http://www.suarapembaruan.com/News/2006/02/04/index.html
SUARA PEMBARUAN DAILY BI: Pertumbuhan Ekonomi 2005 Tak Capai Target Investasi Langsung Asing Harus Digenjot JAKARTA- Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2005 lalu tidak mencapai target yang dicanangkan pemerintah dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2005 sebesar enam persen. Sebab, berdasarkan perhitungan BI realisasi pertumbuhan ekonomi 2005 hanya berkisar 5,3 persen hingga 5,6 persen. Berdasarkan laporan triwulan keempat BI yang disampaikan di Jakarta, Jumat (3/2) menyebutkan, tidak tercapainya target pertumbuhan, karena pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2005 turun hanya berkisar empat persen hingga 4,5 persen. Hasil tersebut turun drastis dibanding angka pertumbuhan pada triwulan I yang tercatat 6,12 persen, triwulan II sebesar 5,84 persen, dan triwulan III yang masih mencapai 5,4 persen. Penurunan ini, disebabkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Oktober tahun lalu, sehingga mendorong kenaikan harga barang dan jasa. Akibatnya, inflasi mencapai hingga 17 persen. Kendati demikian, kenaikan harga BBM untuk mengurangi subsidi justru mendorong penguatan nilai tukar rupiah yang pada triwulan IV 2005 menguat 2,2 persen menjadi rata-rata Rp 9.831 per dolar AS sehingga sepanjang tahun 2005 rupiah terdepresiasi 4,3 persen dibanding akhir tahun 2004. Dalam laporan disebutkan juga tentang indikator-indikator perbankan pada triwulan III 2005. Kredit perbankan nasional selama triwulan IV 2005 turun dibanding triwulan III. Meskipun turun, tetapi secara keseluruhan penyaluran kredit tahun 2005 meningkat sekitar 23,1 persen atau lebih tinggi dibanding rencana bisnis perbankan 2005 sebesar 22 persen. Pertumbuhan kredit hingga November 2005 sudah mencapai 21,7 persen, sehingga akhir tahun diperkirakan tumbuh Rp133 triliun atau 23,1 persen. Dari kredit yang disalurkan dibanding dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun bank, atau Loan to Deposit Ratio/LDR) tumbuh di atas 66,7 persen atau mendekati kondisi pada sebelum krisis ekonomi tahun 1997. Komposisi terbesar porto folio penyaluran kredit yakni ke sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan porsi 50,7 persen. Sedangkan, rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan/NPL gross mencapai 8,7 persen dan NPL net lima persen. Dari sisi DPK, pada tahun 2005 tercatat Rp 130 triliun, sehingga dengan pertumbuhan kredit sebesar Rp 133 triliun, berarti hampir semua dana masyarakat yang masuk disalurkan menjadi kredit. BI memperkirakan, pertumbuhan kredit tahun 2006 ini turun menjadi 15 persen hingga 20 persen. Turunnya pertumbuhan kredit, karena kondisi sektor riil belum pulih dan rencana pemerintah menaikkan tarif dasar listrik (TDL). Sebab itu, guna mengatasi hal itu BI melakukan sejumlah terobosan seperti memfasilitasi penyaluran kredit melalui linkage program, agar sektor UMKM menyerap kredit lebih besar. Investasi Menanggapi hal itu, Ekonom dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wijaya Adi di Jakarta, Sabtu (4/2) mengatakan, pemerintah harus segera menggenjot masuknya investasi khususnya Foreign Direct Investment/FDI (investasi asing langsung), karena penyokong utama pertumbuhan selama ini yakni konsumsi mengalami penurunan seiring dengan kenaikan bahan bakar minyak (BBM). "FDI sebetulnya menjanjikan pada 2005 lalu, tetapi ada beberapa yang menyebabkan bersikap wait and see (menunggu) perkembangan," kata Adi. Misalnya, perlu memperbaiki sejumlah regulasi di bidang perpajakan, kepabeanan, perburuhan, perizinan, serta jaminan keamanan dalam berinvestasi. Investasi yang masuk, tutur Adi, juga perlu didorong agar mereka betul-betul investor yang produknya berorientasi ekspor. Sebab, investor yang masuk ke Indonesia sekarang sebagian besar mengandalkan pasar domestik, padahal dengan kenaikan BBM, ditambah kemungkinan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL), dan harga beras yang cukup tinggi, daya beli masyarakat semakin rendah. Berkaitan dengan masih rendahnya daya serap sektor riil terhadap pembiayaan perbankan, dia mengatakan, hal itu relatif sulit dipaksakan dalam kondisi suku bunga yang masih tinggi. (B-15) -------------------------------------------------------------------------------- Last modified: 4/2/06 [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/