http://www.gatra.com/artikel.php?id=91959
Hassan Wirajuda: Kenapa Mesti Ribut CUKUP mengejutkan ketika tersiar kabar bahwa Presiden Timor Leste, Xanana Gusmão, membawa ''luka lama'' ke Dewan Keamanan PBB. Sebab, selama ini, hubungan dua kepala negara itu tampak mesra. Terakhir, Desember 2005, Xanana hadir pada acara peringatan setahun tsunami. Kabarnya, ketika bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Xanana mengemukakan akan melaporkan rapor merah Indonesia selama menguasai Timor Leste. Lalu, bagaimana sebenarnya hubungan Indonesia-Timor Leste yang mengalami pasang-surut ini? Wartawan Gatra Bernadetta Febriana dan pewarta foto Jongki Handianto, Jumat pekan lalu, mewawancarai Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda. Petikannya: Kalau memang sudah ada pemberitahuan Xanana sebelumnya, mengapa Presiden SBY sepertinya tidak nyaman dengan laporan ke PBB itu? Mungkin bukan unhappy, ya. Melainkan beliau tanggap terhadap berbagai pendapat dan respons dari beberapa kalangan. Karena itu, bisa jadi, pertemuan yang diusulkan Xanana dilihatnya belum tepat bila dilakukan saat ini. Jadi, pertemuan itu permintaan resmi dari Xanana setelah melapor ke PBB? Ya, memang ada permintaan itu. Alasannya? Untuk menyampaikan laporan resmi. Tapi, kalau memang ada keperluan itu, ya, sampaikan saja lewat jalur diplomatik. Dan Presiden Xanana melihat urgensinya ke Jakarta, termasuk pertemuan dengan Presiden SBY adalah untuk menjelaskan kepada publik kita karena ada sedikit kesimpangsiuran. Dari segi itu, kita lagi mencarikan waktu yang tepat. Sebenarnya bagaimana sikap resmi pemerintah. Menolak, keberatan, atau bagaimana? Tidak perlu menolak atau merasa keberatan karena itu kan laporan dari temuan sepihak. Kita tidak pernah ditanyai oleh mereka. Sebenarnya, yang lebih penting, apa yang disampaikan Pemerintah Timor Leste, tindak lanjut rekomendasinya, tidak serta-merta akan diikuti oleh Pemerintah Timor Leste. Apalagi, mereka mengandalkan pada proses KKP (Komisi Kebenaran dan Persahabatan) yang sudah berjalan. Dengan kata lain, kenapa kita mesti ribut? Guliran laporan ini akan sampai ke mana saja? Selain ke Sekjen PBB, juga ke Dewan Keamanan. Dan dari bahasan yang dilakukan Dewan Keamanan (DK) PBB, memang ada reaksi, tetapi tidak ada yang berbicara mengenai perlunya dibawa ke International Tribunal. Adakah kemungkinan Sekjen PBB membentuk lagi suatu komisi untuk menindaklanjuti laporan komisi ini, seperti dulu ia membentuk Commission of Experts (CoE)? Oh, tidak! Sekarang saja urusan CoE belum tuntas. Dulu, laporan CoE oleh sekjen dikirim ke DK PBB tanpa sekjen memberikan assessment terlebih dahulu. CoE kan dibentuk oleh sekjen, sehingga harus memberi laporan kepada sekjen. Makanya, oleh pihak DK PBB dikembalikan lagi, karena mereka meminta assessment sekjen. Sampai sekarang belum dibuat tuh. Akhir-akhir ini, ada beberapa peristiwa yang melibatkan Indonesia-Timor Leste, seperti penembakan tiga WNI dan laporan CAVR ini, yang semuanya sudah sampai di PBB. Posisi Indonesia sepertinya tidak diuntungkan oleh keduanya. Nanti dulu. Harus dibedakan antara insiden dan kebijakan. Kalau penembakan tiga WNI itu insiden, bukan kebijakan Pemerintah Timor Leste. Kita sesalkan dan minta penyelidikan. Itu cara terbaik menyelesaikan masalah. Kalaupun dibawa ke New York, semua juga tahu bahwa yang menembak bukan pihak Indonesia. Setiap menjelang batas waktu tim PBB harus meninggalkan Timor Leste, selalu saja ada ''keributan''. Apakah itu upaya Timor Leste untuk mempertahankan tim PBB? Mandat UNOTIL memang akan berakhir. Tidak bermaksud menuduh, tapi dulu pola itu ada. Dalam kasus yang terakhir ini (penembakan), kan memang kemungkinan ada WNI yang melintas perbatasan. Namun itu bukan berarti diatur seperti itu. Kita tidak bisa menyalahkan PBB. Banyak pihak meminta Indonesia lebih tegas lagi diplomasinya terkait dengan Timor Leste. Sebenarnya sudah seperti apa diplomasi kita itu? Dalam kasus Timor Leste, persoalan besar yang kita bersama hadapi adalah bagaimana menyelesaikan beban sejarah. Singkatnya, tuduhan pelanggaran HAM yang terjadi menjelang dan sesudah jajak pendapat. Kita berpotensi disudutkan. Maka dari itu, caranya adalah dengan baik-baik menyepakati bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Ya itu tadi, dibentuk KKP. Itu upaya diplomasi, bukan dengan mencak-mencak lalu berhasil. Bagi kita, ini lebih baik karena terhindar dari dibawanya masalah tersebut ke International Tribunal. Ini diplomasi. Iya, kan? Ihwal pelaporan ini, ada yang mengatakan, Xanana menusuk dari belakang. Itulah, karena banyak yang tidak tahu. Xanana tulus orangnya. Karena kita sama-sama tahu perbedaan antara insiden dan kebijakan. Kalau ngawur menghadapi masalah ini, agenda besar yang sedang kita hadapi bersama bisa hancur semua. [Laporan Khusus, Gatra Nomor 12 Beredar Senin, 23 Januari 2005] [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/