heri latief <[EMAIL PROTECTED]> wrote: To: SP <[EMAIL PROTECTED]>, [EMAIL PROTECTED], LSP <[EMAIL PROTECTED]> From: heri latief <[EMAIL PROTECTED]> Date: Mon, 11 Dec 2006 04:36:01 -0800 (PST) Subject: #sastra-pembebasan# Revolusi Gagal dalam Perjalanan Manusia (Oleh Eep Saefulloh Fatah)
Revolusi Gagal dalam Perjalanan Manusia Oleh Eep Saefulloh Fatah Kebanyakan kita adalah korban sensor politik Orde Baru. Celakanya, sebagai korban, kadang-kadang kita gagal keluar dari jebakan secara sigap. Saya adalah salah satu korban semacam itu. Saya lahir (1967) ketika Pejabat Presiden Jenderal Soeharto sudah mulai berkuasa, masuk Sekolah Dasar (1978) ketika Orde Baru sudah merasa beroleh legitimasi dari Pemilu (non-demokratis) pertama yang mereka adakan, masuk SMP (1984) ketika hasil booming minyak bumi sudah memperkaya rezim Orde Baru dan membuatnya bisa mengelola berbagai proyek pembangunan. Dalam usia itulah saya mulai berkenalan dengan sastra, setidaknya mengakses kesusateraan melalui perpustakaan sekolah. Di situlah sensor politik itu mulai bekerja, membunuh setiap kemungkinan untuk mengakses karya-karya yang dipandang berbahaya oleh kekuasaan. Maka, sebagaimana pemahaman akan sejarah, pemahaman akan peta dan dinamika sastra yeng bisa dibangun oleh seorang siswa semacam saya, nyaris sepenuhnya mesti sejajar dengan kemauan dan tekanan mereka yang menang dan berkuasa. Sama halnya dengan sejarah yang biasanya ditulis oleh mereka yang menang, sastra pun senantiasa mesti disajikan lewat dapur para pemenang. Maka, karya-karya sastra tersaji dalam daftar menu yang serba terbatasi. Karya-karya Pramoedya Ananta Toer, sekadar menyebut satu misal yang paling representatif, tak ada di daftar menu itu. ***** Tapi, itulah, saya tak bisa dibilang berhasil keluar dari jebakan itu secara sigap. Sampai dengan lulus SMA, saya masih steril dari buku-buku, karya-karya sastra, terlarang. Baru, secara sangat terlambat, mulai masa kuliah, saya berkenalan dengan karya-karya yang dipandang berbahaya itu. Dan sempat mengalami masa asyik masyuk dalam fase perkenalan itu. Maka, bagi saya, masa-masa perkuliahan adalah masa awal perkenalan dengan tuturan sejarah dan sastra dari seberang kekuasaan. Dan perkenalan ini berlanjut dengan amat leluasa ketika Soeharto jatuh di penghujung Mei 1998 dan membuka kran kebebasan politik tanpa tertahan. Di tengah kebebasan yang tiba-tiba menjadi barang gratis setelah puluhan tahun sebelumnya begitu mahal dan terbeli ini sejarah dan satra dirumuskan dan disajikan ulang. Semestinya sekali lagi, semestinya perkembangan baru ini membikin kita dan masyarakat kita lebih sehat. Bukankah masyarakat yang hidup di tengah keragaman pilihan akan jauh lebih sehat secara sosial ketimbang mereka yang hidup di tengah pemasungan dan keterbatasan (apalagi ketiadaan) pilihan? Begitulah. Karya-karya tuturan sejarah serta sastra dari seberang kekuasaan, termasuk dari kalangan pelarian, ikut memperkaya kita belakangan ini. Karya-karya ini tak saja menambah panjang deretan panjang sumber-sumber literer untuk memahami kemarin dan hari ini, tetapi juga mengasah kemanusiaan kita dengan caranya sendiri. Saya, secara pribadi, terus terang saja, lebih tertarik dengan karya-karya realistis yang memposisikan manusia secara layak di tengah pergulatan zamannya. Saya lebih suka pendekatan yang menempatkan manusia-manusia sebagai noktah-noktah kecil yang mesti berjuang di tengah pusaran sejarah yang kadang-kadang tak sepenuhnya mereka pahami. Bagi saja, sastra atau sejarah, yang memposisikan manusia apa adanya semacam itu, jauh lebih jernih dan menyentuh. Atas alasan itulah saya tak terlalu menggandrungi Arus Balik-nya Pram yang memposisikan Wiranggaleng sebagai seorang pahlawan besar yang seolah-olah mengusung dan membawa sejarah nyaris sendirian. Saya lebih terpesona oleh tetralogi Bumi Manusia-nya Pram yang memposisikan Minke sebagai satu butir pasir di tengah pusaran sejarah modern Indonesia. ***** Maka, saya bukan saja merasa terhormat dan berbahagia bisa membaca naskah karya Asahan Aidit ini, sebelum diterbitkan. Lebih dari sekadar itu, saya seperti menemukan kisah seorang manusia dalam sebuah perjalanan panjang dengan segenap romantikanya, termasuk romantika sebuah revolusi yang gagal. Lewat novel memoar ini Asahan tak mempahlawankan siapa pun dan tak mensimplifikasi sejarah sekadar hikayat orang besar. Lebih dari sekadar itu, Asahan juga berhasil menggambarkan secara hidup bagaimana komunisme bekerja dalam sistem yang sesungguhnya tak seragam: Vietnam, RRC, Uni Soviet. Lalu, yang membuatnya menjadi hidup adalah dijadikannya pergulatan manusia sebagai unsur utama cerita. Dalam bahasa sederhana, sebagaimana terwakili oleh judul yang dipilih Asahan, inilah perjalanan syukur seseorang yang masih manusia meskipun revolusi telah gagal hancur. Bersama dengan sejumlah karya sejenis yang belakangan ini memperkaya khasanah kesusatraan kita, novel ini mengasah kemampuan kita untuk menghargai kemanusiaan melintasi sekat zaman dan kungkungan ideologi. Selamat membaca dan mengapresiasi. ----------------------------- catatan: esainya eep sf ada dalam buku "alhamdulillah", karya terbaru dari asahan aidit, yang akan terbit dalam waktu dekat ini. http://www.geocities.com/herilatief/ [EMAIL PROTECTED] http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/ Informasi tentang KUDETA 65/Coup d'etat '65 Klik: http://www.progind.net/ --------------------------------- Need a quick answer? Get one in minutes from people who know. Ask your question on Yahoo! Answers. [Non-text portions of this message have been removed] __________________________________________________ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/