FreeAcheh.info The Preparatory Committee of the Free Acheh Democratic Movement AMANAT MILAD ACHEH MERDEKA YANG KE-30 document.title += " : "; Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokratik Preparatory Committee of The Free Acheh Democratic E-mail: [EMAIL PROTECTED] .info www.freeacheh. info
AMANAT MILAD ACHEH MERDEKA YANG KE-30 4 DESEMBER 1976 - 4 DESEMBER 2006 Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hari ini, tanggal 4 Desember 2006, merupakan hari yang paling bersejerah dalam hidup dan kehidupan bangsa Aceh, dimana pada hari yang mulia ini kita bangsa Acheh yang sudah sadar akan sejarah perjuangan para endatu kita dahulu, memperinati Milad Kemerdekaan Acheh yang ke-30, yang diproklamirkan kembali kepada dunia oleh DR. Tengku Hasan Muhammad di Tiro. Perayaan kemerdekaan ini merupakan simbol daripada tali penyambung masa lalu kita yang merdeka dan berdaulat dengan masa sekarang dan masa depan kita, yang juga ingin hidup bebas dari segala bentuk penindasan dan penjajajahan bangsa luar. Sempena menyambut Milad Acheh Merdeka yang ke-30 ini, kami dari Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokratik ingin menyampaikan salam sejahtera dan penghormatan kami yang setinggi-tingginya kepada seluruh bangsa Acheh yang telah memberikan pengorbanan yang tidak ternilai untuk perjuangan suci ini, dan juga telah membuktikan kepada dunia bahwa bangsa Aceh masih tetap istiqamah dengan keputusannya untuk merdeka walau dalam keadaan bagaimanpun jua. Kami juga ingin menyampaikan rasa simpati kami yang tak terhingga kepada seluruh ahli waris dan handai taulan daripada korban-korban kedhaliman dan kekejaman serdadu Indonesia terhadap bangsa kita yang tidak bersalah. Bangsa Acheh yang dicintai! Selama 30 tahun ini, tidak terhitung darah segar bangsa kita yang sudah mengalir di seantero penjuru bumi Acheh; ribuan mayat pejuang dan syuhada yang tak berpusara; puluhan ribu anak yang kehilangan ibu-ayah yang terbengkalai; dan berbagai pengorbanan lainnya yang tak ternilai, yang telah kita hibahkan demi untuk mendapatkan kembali hak-hak kemerdekaan kita dan mengembalikan kedaulatan Negara Acheh dari tangan musuh kita â Indonesia. Harga merdeka yang telah kita bayar dengan darah kita sendiri dan pengorbanan yang telah kita berikan dengan ikhlas, dengan memilih sendiri atas kesadaran politik ingin hidup bebas dan merdeka, kesemua ini hendaknya kita jadikan sebagai modal untuk meneruskan perjuangan suci yang belum selesai ini. Perlu kita akui, bahwa dalam proses menuju kemerdekaan, masih banyak kesulitan yang menggunung di hadapan kita yang sedang kita hadapi. Selama 30 tahun kita berjuang, kita telah berulang kali mengalami pasang-surut, timbul-tenggelam, maju-mundur. Akan tetapi Komite percaya bangsa kita akan sanggup menyingkirkan setiap aral melintang. Sebab para endatu kita dahulu, para pejuang kita belum lama ini dan generasi kita sekarang telah membuktikan bahwa bangsa kita adalah bangsa yang tahan uji, bangsa yang besar kemampuan, tahu harga diri dan memiliki kepercayaan kepada diri sendiri yang luar biasa. Bangsa Acheh yang dimuliakan! Kita sekarang sedang menghadapi saat-saat yang paling menentukan dalam sejarah untuk membebaskan diri dari penjajahan bangsa luar. Inilah saat-saat yang paling menentukan dalam hidup kita, apakah kita ingin hidup sebagai satu bangsa yang merdeka dan mulia atau terus hidup dijajah dan dihina. Untuk bisa mengambil keputusan penting ini, kita perlu mengkaji dengan teliti kehadiran MoU Helsinki yang di tandantangi tanggal 15 Agustus 2005, oleh segelintir orang Acheh yang mengklaim atasnama seluruh bangsa kita. Sebab, polemik MoU ini akan terus menurus digunakan oleh RI dan kolaborator- nya di Acheh untuk melumpuhkan perjuangan suci bangsa Acheh tentang penentuan nasib dirinya sendiri yang bebas dan berdaulat. Sekarang kita sudah bisa melihat dengan jelas bahwa perjanjian Helsinki itu hanya tipu muslihat politik penjajah, dan para pihak yang terlibat di dalamnya hanya bekerja untuk kepentingan pribadi dan kerabatnya untuk mendapat keuntungan pribadi dari pangkat dan kekuasaan yang akan diperoleh nanti. Sedangkan masalah keadilan yang di dalamnya juga tertuang perkara-perkara pelanggaran HAM oleh para pihak yang bertikai, terlebih yang dilakukan serdadu penjajah, tidak mendapat perhatian sama sekali. Dengan demikian, perjanjian Helsinki tersebut secara jelas telah mengkhianati puluhan ribu korban konflik Acheh selama 30 tahun ini. Di samping itu, perjanjian Helsinki juga dengan terang telah mengkhianati sumpah Acheh Merdeka dan melanggar Proklamasi Acheh Merdeka 1976 sebagai fondasi tempat didirikan perjuangan kemerdekaan kita dan sebagai referensi tempat rujukan kita. Oleh sebab itu, Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokratik, sebagai wadah pemersatu kembali bangsa Acheh untuk merealisasi tujuan dan cita-citanya untuk bebas dan merdeka, berharap kepada seluruh bangsa kami supaya berhati-hati dari penipuan pernjanjian MoU tersebut. Penipuan ini semakin jelas terlihat di mana Perundangan tentang Pemerintah Otonomi Acheh yang baru disahkan sebagai UUPA tersebut, adalah tidak memenuhi standar yang tercantum dalam MoU Helsinki. Perihal ini adalah salah satu contoh betapa kolonialis Indonesia dengan segala cara mencoba mengkhianati perjanjian yang dibuatnya sendiri, dan oleh karena itu mereka tidak dapat dipercaya sampai kapan pun. Akan tetapi, dengan UUPA tersebut, para pemimpin dan pengikut GAM oligarkhi di bawah kepemimpinan Malik Mahmud, yang telah menjual kedaulatan kita kepada penjajah, sekarang tengah berusaha memenuhi ambisi pribadi dan golongan untuk menjadi kakitangan kolonial Indonesia dengan maju sebagai kandidat kepala pemerintahan provinsi dan kabupaten di Acheh. Meskipun mereka beralasan bahwa langkah tersebut adalah masih dalam usaha memperjuangankan kemerdekaan, argumen ini wajib kita tolak secara bersama, karena tidak sesuai dengan asas perjuangan dan konstitusi Acheh Merdeka serta tidak berdasarkan logika self-determination dan kaedah revolusi. Bangsa Acheh perlu memahami sepenuhnya bahwa siapapun yang akan terpilih dalam PILKADA mendatang adalah tidak memberi keuntungan kepada perjuang bangsa kita dalam meraih kemerdekaan, sebaliknya adalah halangan untuk mencapai tujuan dimaksud. Oleh sebab itu, untuk menolak setiap usaha kolonial Indonesia, kakitangan dan koloborator- nya dalam melegitimasi pendudukan Indonesia di Acheh, maka adalah tanggung jawab seluruh Bangsa Acheh yang cinta kemerdekaan untuk membuktikan kepada semua pihak bahwa kita sebagai Bangsa yang sedang menuntut kemerdekaan adalah tidak dapat menerima keberadaan segala bentuk pemerintahan kolonial yang berstatus illegal di bumi Acheh, dan kita tidak tertarik untuk memilih para kandidat atau calon kepala pemerintah kolonial Indonesia di Acheh baik itu dari calon independen atau dari partai kolonial. Usaha ini dapat saudara lakukan dengan memilih lebih dari sepasang calon atau kandidat gubernur maupun bupati/walikota agar surat suara tersebut tidak dapat digunakan untuk kepentingan penjajah dalam mengekalkan pendudukannya di Acheh. Bangsa Aceh sekalian, teruskan perjuangan kita dan manfaatkan PILKADA untuk membuktikan kepada dunia bahwa kemauan dan hati nurani bangsa kita yang sebenarnya adalah untuk MERDEKA, yaitu dengan cara men-delegitamasi surat suara. Insya Allah, kita akan terbebas dari. MERDEKA! Wassalamualaikum Waramatullahi Wabarakatuh. New York, 4 Disember 2006 Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokratik ---------------------------------------------------- The perpetrators of gross human rights abuses and countless crimes against humanity during three decades of conflict have not yet been held accountable. This is in a very stark contrast to other peace efforts done in other parts of the world such as in former Yugoslavia, Burundi-Rwanda, Cosovo-Albania, West Africa, Congo-Kinshasa etc, where all those responsible for humanitarian crimes have been brought to justice. Genocide in Liberia Former Liberian president Charles Taylor, April 2006, has flown from Freetown to the Netherlands where he will stand trial for war crimes (AFP/File) Geonocide in Bosnia Trial of Slobodan Milosevic in Den Haag Salah saboh cell teumpat tinggai Charles Taylor dan Milosovic di den Haag. (Pakon bgs atjeh han keumah geuba algojo2 jawa keuno?) Genocide in Acheh Drop dan ba u Mahkamah International ! Wiranto Cs Drop dan ba u Mahkamah International ! SBY Cs A family returns to its burned-out house by Indonesian military A mass grave has been unearthed "The darkest chapter in Indonesia's history" Grim evidence of the army's campaign against separatism in Aceh is only now being uncovered. Only now can the real grieving begin. The BBC's Jonathan Head: One of the sixty burned-alive Achehnese civilians by Indonesian army in the village of Lancok, Syamtalira Bayu, North Acheh, on 19/03/2002 Investigators have found a number of mass graves in Acheh committed by the Indonesian regime Indonesian troops shot dead up to 60 peopleand wounded 10 last Friday in two villagesin Beutong Ateuh of West Aceh. And the bodies were thrown into an abandoned wel ''Name any human rights violations, Aceh has it. If anybody wants to research human rights violation, Aceh would be a perfect place to go.'' Debra Yatim, The Nation, Bangkok, October 14, 1999 2-7 Achehnese killed everyday by Indonesian Colonialism Regime Jenazah Mukhtar(24) satpam kantor Dinas Sosial Prov NAD,yang meninggal akibat penganiayaan oknum polisi, diciumi ibu kandungnya sesaat sebelum dikafankan di rumah duka Desa Puni Mata Ie, Kecamatan Darul Imarah Aceh Besar, Jumat (27/10/2006). SERAMBI /MANSHAR Family and colleagues mourn a farmer as he is prepared for burial. Massacred in KNPI Lhokseumawe, 60 civilians were brutally butchered by Indonesian Occupation Forces Massacred in Simpang KKA, 250 villagers were brutally butchered by Indonesian Occupation Forces The Victims tortures before they kills KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh Local police chief Said Huseini said three "separatist rebels" were shot dead Saturday on the outskirts of the provincial capital Banda Aceh. A civilian was killed in the crossfire, he said. MASYARAKAT ACEH BERBARING DI TANAH PADA SAAT TNI AD MELEPASKAN TEMBAKAN PERINGATAN PADA RIBUAN PENGUNJUK RASA DI LHOKSEUMAWE, PROPINSI ACEH 21 APRIL 1999. DUA ORANG PENDUDUK TEWAS SETELAH POLISSI DAN TENTARA MEMBUBARKAN UNJUK RASA RIBUAN PELAJAR SEKOLAH YANG MEMINTA DILEPASKANNYA 300 ORANG PELAJAR YANG TERTANGKAP SAAT UNJUK RASA MENDUKUNG KEMERDEKAAN ACEH BEBERAPA HARI SEBELUMNYA. (en/str: REUTERS) Seorang ibu menangis setelah anak kandungnya dibunuh secara sangat kejam dan keji oleh babi jawa Seorang anak dan ibunya kembali kerumah yang baru saja dibakar oleh anjing jawa Setelah dibunuh Anjing TNI menyuruh masyarakat kampung untuk mengambilnya KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh, Kamis, 9 Augustus 2001, Avdelning 4, PT Bumi Flora, Desa Alue Rambôt, Kec. Bandar Alam Aceh Timur Pihak keluarga, sejak awal tidak setuju otopsi dilakukan. Karena dari awal kejadian mereka sudah bawa korban ke rumah sakit. Jadi, mengapa setelah sampai dua bulan kemudian baru diotopsi. Ini pun dipaksa, kata Yusuf, abang Muslem. Se-usai otopsi. Kami melihat, meski ada tuntutan tapi tidak ada proses. Apalagi, kami masyarakat awam. Kalau pun ada hukum, yang pegang hukum nggak adil, tambahnya. The wife and children of an Acehnese farmer killed by Indonesian soldiers Just In One Day, Over 100 Unarmed Achehnese Civilianswere Unlawfully Killed by TNI KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh Men in Aceh are questioned by Indonesian soldiers KEBIADABAN, KEGANASAN, KEKEJAMAN, KEKEJIAN, dan KEBUASAN bangsa JAWA terhadap Bangsa Aceh BABI-BABI JAWA MENGADAKAN PEMERIKSAN KEPADA SETIAP KENDARAAN YANG AKAN MENUJU KOTA BANDA ACEH TEMPAT DI ADAKANNYA SIDANG RAYA RAKYAT ACEH UNTUK KEDAMAIAN, 10 NOVEMBER 2000. TINDAKAN KERAS APARAT KEPADA MASYARAKAT YANG AKAN MENGHADIRI SIDANG ITU MENGAKIBATKAN BELASAN ORANG MENINGGAL DUNIA. (AP Photo/Ismael) Seorang student berdiri didepan rumah sekolahnya yang baru saja dibakar hangus oleh anjing-anjing TNI Salah seorang masyarakat biasa yg dibunuh secara begitu keji dan kejam oleh babi dan anjing jawa-TNI di Kecamatan Nilam, Aceh Utara Press Release To News Editors July 21, 1999 For Immediate Release ACEH REBEL LEADER CALLS INDONESIAN RULE ABSURD In a rare interview from his exile in Sweden, the leader of the movement fighting for independence in Indonesia's northernmost province of Aceh, Hasan di Tiro, says Indonesia has no right to govern Aceh. The exclusive interview with the FAR EASTERN ECONOMIC REVIEW appears in its July 29 issue, published Thursday, July 22. The uncompromising di Tiro calls Indonesia another name for the Dutch East Indies with new rulers, Javanese instead of Dutch. Di Tiro, who declared Aceh's independence in 1976 but fled to Sweden three years later, dismisses Indonesia's new autonomy legislation as irrelevant. The notion of Indonesia is absurd, he says. He also ridicules the Bahasa Indonesia language as "pidgin Malay" and calls the Javanese "barbaric and uncivilized." Di Tiro puts the overall strength of separatist forces operating in Aceh at around 5,000. Asked what sort of message would he send to a new Indonesian government, perhaps one headed by Megawati Sukarnoputri whose party won the largest number of votes in June's parliamentary elections, Di Tiro says: "No message. They're all the same. Uneducated fools." The REVIEW obtained the interview amid mounting concern that Aceh may be posing a serious challenge to Indonesian unity. The REVIEW reports Indonesian military concerns that outside support makes Aceh's rebels much more dangerous than the ragtag, poorly armed independence fighters of East Timor and Irian Jaya. Two battalions of troops--backed by 1,700 paramilitary police from Jakarta--have renewed operations in Aceh response to a wave of ambushes, assassinations and arson attacks in recent weeks. In one of the worst incidents so far, guerrillas killed five soldiers and wounded 20 in a July 19 ambush on a military convoy. More than 70,000 refugees have scattered across Aceh. For further information, please contact: Michael Vatikiotis Far Eastern Economic Review Tel 852 2508 4420 Fax 852 2503 1530 The death of the charismatic Syafii, 54, his wife Fatimah alias Aisyah and five bodyguards were killed in the head and chest on Tuesday during fierce battle. Indonesia accused of treachery over Syafii's killing. (AT) The remains of great and charismatic Abdullah Syafei (L), 54, his wife Fatimah alias Aisyah (R) were taken to their house after verification of identities by his brother Zakaria at Sigli hospital on 24 January 2002. Abdullah Syafei was the Free Acheh Movement (GAM)' s War Commander who was killed by Indonesian troops on 22 January. GAM has accused Indonesian military of treachery over Syafii's killing. (AT) Dari dulu Almarhum Sjahid Jafar Siddiq Hamzah, murdered by Indonesian regime "KEBIADABAN KAFIR indonesia jawa tidak akan kita maafkan oleh kita Bangsa Aceh. Lihat dalam foto, bagaimana kafir laknat penjajah indonesia jawa membunuh anak2 Bangsa Aceh di depan ibu2 mereka yang telah tua. Kemudian kafir laknat indonesia jawa itu telah mengikat tangan2 ibu mereka.....Demi Allah, kita Bangsa Aceh wajib terus memerangi kafir laknat penjajah indonesia jawa penyembah berhala burung garuda dan pancasila. KITA BANGSA ACEH JANGAN SEKALI-KALI PATAH SEMANGAT dalam memerangi kafir laknat indonesia jawa yang biadab itu. Wassalam, Puteh Sarong Sampai sekarang *Pada hakikatnya OTONOMI buat aceh hanyalah pengekalan status kita sebagai bangsa terjajah" Pada hakikatnya OTONOMI buat aceh hanyalah pengekalan status kita sebagai-bangsa-terjaj ah --------------------------------- Need a quick answer? Get one in minutes from people who know. Ask your question on Yahoo! Answers. [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/