http://www.sinarharapan.co.id/berita/0512/15/sh02.html
Beras untuk Pedalaman Jayawijaya Diselewengkan Oleh Soehendarto Wamena -Beras murah untuk rakyat miskin (raskin) yang tinggal di daerah pedalaman Jayawijaya, Pegunungan Tengah, Papua, sebagian tidak disalurkan dengan baik, tapi disele-wengkan sehingga tidak dinikmati oleh mereka yang berhak. Sebagian jatah tiap bulan dijual oleh oknum camat dan pengurusnya di Kota Wamena. Dari hasil pantauan SH di lapangan, dalam dua hari ini (Rabu dan Kamis, 14-15 November), diperoleh fakta bahwa raskin itu telah dijual di kios-kios penjual beras di Kota Wamena. Raskin yang dikeluarkan Depot Logistik (Dolog) Wamena, sudah sesuai dengan yang dialokasikan. Berdasarkan jumlah kepala keluarga (KK), penduduk wilayah distrik (kecamatan) di empat kabupaten yaitu Kabupaten Jayawijaya, Kabupaten Yahukimo, Kabupaten Tolikara dan Kabupaten Puncak Jaya, sebagian tidak menerima jatah raskin. Di Wamena, raskin itu dijual kepada pemilik kios-kios penjual beras, yang selanjutnya dibeli masyarakat dengan harga sangat tinggi. Harga raskin, sesuai tarif resmi yang ditetapkan pemerintah, Rp 1.000 per kilogram. Tetapi setelah masuk kios beras, dijual sekitar Rp 10.000 per kilogram. Praktik jual-beli beras jatah rakyat ini telah berlangsung sejak tahun 2003. Sudah seperti sindikat yang sulit dicegah dan diberantas. Ada pihak-pihak yang "bermain" di dalamnya. Tiap kecamatan yang mendapat jatah raskin, telah menunjuk pengurus-pengurus yang nonpegawai kecamatan untuk mengurus stok beras. Mereka yang sudah me-rasakan nikmatnya "makan" jatah raskin itu bisa melakukan penyelewengan tanpa ada yang menindak. Namun, ada juga camat dan pengurusnya yang dengan jujur menyalurkan raskin ke rakyat yang berhak, secara baik dan bertanggung jawab. Di antara pengurus yang menjual jatah raskin ke kios-kios penjual beras di Kota Wamena adalah JW, Dm, Em, Yc dan AL. Adapun para pedagang beras yang menjadi penadah raskin di antaranya, Bo, Anj, Jlf, Ne, Mtd, HT, dan Dn. Raskin diambil dari gudang, kemudian dijual kepada para pedagang beras, mendatangkan keuntungan sangat menggiurkan. Untuk setiap ton raskin dibeli dari Dolog dengan uang Rp 1 juta (sesuai tarif resmi Rp 1.000 per kilogram), melalui prosedur resmi yaitu dengan delivery order (DO), setelah melunasi pembayaran. Selanjutnya para oknum pengurus yang nakal, menjualnya kepada para penjual beras dengan harga Rp 6 juta per ton. Dengan demikian, mereka meraup untung Rp 5 juta per ton. Para penadah beras itu kemudian menjualnya lagi kepada para pemilik kios beras dengan harga Rp 8,5 juta, dan oleh para pemilik kios beras selanjutnya dijual kepada masyarakat Rp 10.000 sampai Rp 12.000 per kilogram. Antrean Panjang Saat ini sedang ramai pengambilan raskin di dua lokasi gudang Dolog. Dijadwalkan setiap bulan, mulai tanggal 10 ke atas, sebagai waktu pengambilan raskin. Setiap hari terlihat antrean panjang, sampai 20 mobil pengangkut raskin. Mobil-mobil yang kotor penuh lumpur menandakan bahwa mobil itu telah pergi ke permukiman rakyat miskin di desa-desa. Sementara mobil-mobil yang bersih mulus hanya membawa raksin ke dalam kota, di antaranya ke rumah-rumah pedagang yang berfungsi sebagai gudang penimbunan. Menurut sumber SH, orang di gudang Dolog itu-itu saja, yang setiap bulan mengambil raskin, di antaranya para pedagang beras yang telah melakukan transaksi jual-beli dengan oknum camat dan pengurus. Dengan adanya penyelewengan raskin itu, masyarakat sulit mendapatkan beras murah dari pemerintah. Raskin saat ini sangat mereka butuhkan dalam menyambut perayaan Natal dan Tahun Baru. Stok Raskin Kepala Dolog Wamena, Abu Hanifah, kepada SH di ruang kerjanya kemarin, menjelaskan bahwa setiap bulan raskin yang dikeluarkan sesuai yang dialokasikan sebanyak 370 ton. Dengan rincian untuk Kabupaten Jayawijaya (16 kecamatan) 2,25 ton, Kabupaten Yahukimo (3 kecamatan) 32 ton, Kabupaten Tolikara (4 kecamatan) 55 ton, dan Kabupaten Puncakjaya (6 kecamatan) 30 ton. Pengambilan jatah raskin dilakukan sendiri oleh para camat. Setelah membayar di kantor Dolog diterbitkan DO dengan jumlah sebanyak ton yang dijatahkan. Kemudian raskin diambil di gudang Dolog. Abu Hanifah menjelaskan, Dolog telah merealisasikan kewajiban menyerahkan raskin sesuai yang dialokasikan. "Setelah beras diserahkan kepada para camat, bukan lagi menjadi tanggung jawab Dolog," ujarnya. Abu Hanifah juga enggan mengomentari adanya penyelewengan sebagian raskin itu. Ia yakin pasti ada beras yang sampai di masyarakat pedalaman. Dikatakan, Dolog juga telah menyediakan dana untuk angkutan yang disebut biaya operasi pelaksanaan (BOP) raskin sebesar Rp 1,1 miliar setiap bulan. (*) [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Know an art & music fan? Make a donation in their honor this holiday season! http://us.click.yahoo.com/.6dcNC/.VHMAA/Zx0JAA/uTGrlB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/