembaga kepanduan Indonesia ini berasal dari kata poromuko
-- yang ditemukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX -- yang kemudian berubah
jadi pramuka. Artinya: orang-orang yang berada di depan.
Dulu pernah ramai-ramai sekitar soal pramuka itu sendiri: apakah dia sebagai
satu kata kesatuan atau merupakan singkatan: PRAja MUda KArana. Tahun lalu
ada seorang pembaca Kompas yang mengingatkan bahwa kata pramuka dalam
pengertian gerakan kepanduan tetaplah sebagai singkatan perangkat kata-kata
di atas. Tapi untunglah Sarbini dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Ibu
Tien Soeharto (selaku Wakil Ketua Kwarnas), menambahkan bahwa apa dan
bagaimana asal usul kata pramuka itu sendiri tidaklah penting. Ada Umur
Betul juga toh tak ada lagi orang Indonesia yang keseleo menyebut pandu,
walaupun dalam lagu kebangsaan Indoesia Raya masih ada kata " . . . Jadi
Pandu Ibuku".
Yang penting adalah mencatat apa yang hendak dicapai Pramuka lewat
Musyawarah Nasional yang akan diadakan dari tanggal 20 hingga 30 Nopember
ini. Ada tiga acara pokok bagi pertemuan yang dihadiri sekitar 200 orang
ini. Pertama, laporan dan pertanggunganjawab Kwarnas tentang pelaksanaan
tugasnya selama empat tahun yang terakhir ini kemudian menyusun garis besar
rencana kerja untuk 4 tahun masa bakti berikutnya -- dan ketiga pemilihan
pengurus baru. Pokoknya, semualah, yang berhubungan dengan peningkatn missi
pramuka yang sudah diberikan masyarakat kepadanya.
Patutlah, karena itu dicatat harapan Ibu Tien agar masyarakat turut
mendoakan semoga Munas berjalan baik-baik saja adanya, demi kepentingan anak
didik -- yang tak lain buat nusa dan bangsa jua. Menyebut anak didik, dalam
hubungan kepramukaan memang sepatutnya. Bukankah para ahli pendidikan juga
menekankan bahwa pendidikan itu pada hakekatnya bukan hanya yang didapati di
bangku sekolah -- tapi lebih-lebih lagi yang didapatkan di luar ruang yang
makin sempit itu.
Hal ini jelas ditampung baik dalam Anggaran Dasar maupun Anggaran Rumah
Tangga Gerakan tersebut. Tujuan Pramuka dikatakan untuk mendidik anak dan
pemuda Indonesia, menurut sistim pendidikan kepramukaan untuk menjadi
warganegara atau anggota masyarakat yang baik. Ini dibuktikan lewat data
statistik Polri bahwa sampai saat ini tidak ada anggota Pramuka yang
terlibat dalam urusan kriminil, atau pecandu ganja.
Apa yang digalakkan terhadap 9- 10 juta anggotanya -- angka ancer-ancer
menurut dr. Azis Saleh, Sekjen Kwarnas angka resmi belum bisa diketahui,
sayang -- tak lain dari peningkatan ketrampilan berbagai bidang. Dengan
tidak meninggalkan prinsip yang ditinggalkan oleh Baden Powell sebagai Bapak
Pandu, Pramuka telah mengembangkan diri sehingga aalam contoh kecil
organisasi itu tidak hanya diikuti oleh pemuda dan pelajar, tapi juga
lapisan masyarakat yang ada umur.
Horison juga tidak terbatas. Suatu Munas akan meminta biaya yang besar. Ini
pasti sudah. Tapi untul Munas yang di Menado ini belum dapat dikatakan
berapa duitnya. Namun dapat dibuat perhitungan begini: setiap propinsi,
minimal terdiri dari 10 orang. Mereka diwajibkan membayar Rp 1500 sehari.
Hitung saja bila ada 200 peserta dari 26 porpinsi. Dijelaskan bahwa hasil
kampanye yang sudah dihentikan sejak 20 Agustus yang lalu, telah berhasil
dikorek dari pengusaha swasta nasional dan pemerintah uang Rp 231 juta.
Tentu saja bilangan ini tidak dihabiskan semua untuk keperluan Munas 10 hari
ini.
Tentang cara-cara penarikan dana, sebetulnya Kongres 1970 sudah sepakat
untuk tidak menyetujui cara menyetop kendaraan di jalan raya, sebagaimana
yang dilaksanakan PaLang Merah Indonesia dalam rangka "Bulan Dana"nya.
Dinilai hal itu tidak cocok dengan harkat pramuka dengan akibat bisa
hilangnya simpati masyarakat. "Bukan Bulan Dana", seru Sarbini, "tapi
Kampanye Bulan Dana" yakni usaha pemberian penerangan kepada masyarakat.
Kaau yang diberi penerangan sudah mengerti lanjutnya, maka mereka
diperkirakan akan dengan senang hati menyumbang. Tentu saja pimpinan harian
pramuka ini nomor satu menyampaikan harapan itu kepada Menteri Penerangan
Mashuri yang memimpin pertemuan itu -- untuk membuka jalan bagi kampanye
penerangan untuk dana ini.




-- 
andi


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke