ASSOCIATED PRESS/ACHMAD IBRAHIM

JENAZAH DOMINGGUS -- Para pelayat yang kebanyakan ibu-ibu, menaruh tangan ke 
dada jenazah Dominggus da Silva saat disemayamkan di Gereja Sta. Maria - Palu, 
Sulawesi Tengah, Sabtu (23/9) lalu



http://www.indomedia.com/poskup/2006/09/27/edisi27/opini.htm

Cerita tentang Tibo, cs

Oleh Yosef Keladu Koten *

DARI sebuah kawasan kumuh di Ibu kota Port-au-Prince, ibu kota negara kecil di 
kawasan Karibia, Haiti, Jean Bertrand Aristide - yang menjadi figur sentral 
setelah tergulingnya diktator dan presiden seumur hidup, Jean-Claude Duvalier, 
tahun 1986 -- menulis sekian banyak surat untuk para pemimpin di Amerika 
Selatan dan Tengah. Dalam salah satu suratnya dia menulis:

My story is a story of light and of shadow. The light is the light of 
solidarity, and that little light, growing stronger in spite of dark clouds 
that threaten it, shines through the clouds and illuminates so many of my 
struggling brothers and sisters, and also, if you look hard, so many evildoers. 
My brothers and sisters stand tall in that light: they are not afraid. But the 
evildoers run and hide, they hide in the shadows, hoping darkness will protect 
them and allow them cover to continue committing their crimes, their massacres, 
to continue to enforce their repression. ("In the Parish of the Poor", hlm. 16) 
(Cerita saya adalah sebuah cerita tentang terang dan bayang-bayangan. Terang 
adalah terang solidaritas, dan terang yang redup, semakin bertambah besar 
sekalipun ada awan gelap yang mengancamnya, bersinar menembusi awan dan 
mengiluminasi begitu banyak saudara-saudariku yang sedang berjuang, dan 
juga-kalau kita memperhatikan dengan serius-begitu banyak pelaku kejahatan. 
Saudara-saudariku berdiri tegak dalam terang itu: mereka tidak takut. Tetapi 
pelaku kejahatan berlari dan bersembunyi, mereka bersembunyi di bayang-bayang, 
sementara mengharapkan agar kegelapan melindungi mereka dan mengizinkan mereka 
terus melakukan kejahatan mereka, pembunuhan massal, untuk terus memaksakan 
tekanan.)

Tibo, Riwu, dan da Silva barangkali kini hanya tinggal nama. Proses pengadilan 
yang penuh dengan rekayasa dan manipulasi yang berakhir pada vonis mati, 
eksekusi yang terlaksana tergesa-gesa karena mendahului daftar tunggu napi yang 
sekian banyak, dan terakhir pembongkaran kubur Dominggus da Silva, yang 
dikuburkan secara tidak manusiawi oleh petugas, untuk memenuhi keinginan 
korban, keluarga, dan masyarakat Maumere agar dikuburkan di tempat 
kelahirannya, menambah daftar panjang cerita kebrobokan dan kebejatan bangsa 
ini.

Inilah cerita tentang ketiganya yang sedang hangat diperbincangkan oleh 
khalayak ramai sekarang dan di sini. Lalu apakah cerita ini layak untuk 
dikenang dan diceritakan? Kenapa tidak! Bupati Sikka, Alexander Longginus, 
misalnya, ketika memberikan kata sambutan pada misa pemakaman Dominggus da 
Silva di Katedral Maumere, Minggu, 24 September 2006, menganggap kasus Tibo, cs 
sebagai sesuatu yang "menarik" karena telah menyedot perhatian 
berbagaikalangan. Atau dengan kata lain, inilah sebuah cerita "menarik". Tetapi 
sayang, label "menarik" tidak lalu dibingkai dengan cerita soal kejujuran, 
ketahanan, ketegaran Tibo, cs dalam menghadapi tuduhan-tuduhan palsu yang 
dijatuhkan ke atas mereka oleh aparat negara ini, tetapi beralih kepada cerita 
tentang keberhasilan aparat keamanan dalam menjaga keamanan selama penjemputan 
mayat. Apakah hal ini cukup?

Saya kira tidak! Cerita ini harus dikenang dan diceritakan dalam bingkai 
terang-terang kehidupan - yang sudah mulai bersinar sekalipun masih redup dalam 
diri ketiga saudara kita ini. Terang ini telah menyingkap misteri hidup dan 
perjuangan orang-orang kecil yang selalu menjadi korban dan tumbal dari suatu 
sistem pengadilan yang "selalu memihak" orang-orang yang berkuasa dan masih 
penuh dengan konflik kepentingan, entah ekonomis atau politis. Inilah cerita 
orang-orang miskin yang berjuang dengan tulus dan halal dengan memeluh keringat 
untuk mempertahankan hadiah hidup yang diberikan oleh yang ilahi. Hal ini 
terungkap dari surat pribadi Dominggus da Silva yang dibacakan oleh wakil 
keluarga. Di dalam surat itu almahrum mengakui dengan terus terang 
ketidakmampuan ekonomisnya bersama kedua rekannya dan meminta keluarga serta 
sesamanya di Maumere untuk membantu mereka secara finansial di tempat 
"perantauan". Inilah cerita orang-orang tidak bersekolah tetapi memiliki hati 
nurani yang murni untuk tidak berkooperasi dengan kekuatan-kekuatan dan 
pengaruh-pengaruh jahat dan tidak manusiawi. Inilah cerita tentang 
ketidakberdayaan anak manusia di hadapan penguasa yang sewenang-wenang. Inilah 
cerita sebagian besar warga negara bangsa ini yang sekalipun dibayang-bayangi 
ancaman hukuman bahkan hukuman mati, tetapi berdiri tegap karena mereka tidak 
takut.

Tetapi kalau kita mau meneliti secara lebih dalam dan jujur, terang yang sama 
juga menyingkapkan misteri yang masih dalam bentuk bayang-bayang tentang begitu 
banyaknya pelaku kejahatan. Dikatakan masih bayang-bayang karena mereka berlari 
dan bersembunyi di balik hukum dan sistem peradilannya, kekuasaan, dan 
praktik-praktik sosial korupsi, kolusi dan nepotisme. Lagi pula, para pelaku 
peristiwa Poso III yang ketar-ketir kini boleh bernafas lega karena 
kegelapan-dengan kematian "saksi kunci"-telah melindungi mereka untuk 
meneruskan tindak-tindakan jahat mereka. Sekali lagi, inilah cerita tentang 
hukum yang dipakai untuk melindungi yang kuat. Inilah cerita tentang penegak 
hukum : polisi, jaksa, dan hakim yang korup. Inilah cerita orang yang pandai 
melempar batu menyembunyikan tangan. Inilah cerita tentang sebagian kecil warga 
bangsa ini yang hati nuraninya telah dibekukan oleh iming-iming harta, uang, 
dan kekuasaan dan karena itu tidak peka lagi terhadap teriakan kaum tertindas 
dan marginal.

Cerita Tibo, cs telah menyingkapkan sisi terang dan gelap kehidupan bangsa 
ini.Dan kedua sisi harus diceritakan secara seimbang supaya kita tidak terjebak 
dalam lingkaran dosa dan kekerasan baru. Dengan demikian, terang solidaritas 
yang dibangun di atasnya bermakna dan mempunyai gema yang lebih hebat lagi. 
Terang solidaritas atau terang kehidupan yang terpancar dari cerita Tibo, cs 
hendaknya memaksa kita untuk mencari sarana atau alat untuk memberantas tuntas 
bayang-bayang kejahatan, ketidakadilan, dan ketidakjujuran. Dengan bermodalkan 
terang solidaritas, terang keadilan, terang kebebasan, terang martabat luhur 
kita sebagai manusia -- semua kita warga bangsa ini, khususnya aparat penegak 
hukum -- mencari jalan yang tepat dan benar yang menghantar kita semua kepada 
sebuah misteri yang mengizinkan kita untuk menghalau bayang-bayang kegelapan di 
mana para pelaku kejahatan sedang bersembunyi dan menanti untuk melakukan 
kejahatan baru.

Kalau ini yang terjadi, maka cerita tentang Tibo, cs menjadi sungguh-sungguh 
menarik dan bermakna. Memang, tidaklah mudah menghalau kegelapan seperti diakui 
Plato, filsuf Yunani klasik yang mengidealkan sebuah negara ideal yang dipimpin 
oleh raja-filsuf. Dia dengan tegas mengatakan: "Kejahatan manusia tidak akan 
pernah berakhir sampai orang-orang yang sungguh-sungguh mencintai kebijaksanaan 
masuk dalam kekuasaan politik, atau pemimpin-pemimpin dalam negara dengan 
bantuan rahmat yang ilahi belajar filsafat (cinta akan kebijaksanaan) yang 
benar."

Apakah ini terlalu idealistis? Saya kira tergantung dari bagaimana kita 
menyikapinya. Kebijaksanaan, keadilan, kejujuran, solidaritas, terang 
kehidupan, telah bersemi dalam dan lewat Tibo, cs. Seperti Jean-Bertrand 
Aristide menceritakan cerita terang dan gelap bangsanya pada zaman rezim kejam 
Duvalier, Tibo, cs dengan cara mereka sendiri menghadirkan kepada kita sebuah 
cerita terang dan gelap bangsa ini. Memang benar, cerita itu "menarik" tetapi 
bukan karena menyedot perhatian banyak pihak, tetapi semata-mata karena inilah 
cerita tentang terang yang dalam keredupannya berusaha menelanjangi pelaku 
kejahatan yang sedang bersembunyi, menyingkap misteri gelap hukum dan sistem 
peradilan, perilaku tidak adil dan manusiawi aparat keamanan, dan bangsa ini 
secara keseluruhan.

Kita perlu menyikapinya dengan bijaksana dan meneruskan cerita mereka secara 
seimbang demi keluhuran sebuah perjuangan membawa bangsa ini ke dalam terang 
yang sesungguhnya. Hendaklah kita tidak membiarkan terang yang masih redup 
tersebut dihalaui kegelapan. Marilah kita menjadikan terang tersebut untuk 
menyingkapi misteri kegelapan bangsa ini sehingga orang tahu bahwa bangsa kita 
bukan saja hidup dalam kegelapan, tetapi juga dalam terang.

* Penulis, staf pengajar pada

STFK Ledalero, Maumere-Flores




[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke