Natal dan Perdamaian

Kristen yang pada mulanya hanya dianut oleh segelintir
manusia, kini telah menjadi agama raksasa terbesar
dunia. Pertanyaannya, apakah ajaran cinta kasih Yesus
sudah dilaksanakan secara penuh?



Publik agama maklum bahwa 25 Desember adalah tanggal
bersejarah. Walau tidak bisa dipastikan secara persis,
sebagian besar orang kristen mengimani bahwa pada saat
itulah, dua milenia lebih yang lalu, di Betlehem telah
lahir seorang juru selamat dari rahim perawan suci
yang bernama Maria atau Maryam. Bayi itu disebut
Alquran dengan nama Isa Almasih. Dan umat kristiani
kelak menyebutnya sebagai Yesus Kristus. Yang satu
menggunakan bahasa Arab, sedang yang lain memakai
bahasa Romawi. Semua penamaan tersebut sesungguhnya
berada dalam nada dasar yang sama. Yesus atau Isa
adalah tokoh dengan segudang kelebihan. Alquran
mengisahkan, kelahirannya pun demikian istimewa. Tanpa
ayah. Ini juga diakui oleh kalangan kristiani. Berbeda
dengan kelompok Yahudi yang menolak sama sekali
kehadiran Isa dan menuduh Maria (ibundanya) sebagai
pezina, maka Islam justeru menempatkan Isa ke dalam
deretan nabi-nabi agung (ulul azmi) bersama dengan
Ibrahim, Musa, Nuh, dan Muhammad. [QS, Al-Ahqaf: 35].
Ini adalah sebentuk apresiasi dan pengakuan Islam atas
ketokohan Nabi Isa ‘alaihis salam. 
Kehadiran Isa dalam pentas sejarah bak sebatang suluh
atau obor ketika dunia berada dalam gelap dan muram.
Ia berangkat untuk suatu harapan. Ia menuntut
perubahan. Manusia mesti dikembalikan ke dalam hakikat
jati dirinya sebagai makhluk Tuhan yang bermartabat.
Kedurjanaan dan keberingasan harus sirna. Perbudakan
mesti dienyahkan. Tapi, tetap perlu dicatat bahwa
Yesus berjuang dengan senjata cinta, bukan dengan
kekerasan. Karena itu, bagi yang menyangka bahwa agama
adalah balas dendam, bacalah Yesus. Barang siapa yang
berkesimpulan bahwa agama adalah sumber kekerasan,
lihatlah tubuh Yesus. Ia merespons kemungkaran bukan
dengan kemungkaran serupa, melainkan dengan cinta
kasih. Apa hendak dikata, gerakan yang dilakukan oleh
Yesus telah mengantarkan dirinya sebagai martir dalam
usia yang sangat muda. Nafas terakhirnya berembus di
tiang gantungan. Ia disalibkan. Membaca cerita Yesus
seperti membaca tentang kisah pengorbanan jiwa, cerita
tentang pergerakan revolusioner. 
Kini bermilyar orang terutama umat kristiani merayakan
hari kelahiran Yesus dengan penuh suka cita. Pesta
digelar di mana-mana dengan gegap gempita. Pohon natal
menjulang dan lagu Malam Kudus disenandungkan.
Khotbah-khotbahnya turut dibacakan, baik dalam
kesunyian ruang pribadi maupun dalam keramaian
gereja-gereja. Injil dipercakapkan bukan hanya di
hotel-hotel berbintang bahkan juga di sawah ladang,
pedalaman Papua yang tak tertembus. Injil tidak hanya
menjadi bahan permenungan para romo yang sedang
berbaring sendirian, tapi juga menjadi buku babon umat
kristiani secara keseluruhan. Kristen yang pada
mulanya hanya dianut oleh segelintir manusia, kini
telah menjadi agama raksasa terbesar dunia.
Pertanyaannya, apakah ajaran cinta kasih Yesus sudah
dilaksanakan secara penuh? 
Yesus orang Nazaret telah menjadi sejarah. Jasadnya
memang tunggal, tapi cara orang menafsirkannya bisa
beragam. Ia bisa ditafsirkan apa saja oleh setiap
orang bahkan sering dibajak oleh kelompok Kristen
tertentu untuk kepentingan-kepentingan ekonomi,
politik kekuasaan, malah untuk melenyapkan jiwa
sesama. Fakta telah banyak menunjukkan. Gereja Katolik
pernah melakukan inkuisisi terhadap mereka yang
dipandang menyimpang. Pada tahun 1209 M orang-orang
Cathhar atau Albigigensia di sebelah selatan Perancis
dihancurkan karena dianggap melakukan bid’ah. George W
Bush, presiden Amerika Serikat, tidak ragu untuk
membumi-hanguskan Afghanistan dan Irak karena
menganggap itu bagian dari perang Salib. Karen
Amstrong menuturkan bahwa telah lama kaum Protestan
Amerika membenci penganut Katolik Roma. Saya meyakini,
sekiranya Yesus Kristus tahu bahwa ajarannya sering
dijadikan sebagai alat intimidasi dan menyiksa,
pastilah air matanya tetes. Ia akan bersedih
menyaksikan umatnya berkonflik dan melakukan
pembunuhan atas nama tubuh Yesus sendiri. Natal bukan
sekedar ritus, tapi ikhtiar bagi tegaknya kedamaian
dan lenyapnya kekerasan di bumi


__________________________________________________
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Reply via email to