HARIAN KOMENTAR
 10 August 2005


Bupati Bolmong Tolak Fatwa MUI


Wilayah Bolmong yang luasnya 54 persen dari luas wilayah Sulut kerap disebut 
Indonesia Mini. Pasalnya, 400 ribu penduduknya memiliki beragam agama, suku 
dan budaya, bahkan boleh dibilang semua suku dan agama di republik ini dapat 
ditemukan di Bumi Totabuan. Karena itu, sosok pemimpin pun harus bisa 
diterima oleh semua umat.

Nah, terkait fatwa MUI ten-tang pengharaman doa bersa-ma, di mana umat 
Muslim di-haramkan mengikuti acara na-talan atau kegiatan keagamaan lainnya 
dari non-Muslim, Bupati Bolmong Dra Hj Mar-lina Moha-Siahaan (MMS) tentu 
saja menolak, apalagi bila fatwa dipaksakan untuk diberlakukan di Bolmong.

Adapun alasan utama MMS, bahwa dirinya adalah pemim-pin seluruh rakyat 
Bolmong, bukan hanya memimpin satu agama atau golongan tertentu. Di mana dia 
selalu dituntut un-tuk bisa berkomunikasi lang-sung dengan rakyat yang 
di-pimpinnya, bukan melulu di-wakilkan saja. "Bupati adalah milik semua 
rakyat Bolmong tanpa pandang bulu, agama, golongan maupun suku mana pun. 
Sehubungan dengan fat-wa MUI tersebut, sepertinya belum tepat untuk 
diterapkan di Bolmong. Intinya, bupati te-tap sah kalau menghadiri dan turut 
mengikuti acara-acara keagamaan dari non-Muslim," kata MMS sebagaimana 
diku-tip juru bicaranya Ir Yudha Rantung, kemarin siang (09/08).

Lagi pula, MMS memang se-lalu diundang oleh rakyatnya dari non-Muslim untuk 
meng-hadiri seremoni-seremoni ke-agamaan, di mana pada ke-sempatan itu MMS 
selalu pula didaulat untuk menyampaikan kata-kata sambutan. Sehingga bisa 
dibayangkan betapa besar kekecewaan rakyat, ketika me-nyadari kalau 
kata-kata sam-butan MMS selaku bupati ha-nya diwakilkan saja kepada bawahan.

"Selama ini ibu bupati selalu menghadiri dan mengikuti acara-acara 
seremonial keaga-maan dari non-Muslim, misal-nya natalan. Beliau diberikan 
kesempatan untuk menyam-paikan kata-kata sambutan. Kalau pun pada saat acara 
itu dilangsungkan ibadah, bukan-nya bupati kita langsung ber-anjak dari 
kursinya, melainkan tetap di tempat namun bersi-kap pasif selama ibadah 
ber-langsung. Itu kan sikap positif MMS untuk menghormati umat dari agama 
lain," tambah Rantung lagi.
Di sisi lain, gaung penolakan terhadap fatwa MUI yang mengharamkan umat 
Islam menghadiri natalan atau ke-giatan keagamaan dari non-Muslim, 
disampaikan beramai-ramai oleh sejumlah tokoh Bol-mong.

Mereka menilai, pada haki-katnya negara ini bukan nega-ra agama, bukan milik 
satu agama saja, melainkan milik dari seluruh rakyat yang dike-tahui 
memiliki keanekaraga-man agama, suku dan budaya.

Ketua Fraksi PAN, Drs Jemmy Lantong bersama anggotanya Rusli Tungkagi, 
berikut Ketua F-PDIP Christofel Popo Buhang bersama rekannya Herman Kembuan, 
serta Ketua F-PG Mansyur Sugeha menyampai-kan hal itu dalam perbinca-ngan 
serius di kantor dewan kemarin siang, usai membaca headline yang terpampang 
di etalase harian ini, edisi Selasa kemarin.

"Presiden kan bukan pemim-pin satu agama saja, tapi me-mimpin semua rakyat 
Indone-sia yang memiliki agama, suku maupun budaya yang berbe-da. Jadi kalau 
MUI mengeluar-kan fatwa haram bagi presiden maupun seluruh umat Islam untuk 
menghadiri acara kea-gaman umat lain, itu sama saja dengan pemasungan 
terhadap umat Muslim sendiri dalam bersosialisasi dengan masyara-kat 
sekitar. Jadi saya sendiri sebagai orang Islam tidak bisa menerima fatwa 
itu," sembur Herman Kembuan, langsung diaminkan teman-temannya.

"Kita harus menyadari bahwa negara masih memegang asas Bhinneka Tunggal Ika, 
atau berbeda-beda tapi tetap satu. Jadi kami sarankan sebaiknya MUI tidak 
terburu-buru me-ngeluarkan fatwa haram ter-sebut," sambung Popo.

Senada dikatakan juga oleh Hi Mansyur Sugeha BSc, yang lebih memfokuskan 
penilaian-nya pada kerukunan antaru-mat beragama dan kerukunan antarumat 
yang berbeda aga-ma. Ketika datang lebaran, ka-ta Ketua F-PG ini yang juga 
dikenal sebagai sesepuh rakyat Bolmong, umat non-Muslim baik dari Kristen, 
Hindu dan Budha berkenan turun mera-yakan dan mengucapkan sela-mat atas hari 
kemenangan umat Islam itu, bahkan mere-ka juga tidak segan-segan da-tang 
bertamu ke rumah kita.

"Sebaliknya, kalau mereka juga merayakan hari besar, seperti natal, lalu apa 
salahnya kita mengucapkan selamat atau menghadiri acara peraya-an mereka, 
semata-mata demi membangun kerukunan antar-satu agama dan agama lainnya di 
Bolmong," ucapnya.(tus) 


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
<font face=arial size=-1><a 
href="http://us.ard.yahoo.com/SIG=12ht1qot2/M=362335.6886444.7839734.2575449/D=groups/S=1705796846:TM/Y=YAHOO/EXP=1123638869/A=2894362/R=0/SIG=138c78jl6/*http://www.networkforgood.org/topics/arts_culture/?source=YAHOO&cmpgn=GRP&RTP=http://groups.yahoo.com/";>What
 would our lives be like without music, dance, and theater?Donate or volunteer 
in the arts today at Network for Good</a>.</font>
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke