Anna Marcelina Masuk Islam setelah Mendapat Mimpi

Katagori : Journey to Islam
Oleh : Redaksi 02 Jul 2008 - 12:30 am

imageNama saya, Anna Marcelina. Saya anak kelima dari tujuh
bersaudara, iahir dalam keluarga Kristen (Protestan) yang tergolong
fanatik. Semula, mama saya seorang Muslimah, tapi kemudian masuk
Kristen karena desakan ekonomi. Mama lebih mengorbankan akidahnya
ketimbang harus berpisah dengan ayah.

Yang saya ketahui tentang keluarga mama hingga saat ini, mereka masih
mempertahankan agama Islam, hanya mama saja yang tergoda pindah agama
menjadi Kristiani, mengikuti ayah. Setelah ayah meninggal dunia, mama
saya kurang menjalani agamanya yang baru sebagai Kristiani. Suatu
ketika, saya menegur, kenapa mama tak pernah berdo'a dan ikut
kebaktian. Tapi teguran saya itu tak digubris oleh mama. Seiring
perjalanan waktu, saya menikah dengan seorang laki-laki Muslim.

Sebagai istri, saya bertekad untuk tetap mempertahankan iman Kristiani
saya. Dan suami saya pun tetap pada akidah Islamnya. Meski berbeda
akidah, saya tetap menghormati suami, begitu pula suami saya tidak
memaksa saya pindah agama. Saya tahu, dalam Islam, tidak ada paksaan
dalam beragama. Bagiku agamaku, bagimu agamamu. Prinsip itu diikuti
oleh suami saya.

Memang, dulu saya menikah dengan cara Islam. Tapi saya tidak
menjadikan itu sebagai jalan untuk menjadi seorang Musilmah. Selama
mengarungi rumah tangga yang baru seumur jagung, suami saya banyak
membimbing saya dengan kesabaran dan kelembutan. Padahal, jujur saja,
saya sempat berpikir untuk mengkristen dia, termasuk mengkristenkan
saudara ibu saya. Tapi pikiran itu selaiu gagal untuk diwujudkan.

Sebelum menikah, saya adalah seorang aktivis gereja di Bandung. Boleh
dibiiang, saya bukan sekadar penganut Kristen biasa. Saya tergolong
seorang yang militan. Kata teman-teman di gereja, saya punya kharisma.
Entahlah. Yang jelas, saya sering mengajak dan menyampaikan kebenaran
Kristen. Bahkan ketika saya masih kuliah, saya sempat mendirikan
persekutuan do'a dan kebaktian di kampus. Padahal sebelumnya tak
pernah ada kegiatan kerohanian Kristen.

Lebih dari itu, saya bahkan pernah mengkristenkan dua orang Muslim,
yang kebetulan dari golongan yang kurang educated. Tanpa melalui
diskusi atau debat, cukup saya memberi pengertian tentang ajaran kaslh
terhadap sesama. Dengan kata lain, saya menggunakan cara-cara yang
halus dan lebih menggunakan pendekatan yang simpatik. Berbeda dengan
lapisan masyarakat yang educated, mereka harus dihadapi melalui
perdebatan lebih dulu. Alhasil, saya dapat merangkul beberapa Muslim
lainnya.

Dalam dakwah Kristen dikenal istilah "Jadilah penjala ikan". Ikan itu
adalah manusia, dan kitalah yang menjalanya. Ketika sudah menjadikan
diri sebagai penjaia ikan, maka harus ada follow up-nya. Sebagai
penjala ikan, saya belum sampai menggunakan uang atau materi untuk
mengajak mereka yang Muslim. Saya hanya menggunakan pendekatan yang
lebih persuasif.

Lagipula, saya bukanlah seorang misionaris. Saya hanya jadi pengikut
saja. Artinya, saya memang belum menjadi seorang misionaris dalam
pengertian sesungguhnya, yang menyampaikan ajaran Kasih Kristus ke
penjuru dunia, mulai dari kota hingga daerah terpencil. Sejauh itu,
saya hanya menyampaikan firman Allah, dan mengajarkan nyanyian
puji-pujian saja.

Asli, sejak saya lahir, saya tidak pernah mengenal apalagi mencari
tahu tentang Islam. Meskipun mama saya awalnya Muslimah, saya tak
ingin menyentuh hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Itu, mungkin,
karena saya seorang Kristen fanatik.

imageLalu, apa yang membuat saya ingin memeluk Islam? Kedengarannya
sepele, suatu malam saya bermimpi dikelilingi oleh ibu-ibu berbusana
Muslim, mengenakan jilbab putih bersih, dan menggenggam tasbih seraya
melafazkan La Ilaha Illallah. Gemuruh suara itu membuat hati saya
bergetar dan membuat saya terisak-isak. Saat terbangun, saya pun
bertanya-tanya tentang takwil mimpi saya semalam, terutama kalimat La
Ilaha Illallah. Setelah saya mencari tahu, ternyata saya baru
memahami, bahwa kalimat tauhid itu bermakna Tiada Tuhan Selain Allah.

Entah kenapa, saya yang dikenal sebagai seorang Kristiani yang
fanatik, merasa yakin bahwa mimpi itu bukan sembarang mimpi atau bukan
sekadar kembang tidur. Anehnya, saya langsung percaya. Dalam hati
kecil saya, ini seperti petunjuk dan jalan terang bagi saya.

Kalau ditanya, kenapa saya langsung percaya? Karena memang, saya
selalu meyakini setiap mimpi sebagai firasat dan petunjuk dari Yang
Kuasa. Boleh dibiiang, saya punya kelebihan untuk menjadikan mimpi
saya sebagai petunjuk. Sebelumnya, pernah saya bermimpi adik saya
sedang dirawat di sebuah rumah sakit di Jakarta.

Anehnya, mimpi saya itu selalu menjadi kenyataan. Waktunya pun
berlangsung cepat. Malamnya bermimpi, esoknya betul-betul terjadi.
Bahkan jauh sebelumnya, saya pernah bermimpi saudara saya meninggal,
esok harinya benar-benar terjadi. Umumnya, seseorang yang bermimpi
sekitar pukul 2.00 pagi hingga menjelang Subuh, biasanya akan menjadi
kenyataan. Karena pada saat itu, bukan sekedar mimpi, tapi sebuah
firasat yang sangat kuat.

Setelah mimpi yang pertama, kegelisahan saya semakin bertambah ketika
saya mendengar adzan Subuh berkumandang. Saya merasakan keanehan.
Setiap kali saya mendengar adzan Subuh, pasti saya terbangun dan tidur
saya. Padahal, sebelumnya saya selalu bangun agak siang, saat matahari
mulai meninggi.

Untuk kedua kalinya, saya lagi-lagi bermimpi, seseorang berlutut
(bersujud) dengan mengenakan sorban putih. Kemudian orang itu berdo'a,
"Semoga kamu meraih kebahagiaan di dunia yang sekarang dan kebahagiaan
di akhirat kelak."

Setelah mimpi berturut-turut, saya tak kuat menyimpannya sendiri. Saya
menceritakannya kepada suami saya. Suami saya agak surprise dan
mendengarnya dengan penuh perhatian. Akhirnya, tahun 2004, saya
memutuskan untuk masuk Islam. Saya diislamkan di sebuah pulau
terpencil di luar Jawa. Sejak saya menjadi Muslimah, saya berganti
nama menjadi Siti Masitoh.

Saya teringat, ketika pertama kali shalat, hati saya terasa bergetar.
Apalagi jika ayat-ayat Tuhan diperdengarkan, hati saya pun semakin
tambah bergetar. Masa transisi dari Kristen menuju Islam, saya rasakan
ujian yang sangat berat. Di samping berpisah dengan keluarga,
silaturrahim terputus, saya juga mendapat kesulitan ekonomi.

imageHingga suatu malam, saya memohon dan bermunajat kepada Allah,
agar Allah memberi kemudahan dan menguatkan kesabaran saya. Alhasil,
do'a saya langsung dijawab Allah, betul-betul instan. Sebagai seorang
guru, saya belum menerima gaji bulanan. Padahal, uang saya ketika itu
tinggal Rp. 15.000,-, sementara tanggal 30 masih jauh. Mengandalkan
suami, tentu tidak mungkin, mengingat suami saya berprofesi sebagai
wiraswasta kecil-kecilan.

Begitu saya shalat Tahajud dan bermunajat kepada Allah dengan penuh
kesungguhan, tanpa diduga saya menerima telepon dari teman satu gereja
saya dulu yang sedang berada di Arab Saudi untuk mentransfer uang
sebesar Rp. 1 juta. Saat itu, saya bertambah yakin, Allah sungguh
Mahahidup. Dia tahu kegelisahan dan penderitaan hambaNya. Padahal
kawan saya itu belum tahu, bahwa saya sudah menjadi seorang Muslimah.

Setahun berjalan menjadi Muslimah, saya sering mengenang dosa-dosa
yang telah saya perbuat di masa lalu. Dalam kesendirian, di tengah
malam yang sunyi, jiwa saya merintih, air mata ini tak mampu lagi saya
bendung. Sedih, kalau saya ingat bahwa saya dulu bukan orang baik,
apalagi sempat mengkristenkan beberapa orang Islam. Ingin sekali saya
menebus dosa-dosa saya, meski saya harus memulai hidup ini dari nol
lagi. Apa pun yang terjadi, saya serahkan seluruh hidup saya kepada
Allah. Saya hanya ingin mendapat ampunan dan ridhaNya.

Terakhir, saya ingat, saya sempat pamit pada ibu saya. Terus terang,
hanya ibu yang tahu dengan keislaman saya. Sementara saudara-saudara
saya yang lain belum mengetahui. Sejak saya menikah, hubungan saya
dengan saudara-saudara yang lain terputus.

Saya memang berusaha menyembunyikan keislaman saya. Saya khawatir
dengan keselamatan diri saya dan keluarga saya. Karena saya tahu,
keluarga dari pihak kakak-kakak saya adalah orang-orang keras. Mereka
tidak segan-segan mencederai saya, kalau tahu saya memeluk Islam.
Tapi, bagi saya, kebenaran itu harus diungkapkan, jangan
disembunyikan. Hanya Allah lah sebaik-baik Pelindung.

Banyak hal yang saya dapatkan setelah masuk Islam. Selain rasa
ketenangan, saya juga menilai Islam adalah agama yang mengutamakan
disiplin. Setiap saya bangun malam untuk shalat Tahajud, saya merasa
dekat dengan Tuhan. Terlebih, saat Subuh, saya selalu berjama'ah
dengan suami. Kemantapan iman saya semakin kokoh, ketika saya
mengikuti workshop ESQ pimpinan Ary Ginanjar. Dengan pelatihan itu,
iman saya seperti di-ces kembali. [amanahonline]

  Shalom,
Tawangalun.


------------------------------------

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke