Refleksi: Golkar menang, banteng lesu yang berteduh dibawah beringing nan rindang pun bersyukur senang mega gembira..
http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Editorial&id=142807 Selasa, 18 September 2007 Golkar Mau Menang Sendiri KETUA Umum DPP Golkar M. Jusuf Kalla Jumat lalu (14 September 2007) menegaskan bahwa partainya tidak akan lagi menggunakan sistem konvensi untuk menjaring calon presiden (capres) 2009. Ada dua argumentasi yang disodorkan Kalla tentang pandangannya meniadakan konvensi. Pertama, konvensi tidak diatur dalam AD/ART Golkar. Dalam AD/ART, capres Golkar hanya ditentukan melalui rapimnas (rapat pimpinan nasional). Kedua, konvensi yang dilakukan Golkar untuk menjaring capres pada 2004 terbukti gagal. Dalam hal ini, konvensi tidak menghasilkan calon yang berbobot. Wiranto yang lolos dalam konvensi Golkar bukan kader yang baik. Buktinya, dia kalah dalam pilpres. Bahkan, kata Kalla, Salahuddin Wahid yang saat itu pemimpin partai lain bisa lolos konvensi untuk calon wakil presiden -berpasangan dengan Wiranto. Argumentasi Kalla ini sepintas dapat dinalar. Juga dapat dipahami. Memang, untuk apa menyelenggarakan konvensi kalau kemudian yang menang orang lain. Bukan tokoh Golkar. Apalagi sistem konvensi itu jelas-jelas tidak ada dalam konstitusi Golkar. Bukankah tujuan partai adalah meraih kekuasaan bagi kader-kadernya sendiri? Tetapi, argumentasi Kalla itu menjadi mentah manakala dipulangkan kepada situasi Golkar saat itu. Ketika dipimpin Akbar Tandjung saat itu, Golkar praktis tidak punya kader yang memiliki kapasitas untuk "bertanding" dengan kader parpol lain dalam pilpres. Hanya sistem konvensi -yang membuka peluang tokoh nonstruktural Golkar serta tokoh nonkader Golkar- yang memungkinkan Golkar mendapatkan capres yang bisa bersaing dengan capres-capres parpol lain. Golkar saat itu juga baru pulih dari demoralisasi politik yang menimpanya setelah dicaci maki sebagai parpol yang menjadi alat kekuasaan pemerintahan otoriter Orde Baru yang korup. Dengan konvensi, Golkar pelan-pelan meraih kembali legitimasi politiknya setelah hancur lebur bersamaan dengan runtuhnya rezim Orde Baru. Kalau sekarang Kalla tidak butuh konvensi, itu berarti dia percaya diri berlebihan. Menganggap legitimasi Golkar telah pulih. Merasa bahwa rakyat sudah percaya lagi terhadap Golkar. Golkar mulai cuek. Tidak butuh lagi dukungan moral tokoh nonkader dengan tidak membuka pintu menjadi capres atau cawapres Golkar melalui konvensi yang bersifat terbuka. Padahal, konvensilah salah satu yang menjadi media untuk meraih kembali legitimasi Golkar. Dengan kata lain, dapatlah dianggap bahwa argumentasi Kalla -tentang tidak perlunya lagi konvensi untuk menjaring capres-cawapres- sebagai kembalinya watak asli Golkar. Dalam hal ini, partai warisan rezim "bertangan besi" Orde Baru yang otoriter hanya mau jadi alat kekuasaan dan kendaraan politik para penguasa Golkar di jajaran DPP (Dewan Pimpinan Pusat) untuk merengkuh kekuasaan politik. Dengan mengubur konvensi, Golkar kembali eksklusif. Tertutup bagi tokoh nonkader Golkar untuk meraih kekuasaan dengan menggunakan Golkar sebagai kendaraan dan mesin politiknya untuk memenangkan kontestasi politik.** [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/