Nyawa Jemaah Ahmadiyah Kian Terancam
Aksi kekerasan terhadap Jemaah Ahmadiyah terjadi hampir setiap tahun. Di 2009 
ada 33 kasus
Minggu, 6 Februari 2011, 21:05 WIBSiswanto

VIVAnews - Di negeri Pancasila ini gelombang kekerasan terus dilakukan sejumlah 
warga negara terhadap sesamanya yang memilih menjadi anggota Jemaah Ahmadiyah 
Indonesia. Minggu, 6 Februari 2011, kenyataan pahit itu kembali terjadi di Desa 
Umbulan, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang, Banten. Kali ini bahkan 
sampai merenggut tiga nyawa manusia sekaligus.

Nyawa Roni (20 tahun) warga Jakarta, Mulyadi (35 tahun), dan Parno (35 tahun), 
melayang di ujung senjata tajam orang-orang yang secara brutal menyerang 
mereka. Parno sendiri merupakan salah satu jemaah Ahmadiyah yang baru dibai'at. 
Tujuh jemaah lainnya luka berat terkena hantaman berbagai jenis senjata 
berbahaya. Kini mereka semua dirawat di Rumah Sakit Pandeglang.

Ustadz Abdul Rahmin, salah satu saksi mata yang juga ikut dibacok, dengan 
gemetar menceritakan kengerian itu kepada VIVAnews.com.

Sejak pagi, 21 warga Ahmadiyah berkumpul di rumah Ustadz Suparman. "Waktu itu 
kami hanya silaturahmi saja di sana. Tidak ada kegiatan apa-apa," kata Ustadz 
Abdul.

Saat berkumpul, mereka dikabari oleh polisi setempat bahwa rumah itu akan 
didatangi massa. Mendengar informasi itu, jamaah minta agar polisi menjaga 
keselamatan mereka.

Benar saja. Sekitar pukul 10.45 WIB, massa berdatangan. Ustadz Abdul melihat 
polisi yang berjaga-jaga di sekitar rumah kewalahan. "Polisi sudah 
berjaga-jaga, tapi, tidak seimbang dan terdesak. Saya kaget, kami panik. Mereka 
langsung menyerbu. Mereka bawa golok," kata Ustadz Abdul.

Jemaah Ahmadiyah sempat memberi perlawanan sekadarnya, antara lain dengan 
melemparkan benda yang ada di sekitar. Sebagian lain pasrah dan hanya berdoa. 
Tapi itu tak sekukupun meredakan kemarahan penyerang. Mereka makin membabi 
buta. Jemaah Ahmadiyah tak berdaya.

Ustadz Abdul berupaya menghadang mereka. Tapi, tentu saja, sia-sia belaka. 
"Umat Islam dilarang menganiaya orang yang sudah teraniaya!" teriak Ustadz 
Abdul kepada penyerang. "Saya berupaya meredakan semampuan saya."

Massa terus mengamuk. "Akhirnya kami terdesak ke belakang, ke sawah. Di situlah 
kami dihajar. Tidak manusiawi," kata Ustadz Abdul, dengan nada gemetar. 
Kronologi lengkap penyerangan klik di sini.

Siapa menyerang?

Ustadz Abdul tidak mau gegabah menuding pihak yang berada di belakang amuk 
brutal itu. Dia menyerahkan semuanya pada yang berwajib. Ustadz hanya minta 
satu hal, jangan anggota Ahmadiyah diserang lagi karena, menurut dia, jemaah 
yang didirikan Mirza Ghulam Ahmad ini bukanlah kumpulan teroris dan orang jahat.

Sejauh ini belum ada kelompok manapun yang mengaku bertanggung jawab terhadap 
kekejaman yang terjadi di daerah yang dulu terkenal dengan kerajaan Islam-nya 
itu.

Tetapi, kata Juru Bicara JAI, Zafrullah A Pontoh, motivasi penyerbuan ini sama 
juga seperti yang terjadi di berbagai daerah di Tanah Air. "Akibat penolakan 
warga (untuk menghentikan aktivitas Jemaah Ahmadiyah) terjadi peristiwa 
berdarah ini. Masa orang mau salat jamaah dilarang."

Gelombang penolakan ini, lanjut Zafrullah, didasarkan pada Fatwa Majelis Ulama 
Indonesia yang menyebut Ahmadiyah sebagai aliran sesat, sehingga para penyerang 
selalu merasa perbuatannya di jalur yang benar.

Fatwa yang dimaksud ialah hasil Munas II MUI tahun 1980 yang menetapkan aliran 
Ahmadiyah berada di luar Islam, sesat dan menyesatkan, serta orang Islam yang 
mengikutinya adalah murtad (keluar dari Islam).

Di dunia internasional, aliran ini bernaung di bawah bernama Jemaah Muslim 
Ahmadiyah. Menurut klaim para pengurusnya, ini merupakan organisasi keagamaan 
yang telah tersebar ke lebih dari 185 negara di dunia dengan jumlah anggota 
sekitar 150 juta orang.

Tokoh muslim yang disegani dan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafi'i 
Ma'arif, ikut prihatin dengan aksi kekerasan ini. Dia menghimbau, demi 
tercapainya kedamaian di antara sesama manusia, umat Muslim seyogyanya tetap 
mengedepankan toleransi.

Syafi'i juga mengingatkan Indonesia adalah negara hukum dan karena itu semua 
bentuk kekerasan tidak boleh luput dari jerat hukum. "Hukum harus ditegakkan. 
Jangankan dengan warga Ahmadiyah, kepada orang asing pun kita wajib 
menghormati," ujarnya.

Kepada jemaah Ahmadiyah, Syafi'i meminta agar mereka mulai bersikap lebih 
terbuka, tidak lagi hidup eksklusif, dan berbaur dengan masyarakat sekeliling. 
Ia melihat eksklusivitas kelompok menjadi salah satu penyebab terjadinya 
ketegangan dan kesalahpahaman. "Tapi, betapapun mereka eksklusif, tidak boleh 
ada tindakan kekerasan kepada mereka," ia menegaskan.

SKB Tiga Menteri

Pernyataan Syafi'i itu sejalan dengan isi Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga 
Menteri: Menteri Agama, Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri. Butir ke-4 dari 
enam butir dalam SKB itu tertulis, "Memberi peringatan dan memerintahkan kepada 
warga masyarakat untuk menjaga dan memelihara kerukunan umat beragama serta 
ketenteraman dan ketertiban kehidupan masyarakat dengan tidak melakukan 
perbuatan dan/atau tindakan melawan hukum terhadap penganut, anggota, dan/atau 
anggota pengurus Jemaah Ahmadiyah Indonesia."

Ironisnya, alih-alih menciptakan ketenangan, SKB itu kini jadi seperti pemicu 
gelombang kekerasan terhadap Jemaah Ahmadiyah. SKB itu dijadikan landasan untuk 
menuntut penutupan tempat ibadah Jemaah Ahmadiyah. Kasus kekerasan terhadap 
Jemaah Ahmadiyah pun terus terjadi saban tahun, dengan intensitas kekerasan 
yang terus meningkat.

Menurut data SETARA Institute, aksi kekerasan terhadap Jemaah Ahmadiyah terjadi 
hampir setiap tahun. Pada tahun 2007 terjadi 15 kasus,  pada tahun 2008 
sebanyak 238 kasus, pada 2009 ada 33 kasus. Kekerasan terjadi di berbagai 
daerah, seperti Kuningan, Bogor, Tasikmalaya, dan Garut.

Belum lama ini, tepatnya pada 29 Januari kemarin, sekelompok orang mengepung 
Sekretariat Jemaah Ahmadiyah di Jalan Anuang, Makassar. Alhamdulillah, ketika 
itu tak ada korban jiwa. Puluhan anggota Ahmadiyah berhasil diselamatkan ke 
kantor polisi sebelum diterjang amuk massa. (kd)

• VIVAnews



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke