http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/7/16/n5.htm


Jeffrey Winters:--
Hanya Kontes
PERUBAHAN politik di Indonesia dari otoritarian ke transisi demokrasi, 
seolah-olah terkesan semuanya berubah. Namun, pengamat politik dari 
Northwestern University Prof. Jeffrey A. Winters belum melihat ada perubahan 
substansial dari yang dihasilkan. Bahkan, ia menilai demokrasi di Indonesia 
baru berjalan 10 persen, selebihnya masih bergaya lama. ''Sistem politik banyak 
berubah, tetapi kesannya masih seperti dulu,'' katanya Jumat (15/7) kemarin di 
sela-sela kunjungannya ke Redaksi Bali Post.

Apakah pertanda orde baru kembali berkuasa? Jeffrey Winters yang berada di Bali 
selama tiga minggu sebagai dosen tamu di Fakultas Hukum Unud menilai, ini 
sebuah paradoks politik tentang perubahan tetapi tak banyak berubah. Ciri khas 
orde baru adalah doktrin kekuasaan, infrakstruktur birokrasi dengan sistem pers 
dan kepartaian yang sangat dibatasi. Perubahannya kini, partai lebih kuat, DPR 
dan DPRD lebih diberdayakan dan perubahan signifikan pusat dan daerah melalui 
otonomi daerah.

Kalau di era Soeharto, kelompok elite ini bisa dijinakkan oleh babe. Kini pada 
sistem demokratis, mereka tak dibatasi dan sulit dijinakkan karena sistem hukum 
di Indonesia sangat rapuh. Artinya, demokrasi sebagai prosedur memilih pemimpin 
tak mampu membatasi oligarki. Indonesia berada pada zaman disfungsionaliti. Tak 
seorang pun bisa mengendalikan kelompok ini karena mereka tak tunduk pada 
hukum. Posisi mereka yang powerfull karena ada uang dan kekuasaan. Dengan uang 
mereka bisa kampanye dan berkuasa kembali.

Target mereka adalah berkuasa, sebab dengan berkuasa mereka bisa melakukan 
segalanya termasuk dalam mencari uang. Tak soal baginya apakah uang yang banyak 
dihabiskan untuk memperoleh kekuasaan berasal dari kekayaan sendiri, ilegal  
dari mafia, konglomerat atau orang bermasalah.

Beda dengan sistem di Amerika. Seorang kandidat dua tahun sebelum dicalonkan, 
harus mampu mengumpulkan uang dari restoran ke restoran. Ada dinner 1.000 dolar 
per satu piring, padahal makanannya tak lebih dari 5 dolar. Sisanya masuk ke 
kas partai atau kandidat. ''Tak bisa menarik duit sembarangan, harus ada 
kemampuan kandidat untuk menarik simpati orang,'' ujarnya sembari menambahkan, 
tentang hal ini akan menjadi topik bahasan pada kuliah umum Selasa (19/7) 
mendatang di Unud. 

Di Indonesia seorang pejabat ataupun konglomerat bermasalah bisa memberikan 
insentif KKN. Artinya, mereka yang mempunyai kesempatan akan mencuri uang dalam 
skala besar. Dengan uang banyak akan bisa dibagi-bagi sehingga tak menuai 
masalah. 

Akan sangat berisiko kalau mereka mencuri uang negara dalam skala kecil. Kalau 
ada masalah sulit mengamankan, seperti dugaan korupsi di KPU. Ini berakibat 
sangat fatal bagi Mulyana W Kusumah dan Nazaruddin Syamsuddin. ''Terlalu kecil 
uang yang diambil sehingga tak bisa dibagi-bagi,'' katanya sambil tersenyum.

Berbeda dengan kelompok oligarki yang tak saja berasal dari sekelompok elite di 
pusat, di berbagai tingkatan juga ada termasuk di daerah. Karakternya punya 
uang, massa dan mempunyai jaringan kuat.

Lalu pemimpin seperti apa yang bisa diharapkan dalam pilkada? Pemilu sebagai 
proses pergantian pemimpin yang demokratis tak lebih sebagai ajang kontes 
kecantikan, ada dangdut dan pertunjukan untuk menarik simpati. Aplaus, 
hura-hura, bagi-bagi baju. Selesai! Tak ada kelanjutan. Partisipasi 
konstituen/pendukung sama sekali tak menentukan arah politik berikutnya. Rakyat 
hanya menjadi objek. ''Terus terang dalam transisi demokrasi di Indonesia, baru 
10 persen dihayati maknanya oleh rakyat. Ini jelas tak mampu mengubah 
substansi, karena 90 persen demokrasi masih berada jauh di depan,'' katanya. 
(sua/gre


[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke