://epaper.tempo.co/PUBLICATIONS/KT/KT/2012/05/24/ArticleHtmls/Bila-Kolonel-Sanders-Terkait-dengan-Perusakan-Hutan-Sumatera-24052012013006.shtml?Mode=0
Bila "Kolonel Sanders" Terkait dengan Perusakan Hutan Sumatera Investigasi Greenpeace menemukan serat kayu dari hutan alam ada di dalam kemasan Kentucky Fried Chicken. Puluhan aktivis Greenpeace menggelar unjuk rasa di depan kantor pusat perusahaan Yum! Brands di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat. Mereka membentangkan banner raksasa dengan gambar harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dengan tulisan “KFC Berhentilah Mencemari Habitat Kami“. KFC yang dimaksud adalah Kentucky Fried Chicken, restoran cepat saji yang memiliki 37 ribu outlet di 120 negara. Kolonel Sanders adalah pendiri waralaba ayam goreng terkenal ini. Yum! Brands merupakan perusahaan induk merek KFC, Pizza Hut, dan Taco Bell. Demonstrasi yang berlangsung kemarin (pukul 19.00 WIB) menandai kampanye global Greenpeace untuk menyerukan KFC agar tidak lagi memakai kemasan yang bahan bakunya dari sumber yang tidak ramah lingkungan. Organisasi lingkungan global ini meneliti kotak-kotak makanan KFC, seperti streetwise lunchbox, snack box, gelas kertas, dan lainnya, pada gerai di Inggris, Cina, dan Indonesia. Mereka melakukan uji forensik dan penelusuran rantai pasokan dari sampel. Penelitian dilakukan oleh ilmuwan di Institution for Paper Science and Technology di Jerman dan Integrated Paper Service di Amerika. Hasilnya, kemasan KFC dan produk kertas di tiga negara itu terbukti positif mengandung mixed tropical hardwood atau kayu keras tropis campuran/serat hutan hujan. Hasil investigasi ini dipapar kan dalam laporan dengan judul Bagaimana KFC Terlibat Perusakan Hutan versi bahasa Inggris dan Indonesia. “Pelanggan di seluruh dunia akan terkejut mengetahui bahwa kemasan KFC berasal dari hutan hujan tropis yang rusak dari perusahaan Asia Pulp and Paper,“ kata Bustar Maitar, juru bicara Kampanye Greenpeace untuk Penyelamatan Hutan di Indonesia kemarin. APP adalah divisi pulp dan kertas dari Grup Sinar Mas. Mereka mengklaim sebagai produsen pulp dan kertas terbesar ketiga di dunia. Pada Februari lalu, Greenpeace International meluncurkan hasil penyelidikan selama setahun. “Kami menemukan bukti bahwa perusahaan ini secara sistematis melanggar hukum Indonesia menge nai perlindungan kayu ramin, spesies pohon yang dilindungi secara internasional,“ kata Bustar. Penyelidikan tersebut dilakukan di pabrik pulp terbesar APP di Indonesia, Indah Kiat Perawang, di Riau, Sumatera. Tim investigasi menemukan bagaimana kayu ramin ilegal secara teratur dicampur ke dalam pasokan kayu hutan hujan yang berasal dari pembabatan hutan alam. Dengan pengolahan ramin untuk pulp, kata Bustar, APP juga meremehkan CITES atau perjanjian internasional yang sama yang mengatur perdagangan gading dan bagian tubuh harimau. Greenpeace juga mengambil gambar dari udara yang memperlihat kan APP dan anak perusahaan nya membuka hutan gambut dengan kedalaman di atas 3 meter. Menurut Rolf Skar, juru kampanye hutan Greenpeace di Amerika Serikat, dalam siaran persnya, investigasi ini menunjukkan bagaimana Yum! Brands tidak berupa ya mencegah pasokan bahan bakunya dari produk yang serampangan dengan menebang hutan. Greenpeace menuntut KFC untuk berhenti membeli produk dari APP dan menyusun kebijakan yang antideforestasi. Lebih dari 60 perusahaan di dunia, kata Bustar, telah menangguhkan pembelian dari APP, antara lain Kraft, Adidas, Hasbro, Mattel, Staples, Unilever, dan Nestle. Menurut Bustar, seharusnya APP mengikuti jejak PT Golden AgriResources, anak perusahaan Sinar Mas yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. Sejak lima tahun lalu, Greenpeace melakukan unjuk rasa di tingkat global terhadap PT Golden yang dituduh merusak hutan di Sumatera. Sejumlah perusahaan seperti Unilever dan Nestle akhirnya tidak membeli bahan baku dari PT Golden.Perusahaan ini kemudian melakukan pembenahan dengan cara tidak membuka lahan gambut dan hutan yang memiliki keanekaragaman hayati. Sejumlah komitmen untuk pro-lingkungan diberikan. Greenpeace, kata Bustar, mengapresiasi dan mendukung upaya ini sehingga sejumlah buyer kembali membeli bahan baku dari PT Golden.“Seharusnya perusahaan APP mengikuti jejak saudaranya,“ kata Bustar. Direktur Sustainability dan Stakeholder Engagement Asia Pulp and Paper Aida Greenbury membantah tudingan Greenpeace. “Kami telah menerapkan pedoman dan standar yang diterapkan pemerintah,“ kata dia, Terkait dengan kayu ramin di pabrik Perawang, Aida meminta Greenpeace untuk membaca hasil penyelidikan Kementerian Kehutanan. Tim penyelidik memang menemukan ramin di dalam logyard. “Namun mereka mengakui bahwa kami mempunyai sistem lacak balak yang bagus,“ kata dia. Jadi, jika diketahui ada ramin, langsung dipisahkan. Seandainya ada yang lolos, sistem di bagian dalam bisa memisahkannya. “Untuk apa kami memakai ramin?“ kata Aida, “kayu ini kan merusak kualitas kertas.“ Pihaknya sudah melaporkan ke pemerintah ihwal temuan ramin yang dipasok oleh perusahaan lain. Kementerian Kehutanan telah memeriksa pemasok itu. Menurut Aida, pada 15 Mei lalu, APP mengumumkan komitmen tentang hutan bernilai konservasi tinggi (HCVF).“Setop pembukaan hutan alam ini merupakan bagian dari komitmen perusahaan dalam menerapkan HCVF. Luasan konsesi APP lebih dari 1 juta hektare dan baru dimanfaatkan 500 ribu hektare, sisanya itu natural habitat, dan itulah target HCVF,“ kata dia. Dia menyebut pasokan bahan baku dari kayu alam saat ini hanya 10-15 persen. APP , kata dia, bersyukur karena hari ini bahan baku kertas berasal dari sumber lestari. Terkait dengan penerapan HCVF, APP juga meminta semua pemasok bahan baku independen menjalani HCVF paling lambat 31 Desember 2014. APP segera mengevaluasi kontrak dengan mitra pemasok jika mereka tak menjalankan kaidah HCVF . Aida menjelaskan bahwa perusahaannya telah mendukung program pemerintah untuk menurunkan emisi sebesar 26 persen, seperti yang disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dia berharap Greenpeace dan lembaga swadaya masyarakat lainnya melakukan kritik yang membangun. UNTUNG WIDYANTO ++++ http://epaper.tempo.co/PUBLICATIONS/KT/KT/2012/05/24/ArticleHtmls/Dari-Gelas-sampai-Kotak-Pizza-Hut-24052012014009.shtml?Mode=0 Dari Gelas sampai Kotak Pizza Hut Website kantor Kentucky Fried Chicken di Inggris menayangkan komitmennya ter hadap lingkungan. “Kami yakin ten tang asal-usul dan dampak bahan yang digunakan dalam kemasan kami karena semua pemasok kami disertifikasi sebagai 100 persen berkelanjutan oleh pihak ketiga yang independen, seperti FSC atau SFI, dan dapat ditunjukkan melalui seluruh rantai pasokan mereka bahwa produk mereka berkelanjutan“. FSC atau Forest Stewardship Council adalah organisasi independen, non-pemerintah, dan non-profit yang didirikan untuk mempromosikan manajemen hutan di dunia yang bertanggung jawab. Adapun SFI atau Strong Future International adalah sebuah organisasi affiliate marketing dan penjualan di dunia. Namun, investigasi Greenpeace mementahkan klaim itu. Kotak makanan KFC di Inggris berasal dari karton Asia Pulp and Paper yang diproduksi di pabrik Indah Kiat Serang, Banten. Pabrik ini menerima sejumlah besar pulp dari pabrik pulp terbesar APP, Indah Kiat Perawang di Sumatera, yang terus dipasok oleh kayu hutan hujan, termasuk dari lahan gambut hutan dan habitat harimau. Pada Agustus 2011, Greenpeace menugaskan pengujian serat untuk berbagai produk kemasan KFC. Tujuh dari 10 sampel kotak makanan KFC di Inggris menunjukkan bahwa kayu keras tropis campuran (mixed tropical hardwood/MTH), yaitu serat hutan hujan, sebagai komponen kayu keras utama dari produk ini. Tiga dari produk tersebut tercatat bahwa tingkat MTH-nya lebih dari 50 persen, dari total seratnya, termasuk kotak Popcorn KFC dan kotak makan siang KFC Streetwise. Sumber serat kunci lainnya yang ditemukan adalah akasia, spesies dominan perkebunan pemasok APP yang ditanam untuk menggantikan pembabatan hutan alam. Pada Maret 2012, tiga dari tiga kotak makanan KFC dikumpulkan dari outlet KFC di Inggris. Kotak makanan itu juga dinyatakan positif MTH sebagai bagian dari komponen kayu keras yang dicampur dengan akasia. Di Cina, investigasi rahasia dan penelitian Greenpeace menemukan serat hutan hujan berulang kali diidentifikasi dalam produk gelas kertas, tisu, dan mungkin yang paling khas dari kemasan KFC, yakni Chicken Bucket. Satu ember kemasan KFC berisi lebih dari 50 persen serat hutan hujan. Di Indonesia, penyelidikan Greenpeace mengungkapkan bahwa pabrik kertas APP PT Pindo Deli (Jawa, Indonesia) memasok KFC Indonesia dengan serbet makan siang. Analisis serat spesies pada April 2012 menemukan beberapa kayu keras tropis campuran dalam produk ini yang dicampur dengan akasia tingkat tinggi. Sebuah perusahaan APP yang terpisah, PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, juga telah mempromosikan rangkaian kemasan baru antilemak mereka dengan menampilkan berbagai produk KFC (kantong kertas, bungkus sandwich, dan kotak ayam fillet). Beberapa produk KFC yang diambil sampelnya dari Indonesia terbukti positif mengandung MTH setelah dikirim untuk dianalisis oleh ahli. Produk ini termasuk cangkir kertas dan bungkus kentang goreng, dengan hasil positif MTH yang direkam dari sampel yang dikumpulkan sampai Maret 2012. Penelitian terhadap merek Yum! Brands lainnya, Pizza Hut, telah memberikan bukti bahwa serat hutan hujan juga digunakan dalam produksi kemasan berbasis kertas mereka. Analisis serat dari kotak pizza berbentuk segitiga yang dikumpulkan pada bulan April lalu di Jakarta dari outlet Pizza Hut telah mengungkap hadirnya tingkat MTH yang signifikan. “Kotak-kotak ini telah diproduksi oleh PT Letter Mas Industry, yang telah dimintai konfirmasi sebagai pelanggan APP,“ kata Bustar Maitar, juru kampanye Greenpeace untuk penyelamatan hutan di Indonesia. UWD [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------------------ Post message: prole...@egroups.com Subscribe : proletar-subscr...@egroups.com Unsubscribe : proletar-unsubscr...@egroups.com List owner : proletar-ow...@egroups.com Homepage : http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: proletar-dig...@yahoogroups.com proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: proletar-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/